How I Found You

3.5K 240 11
                                    

Rion sampirkan tasnya ke bahu kanannya. Berjalan dengan langkah lebar di koridor kampus yang sedikit sepi. Jam menunjukkan pukul 4, pergantian mahasiswa kelas siang dan mahasiswa kelas malam. Merogoh saku celana bahan miliknya untuk mengambil hp.

'Halo, Gin. Gue baru pulang nih, kalian langsung ke rumah aja, bahannya kirim ke gue biar gue beliin'

Rion berbicara di telpon.

'Oke, wait for me'

Telpon di tutup. Langkah Rion di percepat. Ia sangat ingin mandi saat ini, peduli setan.

*****

Rion sudah mandi. Ia bergabung dengan teman-temannya yang duduk di karpet bulu ruang tengah apartemennya. Ada 6 orang berbeda jurusan termasuk Rion.

Rion Kenzo dari FEB, Gin Geheboi dari Psikologi, Harris Caine dari Kedokteran, Elaine Celestia dari Pariwisata, Selia Aisnith dari Sastra Indonesia, dan Riji Casanova dari Kehutanan.

Mereka mendapat tugas kelompok dari dosen Inggris. Mengharuskan anggota kelompoknya berbeda jurusan.

Yang Rion kenal hanya Gin, dan Elaine yang biasa dipanggil Echi.

"Ada bahan yang kurang?", Rion bertanya sambil duduk di samping Gin dan seorang lelaki dengan rambut merah.

"Ngga sih cuma tinggal nge print biar Selia sama Echi aja", Rion hanya mengangguk.

"Kita belum saling kenal btw", lelaki bersurai hitam menyela mengambil atensi seluruh mata di ruangan itu.

"Gue Rion Kenzo, FEB semester 6", Rion memperkenalkan dirinya secara singkat.

"Harris Caine, bisa di panggil Caine dari fakultas kedokteran, aku semester 6 juga", Caine yang memperkenalkan dirinya.

"Gin Geheboi dari Psikologi semester 6, temen Rion Kenzo sama Elaine Celestia dari jaman SD", Gin.

"Elaine Celestia dari Parwi, semester 6 juga. Yang paling cantik dari Rion sama Gin", Echi berbicara sambil mengibaskan rambutnya.

"Ye kita laki bodoh", Rion menyentil dahi Echi pelan.

"Ya makannya".

"Hush, lanjut", Gin menengahi.

"Riji Casanova dari kehutanan, semester 6 juga, gue cuma kenal Gin disini", Riji berbicara sambil tersenyum simpul.

"Selia Aisnith dari Sastra Indonesia, semester 6, simp ke Echi", Gin terbahak mendengar bagaimana Selia berkata. Hampir setiap hari mereka mendengar bagaimana Selia mengagumi Echi dengan brutal.

"Oke, udah semua, kita mulai kerjain ini. Yang bisa gambar siapa aja?", Rion bertanya. Ia secara otomatis menjadi ketua karena yang dipilih menjadi anggota kelompok pertama.

"Aku bisa gambar", Caine angkat suara. Yang lain setuju saja.

"Yaudah berarti Echi sama Selia yang cari jurnal. Gin sama Riji yang cari referensi gambar, gue yang ngetik. Printnya pake punya gue aja, gausah keluar", Rion melanjutkan.

"Sip deh, jadi lebih gampang", Gin mulai menyalakan laptopnya.

"Emang ngga kebanyakan kalau kamu ngetik semua sendiri, Rion?", Caine bertanya. Materi mereka cukup banyak jika Rion mengetik sendirian.

"Ga papa kok, Caine. Rion sering ngambil 50% kerjaan kok", Echi berkata. Caine hanya bisa mengangguk.

3 jam lamanya mereka hening fokus pada tugas masing-masing. Tiba-tiba Rion berdiri berjalan keluar tanpa kata. Tak lama kembali dengan 4 kresek besar berisi makanan dan jajan.

"Maaf ya, baru inget gue ga nyuguhin apa-apa dari tadi", Rion meletakkan makanannya di tengah meja sambil berbicara.

"Kita aja baru nyadar. Kirain tadi ngapain keluar. Btw makasih loh pak", Echi mengambil bagiannya.

"Santai aja, sorry banget lupa. Biasanya Gin sama Echi ngambil sendiri di dapur, hari ini lupa kayanya", Rion kembali duduk di tempatnya tadi.

Ketika yang lain makan, Rion hanya makan coklat sambil terus mengetik di laptopnya.

"Rion kamu juga makan dulu, nanti di lanjut lagi", Caine berbicara disela suapannya.

"Aku belum laper kok, kalian lanjutin aja".

Akhirnya yang lain melanjutkan makan mereka dengan Rion yang masih mengetik.

*****

Tugas mereka berhasil selesai di jam 9 malam. Sekarang mereka tengah beres-beres sebelum pulang. Membuang sampah bekas jajan yang mereka makan selama mengerjakan tugas tadi.

Berbeda dengan Selia, Riji, dan Caine yang lanjut membereskan barang mereka. Echi dan Gin malah bersantai di sofa membuat Caine heran.

"Kalian gamau pulang? Udah jam 9 loh", Caine berkata sambil mendekati tempat duduk Echi dan Gin. Ia hanya menunggu untuk pamit kepada Rion yang masih ada di kamar mandi.

"Kita nginep disini, aku sama Gin punya kamar di apart ini hehe", Echi tersenyum lebar. Memang benar jika Echi dan Gin memiliki kamar milik mereka sendiri di rumah Rion. Begitupun di rumah Echi dan Gin.

"Owalahh, yaudah deh", Echi dan Gin hanya mengangguk.

Nampak Rion turun dari lantai 2 dengan piyama panjang berwarna navy blue.

"Rion kita mau pulang dulu ya", Caine berpamitan mewakili Selia dan Riji.

"Iya, kalian naik apa pulangnya?", Rion mendekati tempat mereka duduk.

"Kami tadi kesini pake bis, bareng sama Gin Echi juga", Caine yang menjawab.

"Aku anterin aja gimana? Udah ngga ada bis lewat jam segini", Rion memeriksa jam tangannya.

"Eh jangan, kita semua beda arah rumahnya", kata Selia.

"Yaudah bagi 3 aja, Selia sama Echi, Riji sama Gin, Aku biar anterin Caine. Kita rencana mau keluar juga abis ini", Rion bergerak ke gantungan kunci dan mengambil 3 kunci. Melempar yang 2 lagi ke Gin dan Echi yang dengan sigap menangkapnya.

"Itu supra Chi", Rion berkata sambil tersenyum miring.

Echi akan berhati-hati ketika membawa mobil kesukaannya. Dan milik Rion yang ini selalu diinginkan olehnya.

"SHAP", Echi dan Gin berjalan keluar lebih dulu.

"Kalian ke lobby dulu aja, nanti kami jemput di pintu", Rion berkata. Menunggu Riji, Selia, dan Caine untuk keluar sebelum berlari lewat pintu belakang.

*****

Di mobil Rion, keheningan melanda. Mereka yang sama-sama pendiam menjadi satu di cabin mobil yang dingin dan sunyi.

"Jl. Adipati nomor 27 kan?", Rion memastikan alamat rumah Caine.

"Iya, gang depan ke kiri", Rion mengangguk.

Berhenti di depan rumah dengan 2 lantai bercat putih gading. Asri dan bersih membuatnya terlihat mewah meskipun bukan tergolong besar.

"Kamu tinggal sama siapa?", Rion sempatkan bertanya.

"Aku tinggal sendiri disini. Mama Papa aku kerja di luar negeri, kakak aku juga di Jepang", Rion hanya ber oh ria.

"Yaudah, night Caine".

"Night too, Rion", saling tersenyum sebelum Rion kembali melajukan mobilnya meninggalkan rumah Caine.

'Kenapa aku tak rela berpisah denganmu?'

'Kenapa ada rasa nyaman ketika kau berada di dekatku?'

'Perasaan apa ini?'

'Rasa macam apa ini?'

965 words.

900 kata rasanya pendek bgt anjwir
Diem, gue lagi menghibur diri dari postingan harris di X. Sampe pening bjir gue mikirnya.

Yah, however, Harris juga bisa cape, kita hormati keputusan dia. Kita sebagai fans juga harus ingat sama kesehatan dan kenyamanan Idol kita.

Fighting semuanyaa...

Dont forget to vote and comment

home with you | rioncaine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang