"Kamu lagi sakit loh, Yon. Sini," Caine tarik tangan Rion untuk bangun dan duduk diatas tempat tidur.
"Tapi kepalanya udah ngga sakit," ucap Rion. Caine membawa tangannya untuk memeriksa suhu tubuh Rion.
"Iya, udah mendingan. Boleh main lego, tapi di kasur aja, jangan duduk di karpet buat hari ini," Caine mengangguk mengizinkan.
"Tapi kan karpetnya ngga dingin, Caine," Caine hanya bisa menggeleng pasrah.
"Not today, Rion. Naik ke kasur, aku bawain legonya," Caine pungut lego-lego yang tadi Rion susun. Ia pindahkan semua ke atas kasur.
"Ehehe," cengir Rion.
Tangannya meraih buku manual lego itu, melanjutkan susunan yang beberapa sudah ia selesaikan. Caine dengan pasrah menyuapi Rion yang tak menunjukkan tanda akan meraih sendoknya.
"Yon, aaa," Caine sodorkan sesuap bubur.
"Aaaa, nyamm, jadi inget waktu aku masih TK, Mama nanti bawa piring sama botol minum, aku main-main bareng Gin sama Echi," Caine terkekeh mendengar ucapan Rion. 3 anak kecil berlarian dengan pipi tembam berisi makanan? Sedikit berbahaya, namun itu cukup menyenangkan untuk dipikirkan.
"Enak ngga?" Caine sedikit takut jika Rion makan karena tidak enak menolak masakannya.
"Enak, biasanya bubur itu aneh, tapi yang ini suka," lega sekali mendengarnya.
"Syukur deh, biasanya anak-anak susah makan bubur, udah 2 bulan Rumah Sakit kota ganti menu makanan buat bangsal anak berkat kerja keras Mahasiswa FK," Rion terdiam mendengar perkataan Caine.
"Anak-anak? Trus yang dewasa makan apa?" jika menu ini biasa untuk anak-anak, mengapa ia suka?
"Yang dewasa makan nasi tim sama sayur yang di seling setiap hari, kamu ga bakalan suka, hambar," Rion masih bingung.
"Ngga tau ah, bingung," Caine tertawa kecil.
Menghabiskan cukup banyak waktu dengan Rion membuat pandangan Caine padanya berubah total. Rion yang dingin dan dewasa itu tidak nyata, hanya sifat melindungi dan bertanggung jawab kepada yang dipimpin olehnya. Lelaki tidak pernah dewasa, kan?
"Habis, mau lagi?" Caine bereskan alat makan yang ia gunakan tadi ke nampan.
"Bakwan-nya masih kah?" Rion tatap nanar piring dan mangkuk yang sudah kosong.
"Ada kok, aku ambilin ya?" binarnya kembali. Bakwan kesukaannya masih ada.
"Iyaa, yang banyak, Caine," ucap Rion membuat Caine tertawa kecil.
"Iya dehh, nanti bikin lagi kalau habis," Caine mengangguk sebelum berjalan keluar kamar Rion.
"Bakwan, bikinan Mama enak, tapi Caine kalau bikin tuh kek ga kerasa, mau terus," gumam Rion sambil melanjutkan merakit logonya.
Caine tengah mengisi gelas Rion dengan air. Ia mendengar langkah kaki memasuki dapur, pasti Gin.
"Caine? Rion gimana?" ah, mereka memang sudah seperti saudara kandung. Meski gengsinya tetap lebih tinggi daripada gedung Burj Khalifa.
"Udah mendingan kok, cuma masih anget sama tinggal pusing katanya. Udah makan juga dia, kamu kalau laper itu di meja makan ada nasi sama lauknya, aku masak sekalian banyak tadi," Gin mengangkat alisnya. Niatnya tadi menyeduh mie instan karena perutnya yang mulai lapar. Jam juga sudah menunjukkan waktu makan siang.
"Thank you, Caine," ucapnya sebelum berbalik ke meja makan.
Caine hanya mengangguk kemudian melenggang menuju kamar Rion.
Bisa Gin lihat bakwan jagung dan sup ayam yang masih hangat. Caine menaruhnya diatas tungku penghangat.
Tanpa ba bi bu, Gin langsung mengambil makanan tersebut ke sebuah piring. Ia sempatkan untuk mencicipi sup ayamnya. Enak! Bakwannya juga mirip buatan Mama Shina, favoritnya.
"Gila sih, gue ikut Caine ajalah, meskipun Echi kalau masak juga enak, tapi ini ga normal," ia gelengkan kepalanya heran.
Tadinya ingin berdiri dan makan di kamar, tapi niatnya ia batalkan dan lanjut makan di meja makan. Mempermudah proses saat ia ingin nambah.
*****
Sudah 2 hari Caine menginap di apartemen Rion. Yang memaksa adalah Rion dan Gin. Mereka beralasan jika Caine lebih baik tinggal disini daripada sendirian di rumah. Kemarin Echi kembali dan malah meminta Caine untuk tinggal bersama mereka saja.
Caine tak masalah, apalagi kamar yang cukup banyak, jadi ia tak perlu menumpang di salah satu kamar yang berpenghuni. Ia hanya tidak enak, mereka baru kenal, meskipun sudah cukup dekat.
Seperti pagi ini, Caine dan Echi memasak di dapur karena kampus yang masih libur. Rion dan Gin ntah mengapa sudah nampak rapi dengan setelan formal yang begitu cocok dengan tubuh mereka.
"Kalian mau kemana? Rapi banget sampe pake jas," akhirnya Caine tak bisa menahan diri untuk tak bertanya.
"Ada kerjaan, kayanya nanti aku juga pulang malem," Rion duduk di meja makan sambil memakai smartwatchnya.
"Me too," Gin yang tengah mengaduk tehnya.
"Siang ga pulang? Mau bekal ngga?" Caine hanya iseng sih menawarkan bekal. Tidak tahu reaksi Rion dan Gin akan sangat bagus.
"EH? Boleh kah?" tanya Rion.
"Boleh dongg, Nugget barbecue, salad tanpa bumbu, garlic bread, how was it?"
"Gas, sama tolong air minumnya ya, Caine, thank you."
"You're welcome."
"Caine, nge mall yokk," Echi dari kamarnya datang membawa hp.
"Ada yang mau di beli?" Rion yang bertanya.
"Yup, parfum sama jajan tipis-tipis," Echi sedikit menganggukkan kepalanya.
"Boleh, aku juga lagi pengen jalan-jalan," Caine setuju.
"Bawa guard, ga ada penolakan."
"Yang seru tapi."
"Leo?"
"Sepakat."
Leo, salah satu bodyguard yang bekerja dengan Rion. Ia adalah bodyguard favorite Echi karena pribadinya yang asik dan lumayan mirip dengan Echi.
"Leooo," seru Echi di telpon. Sepertinya ia sedang menghubungi Leo.
"Apaann," keluhan Leo bisa di dengar semua orang yang ada di ruang makan.
"Nge mall kita."
"Gas, otw sekarang juga, infokan mau pake mobil yang mana~"
"Terserah, jam 8."
"Siap Nonaa."
"See you, bodyguard."
"Yoii, wait for me~," Rion hanya bisa tertawa melihat perilaku Echi dan Leo.
"Chi," Gin melempar sebuah kartu debit kearah Echi yang di tangkap dengan baik.
"Aduh, jadi enak, semangat kerjanya bapak-bapak," Echi melambaikan tangannya kepada Gin dan Rion yang membalas sambil berjalan keluar dari Unit.
"Yok, Caine," Caine mengangguk
'Rasanya seperti mendapat keluarga baru hahh'
923 words
Sabar sabar ya nunggu update
Baru pulang kemah, sekarang pilek:)
KAMU SEDANG MEMBACA
home with you | rioncaine
Fanfiction'dia dulu ganteng banget, kenapa sekarang cantik sih?' 'aku penasaran siapa dia' 'jadi ternyata' 'selama ini, orang yang gue cari itu elu' 'dunia ini lucu ya'