Seorang wanita muda yang baru saja genap berusia dua puluh empat tahun sedang bersiap-siap untuk berangkat ke tempat kerjanya.
"Morning Dad."
Shani Indira Natio namanya, biasa di panggil Shani,anak pertama dari Anadira dan Indira.
"Morning Cici."
"Daddy jadi ke Surabaya?"
"Jadi sayang, sekalian jenguk koko."
Shani mengangguk, adik keduanya bernama Satria sedang berkuliah di Surabaya.
"Morning Daddy, morning cici." Anak ketiga dari keluarga Natio baru saja bergabung.
"Morning juga Mumu sayang."
Dia adalah Muthe, adik bungsu Shani yang sangat centil, cantik dan manja.
"Cici, aku nebeng ya. Males bawa mobil."
Shani hanya mengangguk, dia melanjutkan makan sarapannya dengan sangat anggun.
"Timaaciw bu C.E.O." Muthe memberikan flying kiss untuk cicinya.Shani tiba di gedung perusahaannya, dan langsung di sambut oleh sekretarisnya Feni. Mereka juga sudah bersahabat sedari sekolah menengah pertama.
"Selamat pagi the young lady. "
Feni mengikuti Shani dan berjalan melewati para karyawan yang menunduk menyapa kehadiran orang nomer satu di perusahaan tersebut.
"Tumbenan telat Shan."
Feni membuka pintu ruangan Shani.
"Biasa Fen, Mumu minta nebeng."
Sebenarnya Muthe punya mobil sendiri, tapi terkadang memang minta di antar oleh Daddy atau cici nya. Karena gadis itu adalah anak bungsu di keluarganya, makanya Shani sangat memperhatikan adiknya tersebut, dan sebisa mungkin dia akan memantau kemanapun Muthe pergi. Tipe cici terlihat cuek dan dingin tapi sebenarnya sangat protektif.Jam istirahat Shani dan Feni makan siang di salah satu kafe langganan mereka.
"Itu aja sih mas, makasih ya."
Feni sangat ramah, berbanding terbalik dengan bosnya, yang hanya berwajah datar dan terkesan dingin.
"Jadi gimana Shan?"
"Seperti kata gue di awal Fen."
"Huh..okelah Shan."
Feni hanya bisa pasrah mendengar jawaban bosnya tersebut, mengenai rencana kerja sama dengan sebuah perusahaan asing yang sedang berkembang. Dan pemilik perusahaan itu adalah Nando, seorang WNI yang memang sudah lama tinggal di Negara yang bertetangga dengan Indonesia, yaitu Singapura. Nando memang dulu pernah satu sekolah saat di menengah atas dengan Shani juga Feni, dan laki-laki tersebut adalah mantan kekasihnya dulu.Shani memang sengaja menolak karena dia sudah tidak mau berdekatan lagi dengan laki-laki itu, mungkin dia terdengar tidak profesional saat ini, tapi Shani tidak perduli dengan hal itu.
Saat tengah asik menikmati makanannya, Shani melihat ke arah pintu masuk. Baru saja ada seorang gadis berambut bondol dengan kaca mata frame bening membuatnya menghentikan kunyahan makanan di mulutnya. Di susul juga seorang laki-laki di belakang gadis itu.
"Ci Shani, Mpennn..."
Gadis bondol memeluk keduanya secara bergantian.
"Hey adek baru pulang kampus?"
"Iya, cape banget sumpah."
"Gre aku tunggu di meja pojok ya."
Laki-laki itu berpamitan karena merasa tidak nyaman dengan tatapan Shani.
"Gak mau gabung kita aja Gre?" Feni menepuk sofa di sebelahnya.
Gracia menggeleng, melirik wajah dingin di sebelahnya.
"Takut ganggu urusan kalian, lagian juga kalian udah mau balik kantor kan."
Shani memutar bola mata malas mendengar jawaban Gracia.
"Uh padahal gue kangen banget sama lo Gre." Feni mengacak rambut Gracia, dan malah mendapat tatapan horor dari Shani.
"Hehe next time kita nongki bareng ya, gue sibuk banget mau skripsian."
Diam-diam Shani mencuri lirik ke gadis yang sudah dia kenal sedari gadis itu masih bayi.
"Ya udah kalian lanjut aja makannya, nanti bang Juna ngambek gue tinggal lama."
Gracia menghampiri Shani, menunduk dan mengecup pipinya dan membisikan kata.
"I miss you so much. "
Gracia pergi dengan meninggalkan debar di dada si C.E.O dingin tersebut.Shani baru saja tiba di rumahnya. Dia melihat Muthe yang sedang menonton tv di ruang tengah.
"Tadi Ci Gre kesini, nungguin cici lama banget pulangnya, jadi dia pulang barusan."
Shani terdiam mendengar ucapan adik bungsunya.
Dia memilih untuk naik ke kamarnya tanpa mengatakan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
But Daddy I Love Her
PoetryGak usah deskripsi deh ya, yang pasti ini cerita tentang Shani dan Gracia