WARNING!
Selamat membaca, harap bijak ya teman-teman.
Jika Jamal berkata akan bunuh diri, maka dengan cepat Rara akan mengiyakan semua permintaan Jamal. Itulah sifat yang sangat Jamal khawatirkan jika Rara bertemu dengan orang lain yang memahami karakter Rara yang seperti ini.
Pria beranak dua itu teringat dengan Rara yang menangis karena dimarahi ibunya karena terlalu cepat untuk hamil setelah dua bulan menikah. Rara yang kala itu masih muda dan tidak tau apa-apa mengadu kepada Mama Jamal sembari menangis. Jamal yang saat itu sedang kerja di telfon oleh Mamanya dan ia segera pulang ke rumah mamanya untuk bertemu dengan Rara.
Perempuan itu menangis dan tidak mau makan sama sekali, bahkan ia sempat kecewa dengan dirinya sendiri. Seharusnya Rara itu kecewa dengan suaminya itu bukan dirinya, karena suaminya yang membuat ia hamil kan?
Jamal yang tidak mau Rara berlarut-larut dengan kesedihannya, ia menghubungi bapak mertuanya dan mengatakan yang sejujurnya. Dan saat itu mertuanya datang dan memberikan ketenangan kepada Rara. Mungkin ibunya sedikit syok karena kehamilan Rara yang begitu cepat sedangkan Rara masih muda dan pertama kalinya hamil diusia 22 tahun lewat 6 bulan.
Kadang saat mengingat masa-masa itu membuat Jamal merasa bersalah memaksa Rara untuk menikah.
Namun sekarang apanya yang harus ia sesali saat Tuhan menitipkan anak-anaknya dengan keberagaman sikapnya.
"Je! Jangan dilempar mainannya."
"Jonathan!"
"Masukin lagi mainannya."
Jamal menatap ke dua putranya yang berusia tiga tahun itu. Pria berkepala tiga itu menatap mainan yang berserakan didepannya. Kemudian ia memijit pelipis nya yang terasa berdenyut. Nyatanya jauh lebih capek dibanding kerja.
.
Kini Jo dan Je sudah mandi sore, Anak-anak itu tengah duduk di sofa dengan piyama motif tayo, tidak lupa dengan wajahnya yang putih karena bedak. Rambutnya yang tersisir rapih meski sepuluh menit kemudian akan berantakan lagi. Kedua anak itu tengah memakan cemilan khusus untuk anak-anak seusianya. Mereka duduk dengan menatap ke TV besar di depannya yang menyala.
Tangan mungil Je mengambil cemilan di depannya sebelum matanya melihat Jamal baru saja pulang.
"Papa.." Sapa Je yang membuat Jamal menoleh, ia tersenyum melihat putra kembarnya sudah rapih dan sangat lucu dengan bedak yang sangat menempel du wajahnya.
Pria itu menghampiri si kembar dan mengecupi pipi mereka satu persatu, yang tadinya capek saat melihat anaknya rasa lelahnya hilang seketika.
"Lagi makan apa?" Tanya Jamal.
"Cemilan, papa mu?" Jo menjawab dan menyodorkan cemilannya ke arah Jamal.
"Papa kalo mau nyium kita mandi dulu.." Ucap Je yang membuat Jamal mendelik.
"Hmm.. Iyaa.."
Pukul menunjukan jam setengah enam sore, pria itu bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri.
Disisi lain Rara baru saja memasuki rumah setelah saari halaman belakang, ia menyalakan lampu dapur yang belum menyala padahal hari sudah mulai gelap. Ia sempat kan melihat anak-anak yang masih menonton TV di tengah rumah, lalu ia mulai menghangatkan makanan makan malam.
Mengenal Jamal dari mereka jaman SMA membuat ia tau karakter Jamal, pria itu akan makan jika ada temannya, semenjak menikah meski Rara sudah kenyang pria itu akan tetap minta di temani makannya. Tidak pernah mau sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND
RandomJamal yang sudah memantau setiap pergerakan Rara, pemuda aneh itu. Ialah pemuda yang sudah menargetkan Rara untuk jadi istrinya. "Kamu gak mau nikah buru-buru kan? Ya udah kita nyicil buat anak dulu kalo gitu." "Apa?"