Part 16

95 14 1
                                    

"Makasih yaa El udah mau anterin pulang" ucap Cynthia yang kini sudah berada di depan pintu rumahnya bersama Elin.

"Aman aja kok" balas Elin seraya mengacungkan jari jempolnya, "ohh iyaa kapan kita mulai rencana nya ?" Tanya Cynthia.

"Mulai besok aja gimana ?" Tanya Elin memastikan, "bolehh kalau mau besok, semogaa rencana kita berjalan lancar yaa" ucap Cynthia menyetujui.

"Ohh iyaa kamu gamau masuk dulu ?" Tanya Cynthia menawarkan, "kayaknya gausah deh, aku langsung pulang aja, udah malem juga kan" tolak Elin.

"Btw titip salam buat Tante Indah sama om Oniel yaa" setelah mengucapkan hal tersebut Elin langsung berjalan menuju motornya.

"Dahhh El.... Hati hati yaaa" ucap Cynthia melambaikan tangannya.



Elin pun langsung melajukan motornya keluar dari pekarangan rumah Cynthia, ia menjalankan motornya di antara gedung gedung yang menjulang tinggi di kota jakarta.

Indahnya langit yang penuh dengan bintang bintang, cahaya cahaya yang keluar dari gedung gedung pencakar langit, hal tersebut membuat jakarta lebih indah jika di lihat di malam hari.

"Enak juga ternyata udara malam di jakarta, pantes orang orang sering bilang city light jakarta nenangin, ternyata jakarta kalau ga macet seenak ini yaa haha" ucap Elin bermonolog.

Saat sedang menikmati jalanan jakarta, tiba tiba dari belakang melaju sebuah motor dengan kecepatan yang lumayan tinggi.

Motor tersebut langsung menghadang Elin yang sedang membawa motornya dengan pelan.

"Apa apaan nih main hadang hadang aja" teriak Elin spontan, "turun dari motor lu sekarang juga" ucap seseorang dari balik helm full face nya.

Tanpa basa basi Elin pun langsung turun dari motornya, "siapa lu ?" Tanya Elin.

"Lu gaperlu tau gua siapa, intinya lu harus mati sekarang" setelah mengucapkan hal tersebut, orang yang memakai helm full face itu langsung mengeluarkan pisau dari sakunya dan berlari menuju Elin.

Dengan sigap Elin langsung menghindar kemudian menangkap lengan orang tersebut dari samping.

Ia segera memelintir tangan pria tersebut hingga pisau yang berada di genggamannya terlepas, "gila aja lu mau nyerang gua lurus kaya begitu" ucap Elin meledek.

"Aaaa sakitt lepasin woyy lepasin" ucap pria tersebut, bukannya di lepaskan Elin justru menarik tangan pria tersebut ke belakang.

"Woyyy sakit woyyy ampun" teriak pria itu semakin kencang, "lu buka dulu helm lu, baru gua lepasin" suruh Elin kepada orang tersebut.

Mau tak mau orang tersebut harus menuruti perintah Elin agar tangannya bisa terlepas, ia melepas helm yang dikenakannya dengan tangan sebelah kiri.

"Gua Cien" ucap orang tersebut, "gila ya Lo mau nusuk nusuk gua, salah apa gua" bentak Elin yang terkejut melihat wajah orang yang menyerangnya ternyata adalah teman seangkatan nya.

"Gua gapunya pilihan El" ucap Cien, "gapunya pilihan apa ?" Tanya Elin semakin menarik tangan Cien.

"Sakit goblok jangan makin di tarik, gila Lo" ucap Gracien meringis kesakitan, Elin pun langsung mengendorkan tarikan tangannya.

"Maksud lu apa terpaksa ?" Tanya Elin sekali lagi, "gua di suruh Sello, buat ngelukain lu" ucap Cien jujur.

"Kenapa dia selalu nyari masalah sama gua ? perasaan gua gapernah nyari masalah ke dia" tanya Elin.

"Dia kesel sama lu, karna lu selalu deketin mantannya" jawab Cien.

"Ohhh dia masih suka sama Michie ?" Tanya Elin, Cien pun mengangguk sebagai jawaban iyaa, "Teruss kenapa lu mau dirusuh dia bodoh" maki Elin.

Anarchist in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang