Just a little Insiden

6 0 0
                                    

"Hehehehehe..... ”

Muka merah dengan kesadaran yang perlu diragukan, pria yang memegang gelas sake yang kosong terus menerus meracau tak jelas dihadapan anak dibawah umur. Sang anak pun hanya bisa menghela napas dengan kebiasaan ayahnya.

Y/n yakin jika Levi tak nyaman dengan akhir dari makan malam ini. Dengan raut muka sedikit memerah menahan malu, ia menatap Levi dan meminta maaf.

"Apa perlu bantuan?” pertanyaan Levi lontarkan membuat Y/n menekukkan kepalanya ke samping. Menyadari ketidakjelasan pertanyaannya, dia pun berdeham dan melanjutkan pertanyaannya.
" Maksudku, apa kau perlu bantuan membawa ayahmu ke kamarnya?"

Y/n dengan anggukannya mendekati sang ayah dan disusul Levi mendekat. Dengan hati-hati dan sekuat tenaga membawa sang ayah ke kamarnya. Tak disangka ayahnya bertambah lebih berat dari biasanya setelah acara minum minumnya.

Setelah meletakkan dan sedikit perawatan dari Y/n, mereka berdua berdiri kembali di ruang makan membereskan peralatan makan. Disela sela Y/n mencuci, Levi mendecih disebelahnya dan tiba-tiba mengambil alih cuciannya.
"Kau rapikan saja rumahmu sebelum aku bertindak"

Definisi jiwa kebersihannya kambuh.

Y/n ingin protes karena ia adalah tuan rumah, namun memang benar kata Levi. Rumah yang sebelumnya masih rapi  setelah sang ayah pulang dengan banyak dokumen dan buku bukunya.

Levi yang sudah selesai melihat Y/n di ruang tamunya menata barang barang itu. Entah dapat ide dari mana, ia mendekati perempuan itu dengan mengendap-endap.

"Bwahhhh"

"Akhhh"

Sebuah insiden telah terjadi.

Jari kaki Y/n tertatap ujung bawah lemari buku. Rasa sakit yang menjalar membuatnya  memeluk kakinya dan menahan air matanya yang bisa jatuh kapan saja. Saat ia mendongakkan kepalanya, orang penyebab insiden sudah berada di depan mukanya dengan raut kuatir.

"Tidak apa-apa?"
Dengan nada datar, Y/n benar-benar ingin menyebutkan nama hewan. Namun, kakinya merasakan sesuatu mengelusnya dan sebuah tiupan angin.

Levi jongkok disebelah nya dan mengelus kakinya dengan sesekali meniupnya. Karena dia peka kalau orang yang hampir menangis itu menatapnya, dia membalas tatapannya.

Sesuatu yang membuncah tiba-tiba hadir diantara mereka. Mereka berdua sama sama tersipu. Perlahan kepala Levi mendekat dan Y/n sontak menutup matanya. Ia merasakan sesuatu yang kenyal menyentuh bibirnya.
"Maaf dan thanks".

。。。。。。

1 minggu telah terlewat setelah Levi ke rumahnya, Levi tidak mengganggu Y/n seperti sebelumnya.  Dan sekarang Y/n kembali membereskan barang-barang Erwin di rumahnya di akhir pekan.

Erwin pindah ke rumahnya karena permintaan ayahnya yang ingin seseorang mengawasi Y/n saat ia sedang dinas. Dan Y/n baru mengetahui itu saat truk pindahan berhenti di depan rumahnya dengan kedatangan Erwin.

Memang kejutan yang merepotkan.

"Apa ayahmu tidak memberitahukan kepindahanku?”

" Tidak" Kemarahan yang tak bisa is pendam membuat lebih ketus daripada biasanya. Erwin yang mendapatkan respon itu pun hanya bisa menggaruk lehernya yang tak gatal. Meskipun begitu, Y/n tetap membantu Erwin membawa kotak-kotak kardus yang dapat ia bawa ke kamar Erwin.

Setelah mencari keringat dengan olahraga memindahkan barang, Y/n langsung melesat ke dapur dan berdiam diri didepan pintu kulkas yang terbuka.

Erwin yang masih asing dengan letak ruang rumah itu, mulai menyusuri segala penjuru rumah itu hingga ia terhenti di lorong pemisah ruang dapur dan ruang keluarga. Rasanya ia ingin tertawa keras melihat perilaku random Y/n.

"Y/n? Apakah aku boleh minta segelas teh dingin?” katanya sambil mendekati kulkas itu.

Yang dipanggil malah kaget dan pura-pura sok cool mencari barang di dalam kulkas. Tak menemukan teh dingin yang dicari, Y/n melemparkan satu botol air dingin pada Erwin.

" Hanya ada ini untuk sekarang, aku belum membuatnya."

"Ou.. Arigatou" Baru saja botol itu menempel di mulut Erwin tapi airnya sudah habis masuk ke dalamnya.

"Oh ya, mau makan siang di luar?" Lanjut Erwin. Yang diajak malah kaya bingung sendiri dengan pemikirannya. Tanpa babu lagi, ia menarik tangan Y/n dan pergi dari rumah. Erwin terus bejalan hingga ia berhenti di sebuah kedai sederhana.

"Ayo masuk. Disini makanannya enak enak."
Ajaknya sambil menatap muka bete yang ditunjukkan Y/n

Baru saja memasuki kedai itu, aroma makanan yang menggugah selera menyapa mereka. Melihat daftar menu yang terpajang di dinding, Y/n bingung memilih apa yang mau ia makan.

"Irasshai. Untuk 2 orang ya? Silahkan duduk di meja sebelah sini." Mereka pun mengikuti pelayan toko itu dan duduk sambil memilih menu yang mereka mau makan.

Pelayan pun kembali datang dengan 2 handuk dingin dan menayangkan pesanan. Erwin langsung memesan katsudon, sedangkan Y/n ragu mengatakannya. Dengan kode memanggil pelayan, Y/n membisikkan pesanannya. Sang pelayan pun hanya tersenyum mendengar permintaannya dan pergi mempersiapkan pesanan mereka.

Sambil menunggu, Erwin memulai percakapan meski ialah yang mendominasi percakapan itu hingga makanan datang, mereka kembali diam dan fokus makan.

Di suatu sudut kedai itu, Levi dan teman-temannya yang juga sedang makan siang bersama. Yang pertama kali menyadari keberadaan Y/n adalah Hanji dan langsung nyeplos.

"Oi Levi, bukannya itu adik kelas yang pernah kamu marahin waktu perekrutan klub?"

Dengan malas Levi menoleh ke arah yang Hanji tunjuk. Seketika ia terkejut melihat  Y/n  bersama pria asing makan bersama dan tanpa sadar mendekatinya.

”oi bocah?”

"Hem? .... Sempai?" Kata Y/n sambil mengunyah makanan di mulutnya.

"Kamu siapnya Y/n?”
" Om juga siapanya dia?”

Tatapan Erwin dan Levi bertambah sengit seperti ada pertarungan petir dibalik tatapan mereka

















attack on UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang