Bad Day Bad Mood

12 1 0
                                    


Di sisi lain, Erwin sering kali terlihat tidak fokus. Hari ini ia telah menyelesaikan pekerjaan nya dengan cepat. Dalam perjalanan pulang, entah mengapa ia memilih untuk pergi ke taman. Dengan laju jalan yang lambat, ia memperhatikan indahnya tanaman di taman itu. Melihat ada bangku kosong didekat sungai,  ia langsung melangkah ke sana dan duduk memperhatikan air sungai yang terlihat damai. Semilir angin berhembus pelan membuatnya lebih nyaman dengan posisinya hingga tanpa terasa ia terlihat seperti orang yang tidur.

"Erwin-san?” suara yang tak asing baginya, membuat ia membuka matanya yg telah memberat. Sebuah tangan tiba-tiba teraba di dahinya, sontak ia membuka matanya dan melihat Y/n yang menarik tangannya dari hadapannya.

" Erwin-san kalau sakit, segera lah pulang, jangan menghabiskan waktumu untuk diam di sini. Akhir-akhir ini cuacanya sering berubah ubah."  Y/n melepaskan syal creamnya yang dia pakai dan dia pakaikan pada leher Erwin.

Ia baru menyadari jika waktu yang ia habiskan di taman terlampau lama. Sebelum ia tertidur, langit masih berwarna oranye cerah, namun sekarang langit benar-benar telah berwarna hitam. Y/n sepertinya menyadari bahwa ia tanpa sengaja tertidur di luar.

"Apakah Erwin-san perlu saya bantu pulang?” Y/n bertanya seperti itu karena melihat Erwin yang mukanya terlihat lelah dan sedikit bersemu merah di sekitar pipinya. Sehingga Y/n menyimpulkan bahwa Erwin sedang demam seperti ayahnya yang sering sakit karena pekerjaan berlebihannya.

"Ah tidak kok Y/n. Aku baik-baik saja. Bukankah kamu lebih penting untuk di antar pulang?" Erwin dengan mantap berdiri dari duduknya dan tanpa diduga ia merasa pusing tiba-tiba. Untung Y/n menahan sedikit badannya dengan badan mungil nya.

"Apakah ini yang dikatakan 'baik-baik saja'?" Nada kekesalan terdengar dalam kalimat yang dilontarkan Y/n. Erwin pun hanya tersenyum halus mendengarnya. Tanpa melawan balik ia pun menerima tawaran Y/n.

Dalam perjalanan, Erwin memperhatikan Y/n. Ia merasa ada yang berbeda dengannya, dia tidak terlihat seperti anak SMP, malah ia terlihat anak kuliahan dengan tingginya yang membuatnya sedikit miris. Ditambah gayanya yang terlihat dewasa, dia benar-benar terlihat seperti wanita muda.

"Ada apa Erwin-san?” dengan tatapan kurang nyaman, Y/n bertanya. Erwin yang sedikit terkejut hanya menggelengkan kepala.

Tidak terasa bus yang mereka tumpangi sudah sampai di kawasan tempat tinggal Erwin. Dengan langkah ber iringan, mereka menuju apartemen Erwin. Namun kesialan Y/n masih berlanjut. Tiba-tiba hujan turun perlahan-lahan.

Sesampainya di depan pintu apartemen Erwin,  Erwin mengajak Y/n masuk ke apartemen nya melihat hujan yang berubah menjadi deras. Y/n yang tidak memiliki pilihan lain, dia pun masuk ke dalam apartemennya.

Sejauh matanya memandang keadaan apartemen Erwin, Y/n dapat menyimpulkan pria itu cukup lumayan rapi dan bersih. Erwin pun menghilang dibalik pintu kamarnya. Sembari melihat apartemen Erwin, Y/n hanya berdiri di dekat pantry.

Erwin keluar dari kamarnya membawa handuk ditangannya dan sebuah kaos miliknya di tangannya. Y/n pun mendekati kursi di dekat pantry. Y/n kira Erwin akan mandi, namun baju dan handuk itu sekarang ada di depannya.
"Mandilah dulu, nanti demam kalau masih tetap pakai baju basahmu."

Y/n kembali menatap Erwin dan dengan nada ketus ia berkata "bukankah yang sakit sekarang adalah kau? Orang sakit mana yang tidak tau jika dirinya sakit. Baka." Y/n mendengus sambil membuang mukanya.

"Setidaknya gantilah bajumu" Tangannya terulur dan mengacak rambut Y/n. Setelah ia merasa cukup, ia pun masuk ke dalam kamar mandi.

Muka kesal pun tak bisa disembunyikan lagi, Y/n benar-benar kesal dengan harinya. Kesialan ini berawal dari ayahnya yang bangun siang, disusul ia harus menunda makan siangnya karena panggilan guru. Kemudian waktu pulang sekolah, ia lupa kalau hari ini merupakan hari perekrutan anggota baru ekstrakurikuler sehingga membuatnya mendapatkan masalah dengan seniornya yang menyebabkan kartu id sekolahnya disita senior menyebalkan itu. Lalu dalam perjalanan pulang setelah ia mengantarkan makan malam ayahnya di kantornya, ia bertemu Erwin dengan keadaan memprihatinkan. Dan yang paling parah adalah hujan deras yang menyebabkan ia harus menetap sementara di apartemen Erwin.

Setelah mengevaluasi kesiapannya, Y/n mendekati jendela apartemen Erwin dan menutup nya dengan gorden. Sensasi dingin kain basah mulai menyebar di kulit Y/n, dengan cepat ia melepas bajunya dan mengecek pakaian dalamnya, mungkin saja basahnya air hujan meresap hingga bagian itu. Nyatanya pakaian luar maupun dalam sudah basah. Tangannya secepat kilat mengambil baju yang diberikan kepadanya dan setelah ia mengaca ia terlihat seperti anak kecil yang menggunakan baju super besar. Bagian bawah baju itu seperti sebuah rok selutut di badannya.

Pintu kamar mandi terbuka tidak lama setelahnya dan menampakkan Erwin yang baru saja mandi dengan penampilan yang fresh. Tetapi rona di pipinya tetap muncul dan pandangannya tak bisa lepas dari Y/n yang terlihat imut meski hanya melihat bagian belakang tubuhnya.

Merasa ada yang mengawasi, Y/n melihat sosok di belakang tubuhnya melalui kaca di depannya sedang memandangnya lekat.
"Erwin-san, apa yang kau lihat?!" Ucapnya sambil menyilangkan tangan di depan dadanya. Bukannya menjawab pertanyaan, Erwin hanya tertawa dan mengacak-acak kembali rambut Y/n

"Hanya papan datar".

attack on UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang