2.1 Club

424 27 0
                                    

Hari ini sebenarnya adalah hari liburan bagi Khaotung, tapi sayangnya pacar tampannya, First, masih harus bekerja. Rasa rindu menggerogoti hati Khao, membuatnya ingin sekali bermanja dengan First.

—————-
Daddy ☹️

First
First
First
Ihhh lagi lagi mengaibaikan aku.
Aku jadi sedih.
Kamu sudah tidak sayang aku lagi ??
Kamu sudah tidak cinta aku lagi yaaa? 😡😡

Bicara apa ni baby?
Kamu rindu aku?
Ingin bertemu?

Tidak!!
Aku gamau ketemu paman tua!

Damn baby
Kamu lagi ngapain?

Aku lagi rebahan sama montow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku lagi rebahan sama montow.

First Pov

LUCU SEKALI, AKU JADI MAHU CIUM DIA DENGAN BRUTAL.

First pun terus menghubungi pacar munggilnya

........,.

"Hello, baby. Kamu sedang apa?"

"Tuh, aku kan baru kirim gambar ke kamu, apa kamu gak lihat?" jawabnya dengan nada kesal.

"Galak sekali, kamu mau apa, baby? Maaf ya, aku janji akan luangkan waktu akhir minggu ini buat kita. Aku lagi sibuk banget."

"Pasti kamu lelah ya? Aku ngerti kok, cuma... hari ini aku bosan banget, cuma rebahan di rumah. Apa aku boleh keluar sama teman-teman nanti malam?"

"Kemana? Kenapa harus malam? Sama siapa?" tanyaku. Rasa cemburu dan posesifku langsung muncul. Bagaimana tidak? Lihatlah pacarku, lucu dan menawan, siapa yang gak bakal tertarik?

"Hehe, cuma mau ke club sama Dunk dan Chimon. Sepertinya pacar mereka juga ikut."

"Club malam? Tidak! Kamu hanya boleh pergi sama aku. Nanti kalau kamu mabuk, terus ada orang jahat yang menculik kamu gimana?"

"Hahahaha, kan sudah ada om cabul yang sering culik aku ke rumah dan kantor."

"Baby!"

"Boleh ya ya ya ya? Sebentar aja kok, bye daddy. Sepertinya Montow mau makan."

Sebelum aku bisa berkata apa-apa, Khao sudah memutuskan teleponnya. Dia semakin lama semakin nakal. Aku hanya bisa menghela napas, berusaha fokus kembali pada pekerjaanku.

Pukul 8:30 malam, Khao sudah dijemput oleh Chimon dan pacarnya, Perth, untuk pergi ke club. Khao sengaja mengatur teleponnya dalam mode "Do Not Disturb" agar tidak ada yang mengganggunya malam ini. Dia ingin bersenang-senang.

Musik di bar menggema. Walau sering ke bar, Khao jarang minum alkohol, kecuali kalau ada aku bersamanya. Malam ini dia juga tidak berniat mabuk.

"Berikan aku cocktail manis," kata Khao pada bartender, yang ternyata teman First bernama Mark.

"Kemana pacar tampanmu itu? Apa dia tahu kamu ke sini?" tanya Mark heran melihat Khao sendirian.

"Aku ke sini sama teman-teman kok," jawab Khao sambil menunjuk teman-temannya yang duduk di sofa di sudut bar.

Saat pesanannya selesai, Khao berjalan kembali ke arah teman-temannya, namun tiba-tiba seorang pria melanggarnya hingga cocktail yang dipegang Khao tumpah ke pakaiannya.

"Maaf! Aku akan menggantinya," kata pria itu, tubuhnya jauh lebih besar dibanding Khao, mengenakan kemeja dengan beberapa kancing terbuka.

"Tidak usah," jawab Khao singkat dan segera berjalan menuju toilet untuk membersihkan pakaiannya.

"Siapa namamu? Aku Ohm. Salam kenal," ucap pria itu sambil mengulurkan tangan.

Khao hanya tersenyum tipis, mengabaikannya. Merasa diabaikan, Ohm mengikutinya sampai ke toilet, bahkan menawarkan tisu untuk membersihkan noda. Dia mencoba mengelap pakaian Khao, tapi Khao menolak dengan halus.

Setelah selesai membersihkan, Khao keluar dari toilet dan bersiap kembali ke teman-temannya. Namun, dia terkejut ketika melihat First berdiri di ujung ruangan, tatapan tajam terarah padanya.

Saat Khao hendak mendekat, tangan Ohm menarik lengannya.

"Boleh aku minta nomormu? Atau setidaknya, beri tahu aku namamu," tanya Ohm.

Tiba-tiba, genggaman Ohm ditepis oleh tangan First. Dengan tatapan penuh kemarahan, First berkata, "Jangan sentuh pacarku sembarangan," lalu menarik Khao keluar dari club, meninggalkan Ohm terdiam.

Khaotung mulai gugup. First menyeretnya ke mobil, mengunci pintu, membuat Khao tidak punya jalan keluar.

First menatapnya dengan mata tajam, menggenggam tangan Khao dengan erat. "Di mana lagi dia menyentuhmu?" tanyanya dengan suara rendah.

"First... aku bisa jelaskan," Khao menjawab dengan gugup.

"Jawab aku, baby. Apa dia menyentuhmu selain tanganmu?"

"Tidak..."

"Apa yang kamu lakukan di toilet bersamanya? Apa dia menyakitimu?"

"Dia cuma bantu aku, First... Please, jangan marah." Mata Khao sudah mulai berair, takut First benar-benar marah. Dia pun menjelaskan kejadian sebenarnya, termasuk bagaimana dia menolak ajakan Ohm.

First menatap noda cocktail di dada Khao, perlahan membuka kancing bajunya, lalu menjilat bekas noda itu. "Manis," bisik First di telinga Khao.

Wajah Khao berubah merah. First menggeser kursi mobilnya ke belakang, menarik Khao ke pangkuannya.

"Kamu nakal sekali, ya? Aku sudah bilang jangan pergi ke club. Coba kalau aku terlambat, pasti Ohm masih mengganggu kamu. Aku gak suka," gumam First sambil menekan kepala Khao ke dadanya, menunjukkan betapa tidak senangnya dia dengan situasi tadi.

Khao menunduk, merasa bersalah. "Khao minta maaf, First. Jangan marah lagi ya," kata Khao dengan suara pelan, matanya sembap.

First tidak bisa menahan diri. Dia mencium pipi Khao yang merah, lalu bertanya, "Kamu masih mau ke dalam?"

"Tidak... Khao mau pulang sama First."

"Baiklah. Aku akan menghukum pria nakal ini di rumah. Bersiaplah, baby," jawab First sambil tersenyum jahil.

"Gamauuu!! Aku gak mau dihukum, First," rengek Khao.

First hanya tersenyum dan mencium bibir Khao sebentar sebelum menempatkannya kembali ke kursi penumpang, siap membawa mereka pulang.

My dear Khaotung 🧸 (firstkhao)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang