Mereka sedang berada di dalam mobil Gin sekarang. Yang mengemudi Gin sendiri. Echi duduk di sampingnya, dan Rion Caine berada di seat tengah.
Suara tawa cekikikan terus terdengar dari Gin dan Echi yang nampak sangat senang. Caine bingung namun diam saja, rasa penasarannya juga pasti akan terbayar nanti. Bagaimana jika mereka menculiknya? Biarlah.
"Terus aja terusss", suara Rion terdengar sebal. Bukannya diam, Gin dan Echi semakin tertawa keras. Rion akhirnya hanya bisa menahan sabar menghadapi 2 anomali itu. Meraih makanan ringan dari tas Echi untuk ia makan, sesekali menyuapi Caine. Butuh 2 jam perjalanan menuju lokasi yang mereka tuju yaitu rumah orang tua Rion.
Ketika sampai, Gin parkirkan mobilnya di dekat pintu masuk karena garasi indoor cukup jauh dari pintu.
"Yuk turun Caine", Echi yang berkata. Mereka masuk bersama.
"Mama, anakmu yang cantik ini datang membawa 3 anak ganteng", Echi berbicara sedikit keras.
Mama Rion, Shina berjalan tergesa. Ia memeluk Echi sambil berputar bersama. Bukan suatu hal yang baru untuk Gin dan Rion, berbeda dengan Caine yang bersembunyi di belakang Rion karena malu.
Shina peluk Gin singkat setelah melepas pelukan dengan Echi. Cukup lama mereka tidak bertemu, sekitar 3 bulan. Rion sering pulang seorang diri.
"Tadi katanya 3?", Shina bingung.
Rion bergeser memperlihatkan Caine yang menunduk menatap lantai marmer. Shina menatap Rion bertanya. Rion hanya menaikkan alisnya tanda iya.
"Siapa ini namanya? Astaga cantiknyaa. Masuk dulu yuk duduk, Mama habis masak banyak", Shina rangkul pundak Caine bersahabat sambil mengajak yang lain masuk.
"Namanya Harris Caine, teman Rion, Gin, Echi dari FK", kata Caine. Membuat senyum Shina semakin lebar mendengarnya.
"Kenalin nama Mama Shina, kamu panggil Mama juga ya kaya Gin, Echi, sama Rion", Caine hanya mengangguk sambil tersenyum malu.
Kembali terdengar suara cekikikan Gin dan Echi. Mereka memberi tahukan nama Caine kepada mama papa Rion kemarin.
'Anak kurang ajar tu gitu emang, ah tai lah'
*****
Setelah makan siang bersama Shina. Mereka berempat sekarang ada di kamar Rion. Kamar dengan nuansa hitam yang dingin namun nyaman. Echi yang berbaring di karpet. Gin tengkurap di sofa. Caine yang duduk di tepi kasur dengan Rion yang tengkurap mengerjakan sesuatu di laptopnya.
"Rion ngapain?", Caine bertanya.
"Pak CEO lagi ngerjain laporan itu", belum sempat Rion menjawab, Gin lebih dulu berbicara.
"CEO?", Caine menatap Rion.
"Hahh, CEO Kenzio Corporation", Rion tersenyum tipis menatap Caine sebelum melempar bantal ke wajah Gin.
Caine hanya ber oh ria. Tak terkejut meskipun tak menyangka Rion sudah bekerja. Awalnya, Caine bahkan mengira jika Rion adalah anak manja yang masih meminta uang jajan kepada orang tuanya. Ternyata ia memang salah mengira. Rion cukup dewasa dan mandiri meskipun tsundere.
"Mama Shina panggil Rion", suara Echi menginterupsi.
Rion mengangguk, bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar.
"Caine", Gin memanggil Caine pelan.
"Iya?".
"Kamu, ga risih kan sama kami? Maksudnya, kamu ngga risih kan ada kami disini? Di tempat Rion yang bukan rumah kami sendiri", Gin mempertanyakan perasaan Caine terhadap keberadaan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
home with you | rioncaine
Fanfiction'dia dulu ganteng banget, kenapa sekarang cantik sih?' 'aku penasaran siapa dia' 'jadi ternyata' 'selama ini, orang yang gue cari itu elu' 'dunia ini lucu ya'