prolog

14 4 15
                                    

"Kak, jangan sering-sering nonton narnia"

Jiwa menyampaikan keresahan hatinya kepada kakak lelaki satu-satunya yang dia miliki. Menurutnya cala semakin lama semakin terobsesi dan dia bisa gila karena itu.

" gua nonton narnia untuk inspirasi melukis gua juga tau kalau itu khayalan
Nggak mungkin gua ajak singa ngobrol di taman safari"

" terserah deh" jiwa sudah kadung lelah meladeni kakaknya yang aneh namun dia cintai sepenuh hati.

"Jiw, pinjem kuas dong" teriak cala dari luar taman belakang rumah

"Hadeh, pasti patah" jiwa mendumal kesal, kalau sudah perihal pinjam meminjam kuas. Dipastikan kuas milik cala rusak atau hilang. Baik niscala atau sadajiwa memang lahir dengan bakat yang terlalu banyak. Salah satunya melukis. Itu darah keturunan ayah ibu mereka yang juga seorang seniman.

" nih.." jiwa berlalu dari hadapan cala

" thank you bruhh"

Niscala menyelesaikan pulasan terakhir pada lukisannya, kali ini dia menggunakan teknik pointilis. Yang lukisanya dibuat dengan menitik cat warna pada kanvas sehingga menyusun pola atau bentuk tertentu.

 Yang lukisanya dibuat dengan menitik cat warna pada kanvas sehingga menyusun pola atau bentuk tertentu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" kenapa lo ga nerusin usaha papa aja?"

"Lo aja ga mau nerusin, malah nanya gw" cala mengambil kuas di papan cat akrilik miliknya.

Keluarga nareswara termasuk keluarga yang punya pengaruh besar dalam bisnis pertambangan, serta olah minyak. Bisa dibilang baik niscala dan sadajiwa dilahirkan dalam keluarga kaya secara turun-temurun.

Usaha keluarga yang sudah berjalan dari zaman kakek buyut mereka, hingga saat ini 3 generasi. Ayah mereka
Jonathan nareswara. Berharap salah satu dari kedua anaknya mau meneruskan bisnis ini.

Tetapi niscala sebagai putra tertua bahkan tidak terlihat punya tendensi maupun ketertarikan pada bisnis. Dia lebih senang melakukan apa yang menjadi passionnya. Niscala telah diajak berdiskusi berkali-kali namun jawabannya tetap sama

" coba tanta jiwa pa, jiwa itu lebih suka bisnis ketimbang aku"

Sadajiwa memang lebih fleksibel, dia cerdas dalam banyak hal, bukan niscala tidak. Hanya jiwa lebih menonjol dalam urusan lobi-melobi rekan bisnis.

" kak, lo tu harusnya pegang bisnis papa yang di romania"

" nanti ajalah, gua masih belom kepikiran"

Susah..

Itulah kata yang tepat menggambarkan niscala, jiwa punya aura pemikat dalam urusan tawar-tawaran bisnis. Tetapi urisan menawar niscala adalah pekerjaan rumit.

MERCUSUARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang