prolog

3 0 0
                                    

WARNING!!
Harap bijak!


Jamal.

Pemuda berusia 26 tahun itu menatap perempuan berambut blonde di depannya yang juga tengah menatapnya. Tatapan mereka menyiratkan makna yang berbeda, Jamal dengan tatapan yang sedikit khawatir sedangkan Rara dengan tatapan apa maksudnya?

Bibir Jamal terasa sangat kaku mendadak Setelah ucapan terakhir yang ia lontarkan. Sedangkan perempuan didepannya sampai sekarang masih belum bersuara, membuat Jamal sedikit khawatir dengan ucapannya.

Tiba-tiba Rara menghela nafas dan menatap arah lain, kemudian kembali lagi menatap Jamal. "Aku gak mau," ucapnya, yang merupakan jawaban dari perkataan Jamal.

Mata Jamal berubah menjadi tajam mendengar pertanyaan perempuan di depannya. "Kenapa?"

"Umur aku baru dua puluh dua,"

"Ya terus mau kapan, mau nunggu kamu jadi nenek-nenek?" Ucap Jamal cepat.

Rara menatap temannya itu dengan heran, "kamu kenapa sih? Lagi kerasukan?"

"Mau kapan Ra?"

"Mal kamu kenapa mendadak minta nikah sama aku?" Tanya Rara yang bingung dengan temannya yang tiba-tiba ingin menikah dengannya.

"Aku maunya kamu." Ucap Jamal dengan jujur.

"Hah? Kenapa mendadak gitu sih, perasaan kita selama ini baik-baik aja. Kamu ada dendam sama aku sampe pengen nikahin aku buat balas dendam."

Bibir Jamal mengkerut gemas mendengar jawaban temannya itu.

"Rara!" Jamal menggeram karena Rara yang bertele-tele.

"Jamal, kamu yang bener aja lah." Rara bangkit dari duduknya lalu menatap Jamal, "kamu pikirin kata-kata kamu dulu dengan baik, jangan asal." Ucap Rara.

Sebelum perempuan itu menjauh Jamal lebih dulu bangun dan menarik Rara untuk lebih dekat dengannya. Ia mendekap wajah mungil Rara dengan kedua telapak tangannya yang besar.

Matanya berkilat risau setelah Rara hendak pergi dari apartement nya. "Ayo kita nikah Ra, kamu udah lulus kan. Jadi mau nunggu apa lagi?" Ucapnya menatap Rara.

"Ta-tapi..." Rara sedikit gugup saat melihat tatapan Jamal yang begitu kokoh dengan perkataannya.

"Ra, sebenarnya setelah aku ngomong gitu, aku gak nerima penolakan dari mulut kamu."

Ucapan Jamal sukses membuat Rara bertanya-tanya.

Setelah ia Jamal menarik kepala Rara dan ja menyambar bibir merah itu dengan cepat. Membuat sangat empu terkejut bukan main.

Tangan kiri Jamal menarik pinggang Rara agar menempel dengan tubuhnya. Menahannya cukup kuat.

Sedangkan Rara mulai memberontak saat Jamal terlalu mendalami kelakuannya. Namun laki-laki itu malah menggigit bibirnya yang membuat Rara mengeluarkan kata-kata laknatnya.

Jamal mendorong tubuh Rara mendekati Sofa dengan kegiatannya yang terus berlanjut, kemudian menjatuhkan tubuh mereka diatas sofa dengan Rara dibawahnya. Ia mulai membuka kancing kemeja Rara dengan cepat. Namun tangan lembut Rara dengan kesadaran penuh menahan tangan temannya itu.

Rara memberontak dengan memalingkan wajahnya agar kegiatannya terlepas. "Jamal!" Rara melotot kearah temannya itu.

"Kamu gak mau nikah buru-buru kan? Ya udah kita nyicil buat anak dulu kalo gitu." Ucap Jamal dengan kesungguhannya.

"Apa?!"

Tanpa menunggu jawaban Rara, Jamal mulai menghujami leher Rara dengan kecupan basahnya. Tak lupa tangannya yang meremas pinggang kecil milik temannya itu.

Astaga pinggangnya sangat kecil, apa bisa dibuat hamil? Batin Jamal.

"Jamal, tunggu!" Rara mendorong tubuh Jamal namun tidak bisa.

Dengan mendadak kemeja Rara terbuka dengan lebar yang menampakan tubuh bagian dalamnya yang hanya terbalut dengan bra hitam.

"JAMAL!" Rara menatap temannya dengan panik, "ok, ayo kita nikah!" Ucap Rara dengan cepat.

Kegiatan Jamal berhenti lalu ia bangun sedikit untuk melihat penampakan di depannya, "serius? Kamu sadar sama ucapan kamu?" Tanya Jamal yang sengaja mengusap perut Rara.

Rara menahan desahannya, sebelum ia menjawab "iya! Ayo kita nikah." Ia menepis tangan Jamal yang ada di perutnya.

Senyuman tipis Jamal muncul, ini dia yang dia tunggu, sifat Rara yang ini.

Laki-laki itu menunduk untuk mengecup perut Rara, "pinggang kamu terlalu kecil, tapi masih bisa kan nampung anak aku?" Tanyanya.

Plak!

Tangan Rara memukul bahu Jamal. "Kamu kira aku penampungan anak?"

FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang