Almost Late & Bad Luck

6 1 0
                                    

Mentari masih bersembunyi dibalik dunia, namun di sebuah apartemen terdengar suara berisik yang untungnya tidak banyak orang sadari. Pertarungan kecil antara Y/n dan Erwin sedang berlangsung karena Erwin kembali tertidur meski sudah dibangunkan.

Dengan terburu-buru, Y/n pergi meninggalkan Erwin di apartemennya. Setelah Y/n sampai kembali ke rumahnya, ia menyadari sang ayah tidak pulang lagi. Detikkan jam membuatnya kembali ke dunia nyata, ia harus segera mandi dan bersiap ke sekolah.



*******

Jika biasanya Y/n datang pagi, Levi pasti akan menemukannya di ruang kelasnya. Meski hanya lewat, Levi sesekali melihatnya sedang membaca sesuatu. Sudah lama ia memperhatikan dia sejak lama. Sebenarnya ia ingin mendekati Y/n secara normal seperti cowok biasanya, hanya tindakan itu sangatlah bukan dirinya.

Melihat kelas yang kosong, Levi hanya berpikir tumben sekali anak itu belum datang. Dengan langkah yang pasti, ia berjalan ke kelasnya dan duduk di bangkunya. Setelah menata barangnya, ia kembali melihat kartu yang ia sita. Sambil dielus pelan, ia tersenyum kecil mengingat kejadian kemarin.

Ia benar-benar spontan untuk melakukan kejadian kemarin. Ia akui memang seorang perfeksionis tetapi ia  masih bisa menoleransi beberapa hal. Dan kejadian kemarin yang dilakukan Y/n bukanlah hal yang dapat ia toleransi. Bagaimana bisa ia menoleransinya kalau Y/n membawa sepatu luarnya (Gaitou) setelah meletakkan sepatu dalamnya (Uwabaki) ke loker,  kemudian dengan sikap yang mencurigakan, dia kembali ke koridor. 

Levi melihat luka kecil di lengannya, entah dari mana ia seperti dapat merasakan kembali pelukannya pada Y/n. dengusan kecil terdengar dari mulutnya ia merutuki halusinasinya. 

"Leeeviiii, ohayo. Hemm~ sepertinya ada yang berbeda dengan dirimu." nada semangat yang tinggi, Levi sangat mengenal suara itu. Perempuan dengan rambut coklatnya dan kacamatanya kembali menginvestigasi Levi dengan berbagai pertanyaan. seperti biasa, Levi hanya menjawabnya dingin. akan tetapi satu pertanyaan memuatnya kembali bertanya.

"Levi, apakah kau demam? pipimu terlihat kemerahan. Apakah karena kejadian kemarin?” Hange tanpa rasa bersalah ia menyinggung kejadian kemarin. Dengan muka jailnya, ia menepuk-nepuk pundak Levi.

" Apa maksud mu, megame?"
Dengan sekali tepuk, tangan yang mengganggunya menghilang. Dan yang punya tangan mengaduh kesakitan karena pukulan yang dia terima sangat keras bagi orang normal.

"Zeeeee... Kau memang tidak asik." Hanji pun mengelus tangannya yang di pukul Levi. Ia masih tidak terima dipukul Levi hanya karena pertanyaannya. Tanpa Hanji ketahui Levi telah menyimpan kartu yang ia pegang.

"Hai Hai Hai semuanya segera duduk." Sensei memasuki kelas. Hanji segera duduk di sebelah Levi yang memang bangkunya berada disebelahnya. Levi hanya menunjukkan wajah datarnya saat Hanji meliriknya dengan wajah marah yang dibuat buat.






********
Di tempat lain, Y/n tepat datang sebelum gerbang sekolah ditutup. Dengan tergesa-gesa ia berlari ke kelasnya. Hampir saja ia tergelincir saat berbelok untuk masuk ke kelasnya.

"BRUUKK"

Namun memang takdir membuat Y/n kurang beruntung di saat ia terburu-buru. Ia terduduk dilantai dan merasakan sakit dan mungkin bongkahan lemak yang menjadi korban jatuhnya menjadi bertambah tipis. Seketika ia melihat seragamnya yang terdapat beberapa tetes darah yang entah dari mana. Dengan kebingungan, ia mengarahkan kepalanya ke depan dan menyadari ia menabrak Oluo. Seperti biasa Oluo tak sengaja menggigit lidah nya kembali.

"Are? Oluo-san?” sambil berusaha berdiri, ia melihat kondisi Oluo yang sudah seperti mau pingsan. Petra pun mendatangi Y/n setelah melihat mukanya yang panik. Melewati Oluo yang masih kesakitan, Petra merangkul Y/n.

"Y/n, tumben sekali dirimu hampir telat? Apakah masih terasa sakit??”
Y/n mau membantu Oluo namun langsung dialihkan oleh Petra. Dia bilang itu adalah hal biasa yang terjadi pada Oluo dan biasanya dia akan kembali seperti biasa.











Matahari tampak senang menerangi siang hari. Dengan pakaian olahraga, Y/n berteduh di bayangan pohon setelah ia menyelesaikan larinya. Memang melelahkan saat melakukan lari memutari lapangan. Dalam pikirannya entah mengapa ingin meminta maaf ke Oluo karena kejadian tadi pagi.

Setelah pelajaran yang melelahkan itu, langsung jam istirahat makan siang. Mengingat ia yang tidak sempat membuat bekal, Y/n berjalan menuju kantin. Sebelum sampai, ia melihat vending machine minuman dan membeli 2 botol minuman. Kemudian lanjut ke kantin mencari pengganjal perutnya.

Sesampainya di kelas, kelasnya masih sepi, dengan cepat ia membuat note dan menaruh minuman+ note di laci meja Oluo.  Kemudian ia mengambil baju gantinya dan pergi ke ruang ganti meninggalkan makanan yang baru ia beli di laci mejanya.






~~~~~~~~
Bel pulang sekolah sudah berbunyi 30 menit yang lalu, Y/n masih setia di mejanya melihat langit sore. Dengan beberapa cuil roti melon yang baru ia makan, ia mendengus kesal mengingat janjinya dengan senpai nya. Dengan langkah berat ia menuju tempat yang sudah dijanjikan.

Pintu gedung olahraga berbunyi dan tampaklah muka Levi yang tak ramah. Y/n pun hanya bisa pasrah melihat ancang-ancang ia akan diomeli.

"Kau telat 45 menit dari waktu janji. Apakah kau mau kartu pelajarmu aku sita? ”
Tak ada balasan dari Y/n membuat Levi mendekati Y/n menarik dagunya.
" Kalau orang berbicara itu tatap lawan bicara."

“。。。”

Levi menatap Y/n dan melihat matanya yang terlihat lelah. Entah apa yang membuatnya lelah, Levi seperti bertemu perempuan yang sulit diatur dan berani membuatnya kesal lebih dari Hanji kali ini.

"Apakah sudah selesai senpai?” nada datar dan terdengar menantang dirinya menurut Levi. Ia pun melepas tangannya dan sedikit menjauh dari Y/n.

" Bersihkan lantai gedung ini. Setelahnya kau boleh pulang."

attack on UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang