Warning!
Dear readers, chapter ini mengandung konten yang tidak boleh ditiru. Jika orang di sekitar anda atau anda sendiri yang mengalaminya segera berkonsultasi ke psikiater atau cari siapa pun yang anda kira dapat menolong. Jangan menyimpan segalanya sendiri, anda sekalian sangat berharga.~
Bias sinar mentari masuk melalui celah kecil di gorden menerangi kamar dan menerpa sebagian wajah siluet sosok wanita. Erangan serta ringisan kecil terdengar dari arah ranjang dimana sosok itu terbaring.
Sosok itu, Hinata mengedip-ngedipkan kelopak matanya mencoba beradaptasi dengan silaunya cahaya. Keningnya mengerut saat merasakan sakit yang berdenyut menderanya. Ya, saat ini tidak ada bagian dari tubuhnya yang tidak terasa sakit dan berdenyut. Terutama perasaannya.
Air mata perlahan menetes dari kelopak matanya yang memejam di kala sepintas ingatan semalam terputar bagai kaset rusak di pikirannya yang menjadi penyebab ia menjadi remuk redam seperti ini, yaitu perjumpaan tidak sengaja dengan suaminya. Orang yang mengatakan dinas diluar kota padanya. Tetapi malah kedapatan berada di kota yang sama. Namun, yang lebih membuatnya sakit, marah, dan kecewa adalah suaminya terlihat bersama dengan wanita lain yang sedang hamil besar. Ekspresi di wajah rupawan suaminya terlihat panik dan ketakutan saat ia memperhatikannya dari seberang jalan. Suaminya dengan tergopoh-gopoh membawa wanita yang sepertinya sedang kontraksi itu masuk kedalam taxi, lantas berlalu pergi tanpa menyadari kehadirannya.
Saat itu ia hanya terpaku di tempatnya berdiri, terdiam dengan pandangan nanar, hancur serta terkhianati. Padahal saat itu juga ketika melihat sosok Itachi, ia ingin berlari menghampirinya dan memeluk tubuh pria itu lantas mengatakan kata-kata rindu juga cinta, serta tidak ingin adanya perpisahan di antara mereka. Mengungkap segala macam perasaan yang selama ini ia pendam, setelah beberapa hari ditinggalkan sendirian dengan perasaan yang tidak dapat ia deskripsikan. Tetapi ketika melihat suaminya bersama dengan wanita lain, segenap perasaan rindu dan cintanya perlahan menjadi racun yang membunuhnya dari dalam.
Malam itu gelap dan dingin seperti hatinya. Ia membawa dirinya singgah ke toko lalu memborong semua minuman beralkohol. Sepanjang perjalanan pulang Ia berjalan kaki melupakan mobilnya yang masih berada di parkiran kantor sambil menegak berkaleng-kaleng bir. Tidak ia pedulikan sekitarnya, jarak rumah yang masih berkilo-kilo meter jauhnya, rasa sakit di tumitnya, tatapan prihatin orang-orang yang terarah padanya, serta linangan airmata yang coba ia tahan.
Hinata mendudukkan diri di atas ranjang. Lantas menopang keningnya dengan lututnya yang ia tekuk, kedua tangannya ia satukan seolah-olah memeluk tubuhnya sendiri yang kini terlihat gemetaran. Di antara sunyinya kamar pasangan Uchiha itu, suara isakan mulai terdengar.
Sungguh Hinata ingin tertawa kencang saat ini bukannya menangis. Tidak pernah Ia rasakan sakit yang begitu menyiksanya seperti ini hingga ia meneteskan air matanya berkali-kali. Bahkan saat ia di besarkan dibawah kediktatoran klannya yang terasa berat menindas fisik maupun mentalnya ia tidak pernah ia mengeluh, menangis, maupun mengiba. Namun, saat ini ia merasa tak berdaya.
Sungguh, di antara banyaknya perasaan tulus yang ia curahkan untuk orang-orang disekitarnya semuanya terasa sia-sia dan tidak berguna. Segala pengorbanannya, kasih sayang, juga cinta untuk mereka tidak menghasilkan buah yang manis untuknya.
Malah pelan-pelan menyiksanya.
Suara tawa sesak dan isakan nya saling tumpang tindih, memenuhi kamar.
Dan yang paling membuatnya malu juga merasa bersalah, adalah membawa Sasuke kedalam semua kekacauan ini. Padahal Sasuke selalu baik padanya, selalu ada menemaninya di keadaan rentan dan kesepiannya, baik sebelum menjadi kakak iparnya mau pun saat ini. Pemuda itu akan ada di sampingnya. Tetapi malam tadi, dibawah pengaruh alkohol ia malah berteriak dan melampiaskan segala kekecewaannya kepada Sasuke, yang tidak bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me, You And Him
FanfictionTerjebak dalam perasaan cinta harus memilih yang mana harus dipertahankan dan siapa yang mengalah. Jalan manapun tetap akan ada air mata. Karena sudah terlalu cinta.