~
Bunyi bel dimalam hari membangunkan Hinata dari lamunannya yang menyedihkan. Ia segera bangkit dari sofa di ruang tamu dan meletakan kembali bingkai foto pernikahannya yang sedari tadi ia peluk, keatas meja. Ia berjalan kedepan pintu untuk menyambut seseorang yang sangat ia rindukan. Namun, juga memberinya rasa yang begitu menyakitkan dihatinya.
Hinata mengusap sisa air mata dipipinya dan berusaha membenahi penampilannya, walau usahanya hanya sia-sia. Wajah dan ekspresinya saat ini sungguh terlihat memilukan, bagi sepasang mata kelam yang menatapnya dari depan pintu yang dibukakannya. Senyum tawar terlihat jelas, saat yang berdiri didepannya saat ini bukanlah orang yang ia nantikan kepulangannya.
"... Ah Sasuke-kun kamu pulang? Apa kaba_ ah maksudku.... selamat datang kembali. Ayo masuklah." Dimata Sasuke, keadaan Hinata saat ini terlihat linglung dan kacau.
"Apa kau sudah makan Hinata?" Tanpa aba-aba Sasuke bertanya, karena sungguh penampilan Hinata saat ini membuatnya khawatir. Pipi bulat serta rona diwajah yang dulu sering ia lihat kini terlihat tirus dan pucat pasi. Mata indah Hinata yang selalu terlihat berbinar indah, sekarang nampak kosong dan sedih. Segala detail kecil tentang wanita ini yang senantiasa tampak cemerlang dimatanya, saat ini bagaikan bunga matahari yang layu. Ditinggalkan oleh mataharinya, belahan jiwanya yang pergi entah kemana.
Sebegitu besarnya pengaruh kehadiran Itachi bagi kehidupan seorang Hinata, hingga sosok wanita yang masih mengisi hatinya ini terlihat bagaikan cangkang kosong.
Sasuke mengepalkan tangannya, menyalurkan segala emosi dan perasaan yang tidak mampu ia ungkapkan. Rasa sedih sempat terlihat dimatanya saat melihat Hinata memalingkan pandangan darinya.
"... Aku sudah makan tadi Sasuke-kun. Kamu ingin makan? Kamu tidak masalah dirumah hanya ada ramen instan, atau kamu mau pesan makanan? Aku tidak masak apapun sekarang." Hinata membelakangi Sasuke sedari tadi ketika ia membimbing iparnya itu masuk, tidak ingin menunjukkan sisi dirinya yang merana.
Baru seminggu lebih ia ditinggalkan Itachi. Keadaannya sekarang seperti orang yang hidup segan, mati pun tidak mau. Orang-orang yang melihatnya pasti tertawa melihatnya saat ini. Pasangan, Orang tua, atau saudara. Tempat yang bisa ia jadikan untuk mencurahkan isi hatinya, ia tidak memilikinya saat ini, satupun tidak ada.
Orangtuanya memiliki standar yang tinggi terhadapnya, saudara yang dapat menjadi temannya, ia tidak punya. Kerabat terdekatnya mungkin malah senang melihatnya yang terpuruk seperti ini. Dan pasangan, suaminya. Orang yang paling ia cintai di dunia ini malah menjadi sumber sakit hatinya.
Setelah dimalam perseteruan mereka, tanpa kata Itachi meninggalkannya dengan alasan dinas keluar kota tanpa batas waktu. Dan hanya mengucapkan kata maaf.
Istri mana yang tidak sedih dan sakit hatinya ditinggal sang suami saat ada kemungkinan orang ketiga hadir diantara mereka, serta masalah ia yang gagal memberikan Itachi keturunan. Sebagai seorang istri dan anak ia telah gagal dan mengecewakan suami serta ayahnya yang mengharapkan kehadiran anak darinya.
Pikiran negatif terus hadir, menguasai perasaannya. Rasa sakit hati, kekecewaan dan tanggung jawab menekannya sampai ketitik ia tidak mampu lagi menahan tangisannya dihadapan sang adik ipar.
Bahu mungilnya gemetar sebab menahan isak tangis.
"Kau kenapa Hinata? Hm? Berbicaralah denganku. Katakan apapun padaku agar kau sedikit lega. Ada aku disini." Sasuke yang tidak tega untuk hanya melihat, segera menghampiri Hinata dan memutar tubuhnya agar mereka berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me, You And Him
FanfictionTerjebak dalam perasaan cinta harus memilih yang mana harus dipertahankan dan siapa yang mengalah. Jalan manapun tetap akan ada air mata. Karena sudah terlalu cinta.