4.

485 50 1
                                    

Gracia dan ketiga sahabatnya baru saja selesai dengan urusan pendaftaran untuk Yudisium mereka.
"Akhirnya lo bisa pergi bareng ci Shani ya Gre."
Sisca, Gita dan Jinan memang kenal dengan Shani, tapi hanya sebatas pernah bertemu beberapa kali. Bisa di bilang tidak terlalu akrab.
"Yo'i Gre, seneng kan lu.?
Gracia mengangguk menyetujui ucapan Sisca dan Jinan.
"Berapa lama lo di Bangkok?"
Gita ikutan kepo
"Gue gatau guys, ntar gue tanyain. "

Setelah terakhir kali Shani berkunjung ke rumahnya beberapa hari yang lalu, Gracia memang belum bertemu dengan Shani lagi. Jadinya dia tidak tahu apa-apa tentang jadwal keberangkatan mereka, kapan, dan berapa hari akan stay di Bangkok.
Jadi malam ini dia akan mendatangi Shani.

Shani dan Feni baru saja selesai menyelesaikan pekerjaan mereka. Saat ini keduanya sedang menuju parkiran.
"Eh Fen semua sudah oke kan? "
"Udah Shan, gue udah email semuanya."
"Sip, thanks ya."
"Selamat berbulan madu Shan."
Shani hanya menggelengkan kepalanya.

Shani meminta Feni untuk mengurus segala hal selama dia dan Gracia berada di bangkok, dari tiket pesawat, Hotel, kendaraan dan segala macam perintilan-perintilan lainnya.

Selama di perjalanan pulang Shani jadi banyak tersenyum, walaupun dia harus mengerjakan lebih banyak kerjaan beberapa hari ini,tapi saat mengingat akan pergi dengan Gracia dia menjadi lebih bersemangat. Karena sudah lama sekali rasanya mereka tidak menghabiskan waktu bersama, terakhir mungkin saat dia dan Gracia juga ke tiga adik mereka berlibur ke Bajo setahun yang lalu. Tapi kali ini akan berbeda karena mereka hanya akan pergi berdua, catat ya hanya berdua. Zoya, Toya dan Muthe tidak bisa ikut karena bentrok dengan jadwal UAS mereka.

Saat sampai di rumah, Shani melihat Muthe sedang berbincang dengan Zoya Toya.
"Cici..."
Keduanya memeluk Shani
"Sudahhh jangan meluk cici aku kayak gituuu. "
Muthe mencoba memisahkan ketiganya.
"Ci Shani aja gak keberatan ya kan ci?
Zee menyenggol bahu Muthe.
" Iya nih pelit banget lo Mutheeee."
Christy kini mendorong Muthe.

Shani hanya diam saja memperhatikan ke tiga bocil di depannya. Selain Gracia, hanya tiga bocil ini yang berani memeluknya sembarangan dan dia hanya bisa pasrah.

"Sana ci..ke kamar aja."
Muthe akhirnya berhasil menarik kedua tangan si kembar.

Sampai di kamar ternyata ada bocil juga, bocil yang sedang sibuk memainkan ponselnya.
Saat Shani menutup pintu kamarnya, barulah Gracia menyadari kedatangan si pemilik hatinya, eh maksudnya si pemilik kamar.

"Kok baru pulang Shan?"
Gracia langsung memeluk tubuh Shani. Seketika rasa lelah yang Shani rasakan akibat bekerja seharian meluap entah kemana.
Shani menghirup dalam wangi rambut Gracia.
"Banyak kerjaan di kantor?"
Shani mengangguk dalam pelukannya.
Dia berubah menjadi Shani mode kalem.

Entah kenapa saat bersama dengan Gracia, Shani bisa menjadi pribadi yang berubah-ubah.
Kadang dia bisa bersikap manja, kadang suka tersenyum sendiri, mendumel sendiri, berbicara sendiri, kesal sendiri, pokoknya seperti dia terkena virus random Shania Gracia. Apa jangan-jangan memang Shani sudah terinfeksi?

Sambil menunggu Shani yang sedang membersihkan diri, Gracia memilih untuk turun menemui bocil-bocilnya.
"Ci Shani mana ci?"
Zoya bertanya ke cici nya yang duduk di sebelahnya.
"Masih mandi, eh kalian mau oleh-oleh ape nanti?"
Muthe dan Christy begitu bersemangat mendengar kata oleh-oleh. Mereka berdua saling menyebut keinginan masing-masing.
"Kamu mau apa Zoy?"
Zoy menggeleng, di saat kembarannya dan Muthe banyak meminta buah tangan,beda dengan Zee, dia  tidak tahu harus minta apa pada cici nya.
"Ajiji minta ponsel baru katanya ciii. "
Zee memukul kepala Muthe.
"Loh baru seminggu lalu ganti handphone kan Zoy."
"Hp nya dia ilang lagi ci."
Zoy menunduk menyesal dan membenarkan ucapan Christy tadi, ponsel yang baru di belikan Gracia seminggu lalu sudah hilang (lagi).

But Daddy I Love HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang