PY

82 10 0
                                    

"Selamat Sore pak," ucap Vino, sang sekretaris dari pria yang sekarang sedang menatap layar gelap ponselnya.

"Hm," jawab pria tersebut tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

"Pekerjaan saya telah selesai, apakah ada yang bapak butuhkan sebelum saya pulang?," Tanya Vino dengan senyum yang penuh akan harapan agar kata 'tidak' terucap dari bibir sang atasan.

"Tidak," jawab pria tersebut membuat senyum Vino semakin lebar dengan kepalan tangan senang dan pandangan menunduk hingga terlihat plat nama di atas meja dari pria tersebut.

FABIO DEV ZAGGARTION
  PRESIDENT DIREKTUR

"Kalo begitu saya permisi pulang pak, selamat sore," pamit Vino menahan senyum lebarnya, tak menyangka sang atasan yang akhir-akhir ini sibuk mengejar cinta dan membuatnya repot justru terlihat tenang hari ini.

"Hm," respon Dev

Apa dia tak merindukanku?, batin Dev bertanya-tanya, kenapa sang wanita yang akhir-akhir ini Ia kejar cintanya tak mengabarinya karena menurut Dev harusnya sang wanita mencari dan merasa kurang karena Dev hari ini tidak menganggunya.

"Huh hahahaha, bodoh kau Dev!," Tawa Dev mengejek dirinya sendiri sembari meletakkan ponselnya secara kasar.

"Dia benar-benar tak menyukaiku? Sedikitpun?," Tanya Dev tak percaya sembari menarik rambutnya, frustasi.

"Sialan!," Umpat Dev marah dan menendang meja.

Hening hingga Dev memutuskan untuk pulang ke apartemen nya tapi saat dirinya baru saja membuka pintu mobil, notif pesan masuk.
________________________________________
                              Carolline
                                 Online
________________________________________

Ada yang ingin saya bicarakan
16.31 Read
________________________________________

Dev mengerutkan dahinya setelah membaca pesan dari Carolline dan memilih tak ambil pusing, dirinya masuk mobil dan pulang menuju rumah.

Baru saja memasuki rumah, Dev sudah bertemu dengan Carolline yang duduk di ruang keluarga.

"Kenapa?," Tanya Dev berdiri tak jauh dari Carolline

"Kamu gak mau mandi dulu?," Ujar Carolline sembari menatap Dev sedangkan Dev tak menjawab pertanyaan Carolline dan justru pergi menuju kamar.

Sekarang Carolline, Erzan dan Dev sedang makan malam bersama. Setelah selesai Erzan kembali ke kamarnya tanpa sepatah katapun sedangkan Carolline dan Dev pergi ke ruang kerja milik Dev.

"Ada apa?," Tanya Dev setelah Carolline duduk di kursinya.

"Mari bercerai," ajak Carolline dengan santainya

"Apa! Bercerai!," Ucap Dev kaget sekaligus marah.

"Iya, kenapa? Ada masalah?," Tanya Carolline santai dan bingung akan sikap Dev

Mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya sebuah pertanyaan keluar dari bibir Dev.

"Hufh, kenapa tiba-tiba?,"

"Saya sudah memikirkannya selama sebulan ini, jadi tidak tiba-tiba menurut saya," jawab Carolline tenang

Hening beberapa saat sebelum sebuah jawaban dari Dev membuat Carolline bingung dan tak paham akan jalan pikir Dev.

"Tidak bisa,"

"Kenapa? Bukankah kamu punya seseorang yang kamu sukai? Harusnya ini menjadi kesempatan yang bagus,"

"Dari mana kau tau?,"

"Itu tidaklah penting, Dev," jawab Carolline mulai kesal

"Kita tidak bisa bercerai," ujar Dev

"Apa?! Kenapa?! Ini tidak akan merugikanmu, kenapa-"

"Tidak yaa berarti tidak, berhenti berkata!,"

"Tidak bisa begitu! Apa sebenarnya yang kau rencanakan hah? Ini harusnya menjadi kesempatan bagus untuk mu ag-"

"Diamlah Carolline!! Kita tidak akan bercerai! Tidak ada perceraian!,"

"Dev.. saya tau pernikahan ini pasti membuatmu terbebani, jadi lebih baik kita bercerai saja, tidak akan ada yang dirugikan," ujar Carolline mencoba tenang

"Tidak! Carolline!," Jawab Dev penuh penekanan

"Lalu kita mempertahankan hubungan pernikahan ini? Dengan keadaan seperti ini?," Tanya Carolline kesal

"Keadaan seperti apa?," Tanya Dev

"Apa?! Dev! Serius??? Kau bertanya?," Tanya Carolline frustasi sedangkan Dev hanya menganggukan kepala santai.

"Akhh terserahlah," teriak Carolline frustrasi dan marah, niat hati ingin membuat Dev marah justru dirinya yang marah bahkan frustasi dibuatnya.

Carolline beranjak dan pergi menuju kamarnya dan sesampainya di kamar, ternyata Erzan telah menunggu.

"Mama," panggil Erzan sedangkan Carolline hanya mengulas senyum dan mengusap rambut Erzan.

"Mama baik-baik saja?," Tanya Erzan khawatir dan hanya dibalas gelengan kepala oleh Carolline.

"Udah jam 9, ayo tidur," ajak Carolline pada Erzan kemudian mereka pun tidur bersama.

Disisi lain, Dev baru saja membaringkan tubuhnya bersiap untuk tidur tapi baru saja memejamkan matanya sebuah suara terdengar.

"Mari bercerai"

Suara Carolline yang mengajaknya bercerai terdengar.

"Sial!," Umpat Dev sembari mendudukkan dirinya

"Kenapa gue gak mau diajak cerai ya?," Tanya Dev bingung akan dirinya sendiri

"Padahalkan ini kesempatan bagus, sial! Gue kenapa?!," Ucap Dev marah.

.
.
.
.....

LUMRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang