3. Reuni Berempat

9 1 0
                                    

Satu minggu kemudian. Sesuai kesepakatan bertiga untuk bertemu lagi setelah sekian lama. Sekitar empat bulan lamanya. Mereka bertemu saat di pernikahan Bayu. Mereka bertiga telah duduk di bangku sebuah kafe yang ada di salah satu kota Jakarta. Mereka memilih duduk di luar ruangan, sengaja mereka memilih duduk di sana, alasannya sih, supaya dapat melihat suasana secara langsung dan alasan utamanya adalah supaya mereka dapat merokok dengan bebas.

Yudit memberikan hadiah masing-masing satu ke teman lamanya itu. Bayu dan Arkan senyum kegirangan dapat hadiah dari Bali.

"Widih, makasih ya, Dit. Emang Lo ya, sahabat yang paling top-markotop dah," ucap Bayu sambil memukul bahu Yudit saking senangnya dia. Padahal, hadiah itu juga dia beli karena permintaan Bayu sendiri, yang katanya, mau dibelikan sesuatu dari Bali.

Yudit mengusap-usap bahunya yang kena pukulan dari Bayu. "Iya, sama-sama."

"Makasih, ya, Dit," ucap Arkan.

"Iya, Ar. Ngomong-omong, tadi Lo pesan menu sampai dua porsi buat siapa aja? Buat Dewi? Kan kita sepakat buat nggak bawa pasangan ke sini?" tanyanya.

Arkan tersenyum. Lalu, dia melihat Anggi yang sudah tiba. Arkan langsung menghubungi wanita itu, saat wanita itu telah mengangkat dan bertanya di mana, Arkan langsung melambaikan tangan. Bayu dan Yudit menoleh ketika Arkan sedang melambai pada seseorang.

"Hai," sapa Anggi yang sembari mematikan panggilan dari Arkan karena sudah ketemu.

"Hai," kata Bayu membalas sapaan dari Anggi dengan pandangan yang tak terlepas dari wanita itu. Bayu tidak percaya akan bertemu dengan Anggi lagi yang telah lama hilang kabar.

Sedangkan Yudit. Yudit hanya melongo. Dia tidak bisa berkata apa-apa ketika Anggi datang. Arkan juga sebelumnya tidak mengatakan apa-apa.

"Duduk, Nggi. Tadi udah kita udah pesan menu, sekalian gue juga udah pesenin buat Lo," kata Arkan.

"Makasih, Kan." Anggi tersenyum sembari duduk di dekat Arkan, di mana posisinya sekarang saling berhadapan dengan Bayu dan Yudit. "Kabar kalian gimana sekarang?" tanya Anggi pada kedua pria yang ada di hadapannya.

"Baik, Nggi. Lo gimana kabarnya?" jawab Bayu.

"Gue kabarnya baik. Gue denger, Lo udah nikah ya, Yu? Wah, selamat atas pernikahan Lo, ya, walaupun telat. Gue ikut senang dengarnya," ucap Anggi dengan senyum yang mengembang.

"Iya, makasih banyak, Nggi." jawab Bayu sambil tersenyum. "Arkan juga mau nikah beberapa bulan lagi," katanya.

"Iya, gue udah tau, kok."

Bayu mengangguk.

Yudit tidak tahu harus berkata apa. Sebenarnya, Yudit merupakan teman dari Dewi juga, tunangan dari Arkan. Yudit-lah yang menjadi 'mak comblang' dari keduanya, jadi Yudit telah tahu mengenai kabar pernikahan Arkan dan Dewi yang telah ditunda selama sebulan. Hanya saja, dia pura-pura tidak tahu. Bagaimanapun Arkan telah lama menjadi temannya.

Yudit selama satu minggu ini bertanya-tanya, apa yang menyebabkan hubungan kedua temannya seperti itu, dan kini Yudit mengerti. Penyebabnya adalah Anggi. Namun Yudit bingung, Anggi bukanlah wanita yang seperti itu, yang akan merusak hubungan orang, terlebih lagi Anggi telah mengetahui bahwa Arkan akan menikah.

Yudit melihat kearah Arkan. Pria itu tersenyum lebar. Jarang sekali dia melihat senyum Arkan yang bahagia seperti itu. Terakhir kali, ya, zaman sekolah dulu. Ketika Anggi akhirnya bergabung di zona pertemanan mereka dulu. Sehingga menyebabkan dirinya harus mengalah pada Arkan, walaupun dulu Arkan dan Anggi tidak pernah jadian.

Ya, Yudit dulu memendam perasaannya kepada Anggi hanya untuk seorang Arkan. Seseorang yang lebih dulu menjadi temannya. Sebegitu loyal dia pada pertemanan. Dan sebenarnya, sampai sekarang Yudit masih memiliki perasaan terhadap Anggi, meskipun sudah lama tidak bertemu dan hilang kabar.

"Kalau Lo, Dit. Gimana? Enggak ada kabar ingin menikah juga?" tanya Anggi ke Yudit yang sedari tadi hanya diam saja.

"Belum. Gue belum dapat hilal buat nikah," katanya.

"Jangankan hilal nikah, hilal buat dapat jodoh aja belum dia," celetuk Bayu bermaksud meledek temannya.

Anggi tertawa. "Ya ... Nanti kan, bisa ketemu kalau sudah waktunya. Iya kan, Dit?"

"Iya, betul. Bayu mah nggak usah didengerin, freak dia mah," kata Yudit.

Di saat mereka bertiga sedang mengobrol dan bersenda gurau, pelayan kafe datang membawa pesanan mereka.

"Terima kasih," kata Anggi.

Setelah itu pelayan itu pergi.

"Oh iya, Nggi. Maaf ya, gue nggak tau kalau Lo bakalan datang hari ini. Si Arkan nggak ngasih tau soal Lo, jadi gue cuma bawa dua hadiah," jelas Yudit.

"Sengaja gue. Biar jadi surprise buat Lo berdua," kata Arkan.

"Enggak apa-apa, Dit. Santai aja sih," kata Anggi.

"Tadi Lo datang ke sini diantar siapa, Nggi?" tanya Bayu.

"Sendiri. Naik ojek," jawabnya.

"Nanti pulang di jemput?"

"Sama siapa?"

"Cowok Lo," kata Bayu.

"Enggak. Nanti gue pulang juga naik ojek."

"Lo belum punya cowok, Nggi? Kalau gitu, bisa kali jadian sama Yudit aja. Kebetulan kalian kan juga udah kenal lama, udah saling kenal juga. Dari pada sama orang baru, kan?" ujar Bayu.

Suasana pun hening. Anggi hanya bisa tertawa kikuk. Dia bingung harus menjawab apa. Melihat situasi yang tiba-tiba hening, Bayu sendirilah yang langsung mengubah topik pembicaraan. Sangat inisiatif sekali.

"Istri gue lagi hamil, udah memasuki usia kandungan tiga bulan," katanya.

"Wah, selamat, ya, Bay!" ucap Anggi ikut senang mendengarnya. "Semoga ibu dan bayi di dalam kandungannya sehat-sehat terus."

"Aamiin."

"Keren juga Lo, Yu," ucap Arkan.

"Salut gue sama lo, Yu! Patut diacungi jempol," kata Yudit sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Berarti hari ini, Bayu yang traktir!" ujar Arkan.

"Boleh-boleh. Makan dah kalian yang sepuasnya, nanti gue yang bayarin!" ucap Bayu.

"Bukan dibiarin kan, ya?" kata Anggi.

"Iya, gue yang bayar. Gue kan orangnya baik, tidak sombong, rajin menabung dan royal."

"Iya dah, iyain," kata Yudit sambil terkekeh. "Oh iya, Nggi. Nanti pulang biar gue yang antar, ya?"

"Enggak usah, Dit. Ngerepotin nanti," tolak Anggi secara halus.

"Enggak apa-apa, Nggi. Gue senggang kok, hari ini. Jadi nggak apa-apa gue antar Lo pulang, ya?"

"Kalau memang begitu, boleh." Anggi akhirnya menerima tawaran Yudit yang ingin mengantarnya pulang.

Yudit tersenyum. Sedangkan Arkan, dia berusaha untuk tidak menunjukkan sikap cemburunya. Arkan pun terpaksa memberikan senyum palsu. Bayu yang melihatnya hanya bisa menghela napas. Untuk kedua kalinya, Bayu menjadi saksi untuk kisah ketiganya. Tapi kali ini berbeda, Arkan telah memiliki seseorang di kehidupannya walaupun statusnya masih bertunangan.

Teruntuk LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang