JAMUAN MALAM

6 1 0
                                    

" kalian harus dateng malem ini, jangan bikin malu papa, ini rekan bisnis keluarga kita. Pak handoko"

" pa, tapi aku udah ada janji mau ngomongin soal galeri yang di itali sama jake, masa dibatalin? Mumpung dia di jakarta"

" ajak aja jake makan malam disini"

" pa, gimana sama permintaan tuan yamanaka? Dia nggak mau kalo harganya segitu?"

" STOP!!"

Semua terdiam, baik niscala, jiwa dan mama

"Nanti aja dibahas, cala jake suruh kesini, jiwa nanti suruh orang kita hubungin pak yakanama lagi."

" hadehh repot"

Cala dan jiwa mendengus kesal bersamaan.

Malam itu penjamuan makan malam, sekalian tidak luput membahas bisnis dan bisnis lagi. Hal yang membosankan sekali bagi niscala. Karena dia benci hal kaku begini, dia memilih keluar dari malam jamuan. Sementara keluarganya sibum bercengkrama di ruang tengah di rumah mereka yang sebesar istana itu.

Niscala duduk di taman tidak lupa segelas wine yang dibawanya dari dalam, rasanya begini lebih menenangkan. Bagaimana bisa ada orang yang betah bicara bisnis selama itu? Sungguh membosankan.

" bosan bukan?"

Niscala terkejut mendapati seorang gadis duduk di sebelahnya tengah meminum wine yang sama seperti miliknya.

" siapa?"

Dia menyodorkan tanganya kepada niscala, dan disambut oleh cala

"   lo niscala nareswara kan?"

Dia menyebutkan nama niscala secara lengkap tanpa kesalahan.

" lo tau nama gw?" Niscala terlihat masih bingung.

Gadis itu mengeluarkan kuas kecil dari sisi tempat duduknya, lalu memberikan itu kepada niscala. Kuas itu terlihat usang dan bekas tambalan selotip pada bagian tengah kuas.

Niscala terlihat tidak percaya dan membelalakan matanya besar.

" SWARA??? SWARA VARSHA?"

swara tersenyum dan mengangguk, ternyata teman masa kecil niscala. Kuas itu pernah tak sengaja dipatahkan oleh niscala, sementara itu kuas kesayangan swara kala itu.

" astagah, ra? Ini bener lo?" Cala menguncang bahu ara tak percaya.

" ya terus lo pikir setan?" Swara mengerlingkan matanya kesal.

Niscala tertawa, dia tidak menyangka bahwa akan bertemu teman masa kecil pada malam perjamuan. Dia tau pak handoko adalah ayah swara, tetapi dia tidak berfikir swara akan ikut kesini. Karena seperti yang dia tau bahwa
Swara masih melanjutkan pendidikan nya di luar negri.

" kapan lo pulang ra? Kenapa nggak ngabarin?" Niscala semangat sekali

" baru 2 hari lalu deh, cuma seminggu abis itu gw balik lagi ke italia"

" lo kuliah di italia? Serius?" Niscala tak percaya?

" iya, di sapienza roma"

" serius??? Jurusan?"

" art and humanities"

" keren" niscala bertepuk tangan

Swara menggelengkan kepala karena niscala tidak pernah berubah dari dulu, dia selalu paling semangat tentang apapun yang dia dengar.

" lo di boston ya? Dan udah lulus? S2?"

Niscala mengangguk

" lo tau gw lulus? Tau dari mana?"

" hmmm...papa..iya dari papa"

Swara menggaruk tengkuk lehernya canggung, sebenarnya tidak mau ketauan bahwa dia senang mengutit niscala dari semua media sosialnya.

" lo kenapa duduk disini?"

" ya menurut lo gimana? Orang betah banget ngobrolin bisnis segitu lama"

Swara tersenyum sekilas.

" lo kan anak tertua kenapa nggak nyoba bisnis bokap?"

" bosen lah ra, lo tau gw nggk suka serius-seriusan"

Swara tau betul kalau teman masa kecilnya sangat anti lingkungan kaku. Dan semua hal yang serius, niscala si tukang healing. Dia lebih baik menelusuri satu negara ke negara lain untuk mencari ilmu baru, ketimbang duduk di ruangan ber ac memimpin rapat.

" ra, besok lo free nggak?"

" kenapa?"

" temenin gw yok, gw pengen ke pameran di menteng"

" boleh, kabarin aja"

Niscala tersenyum, paling tidak dia punya teman untuk melihat pameran besok, biasanya dia hanya sendiri
Atau ditemani oleh asisten yang biasa mengambil foto untuk dokumentasi feed instagram miliknya.

MERCUSUARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang