Prolog

22 2 0
                                    

Bertemu dengannya lagi, membuat Arkan tersenyum sumringah. Tujuh tahun lamanya setelah lulus dari bangku sekolah menengah atas, mereka kembali bertemu dalam sebuah reuni.

Arkan yang melihat perempuan itu duduk jauh darinya, sekitar dua meja dari tempat dia duduk, Arkan berdiri dan pindah ke bangku kosong yang ada di samping perempuan itu. Arkan menyapa, "Hai."

Perempuan itu menyambut sapaan Arkan dengan senyum merekah dan membalasnya, "Hai."

"Gimana kabarnya?"

Arkan berusaha mengakrabkan diri dengan perempuan itu setelah sekian lama tidak bertemu.

"Baik. Lo?"

"Baik."

Arkan melirik ke arah jari manis dari perempuan yang ada di hadapannya sekarang. Perempuan itu pun sadar saat Arkan sedang memperhatikan tangan kirinya, tepatnya jari manisnya.

"Gue belum nikah ataupun tunangan, Kan." Lalu perempuan itu melihat ke arah jari manis Arkan. "Udah tunangan? Atau udah nikah?"

Arkan tersipu malu. Dia ketahuan telah memperhatikan jari manis perempuan itu. "Ini, gue baru tunangan."

"Kok, nggak diajak?"

"Sibuk dia," jawab Arkan.

"Sibuk atau Lo yang nggak mau ngajak tunangan Lo?"

Arkan terkekeh.

"Takut nggak bisa deketin cewek-cewek di acara reuni angkatan, ya?" goda perempuan itu.

"Nggak gitu, Nggi."

Perempuan yang berinisial 'Nggi' itu memiliki nama lengkap Anggita Putri atau yang biasa di sapa Anggi, tertawa. Dia hanya bermaksud untuk meledek Arkan yang tampak salah tingkah. Anggi merasa telah menepati sasaran padahal hanya berniat bercanda.

"Nggi, gue senang bisa ketemu Lo lagi setelah sekian lama Lo menghilang kabar," kata Arkan.

Anggi hanya tersenyum. Senyum yang memberikan penuh makna pada siapa saja yang menjadi lawan bicaranya. Arkan paham akan maksud dari senyum Anggi itu, namun Arkan tidak ingin bertanya lebih, karena dia tahu Anggi tidak akan menjawabnya, terlebih lagi tidak akan sopan bila dia bertanya saat pertama kali bertemu setelah sekian lama.

***

"Kamu dari tadi lagi senyum-senyum aja sambil lihat HP. Baca apa, sih?"

Arkan langsung mematikan layar ponselnya dan meletakkannya di atas meja dengan posisi terbalik. Saat ini, dia sedang melakukan makan malam bersama tunangannya setelah dua minggu lamanya tidak bertemu. Dalam dua minggu itu juga, acara reuni telah usai dilaksanakan, yang artinya dalam dua minggu pula dia telah bertemu dengan teman lamanya, Anggi.

"Ada rahasia yang kamu sembunyikan dari aku, ya?" ucap tunangan Arkan sembari menatap Arkan dengan tatapan penuh selidik.

"Enggak ada, kok, ay."

"Kalau nggak ada, kenapa kamu buru-buru matiin HP kamu begitu?"

"Karena aku tau aku salah udah nganggurin kamu di saat kita baru bertemu lagi setelah dua minggu, ay," alibinya.

Tunangan Arkan tidak mau ambil pusing lagi. Dalam waktu tiga bulan ini, mereka akan menikah. Dia tidak ingin ada kecurigaan yang akan menimbulkan masalah ke depannya untuk hubungan mereka. Dia akhirnya memilih untuk mengalah dan pura-pura untuk tidak cemburu.

Teruntuk LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang