As Long As It's You

1.7K 219 21
                                    

Rion tengah rebahan di karpet bulu ruang tengah apartemen miliknya. Ada Gin yang main game di sampingnya, dan Echi yang tengah memasak di dapur yang hanya terpisahkan oleh rak kayu.

"Kalian tau ketua geng Crescent ngga sih? Ganteng banget anjir", tiba-tiba Rion berbicara.

"Matanya doang yang keliatan anjir. Mana tau ganteng apa jelek", Echi berkomentar.

"Iya tuh, emang matanya indah sih keemasan gitu", Gin ikut menyahut.

Rion sedikit kesal. Bisa dibilang ia mengidolakan seseorang yang menjadi ketua geng motor itu. Dikenal dengan panggilan Mami oleh anak-anak satu gengnya padahal ia adalah seorang lelaki. Rion sendiri sering turun ke sirkuit jika Idolanya memiliki jadwal balapan.

Orang itu memiliki skill yang bisa membuat Rion terpesona. Motor yang ia pakai juga begitu keren di mata Rion si pengagum otomotif.

"Ntar ada jadwal, gue mau nantang dia lah", Rion berbicara sambil tengkurap.

"Jangan gila kau, king of the road loh", Gin memukul punggung Rion yang tanpa kaos itu.

"Bodo amat, kalah yaudah, menang syukur", Rion akhirnya tidur tanpa mempedulikan reaksi 2 orang lainnya.

"Nge simpnya lebih gila dari Selia dia", Gin menatap Rion yang sudah terlelap.

Echi menyemburkan tawanya. Selia setiap hari akan memuji bagaimana penampilan Echi yang sebenarnya cukup sederhana itu. Namun memang Echi sudah cantik jadi menarik di mata Selia. (Gue simp Echi, jan di judge:/)

*****

Malam ini, Rion bersama Gin dan Echi turun ke sirkuit. Rion membawa Ducati Panigale V4 warna hitam, dan Gin membawa BMW S1000rr berwarna biru. Echi sendiri mengendarai mobil. Mereka lengkap dengan scarf yang menutupi 90% wajah kecuali mata mereka.

Berjalan perlahan menuju kelompok mereka. Menemui King of the road yang telah menyetujui tantangan Rion.

"Jadi, taruhan malam ini dari gue adalah motor dan mobil yang gue bawa kesini. Kalian boleh milih barang yang pengen kalian jadiin taruhan. Gue ga maksa, dan gue ga minta sesuatu yang khusus kecuali 1 hal. Kalau kalian kalah, kalian harus buka helm dan masker kalian. Ngga harus di depan semua orang, cukup kita yang tau hal itu ga masalah", Rion menjelaskan detailnya. Kelompok Cresent nampak berpikir sejenak.

"Oke, ngga masalah, selama identitas kami aman sama kalian", akhirnya 2 tangan ketua bertemu untuk bersalaman sebagai tanda persetujuan.

2 motor besar bersiap di garis start. Seorang wanita dengan pakaian yang minim berjalan ke tengah, suara tembakan terlepas menandakan balapan dimulai.

Dengan lihai Rion dan ketua Cresent saling salip. Tak ada yang mau mengalah di balapan ini. Sayangnya motor Rion lebih proper sehingga ketua Crescent harus menerima kekalahannya.

Kini mereka ada di sebuah ruangan dengan beberapa meja biliar. Saling berhadapan dengan 3 buah kunci di tangan si ketua Crescent.

"Ini 3 kendaraan kita yang mungkin ngga setara sama milik kalian, tapi kami bakal tetap menepati perkataan kami, untuk membuka identitas kami di depan kalian", si ketua menunduk. Ia merasa gagal melindungi anggotanya.

Perlahan, helm full face itu ia lepas. Surai merah, pipi yang sedikit berisi, dan mata keemasan, Harris Caine. Mata biru, surai abu-abu, dan hidung mancungnya, Selia Aisnith. Rambut hitam legam, mata sekelam malam, dan tato di pipi kirinya, Riji Casanova.

Rion, Gin, dan Echi sempat terkejut namun juga merasa senang. Saling tatap sebelum dengan cepat melepas scarf yang menutupi wajah mereka. Caine semakin menundukkan kepalanya.

"Hei, ngga papa. You're such a good leader. Identitas kalian aman, kami cuma mau tau siapa orang yang jadi idola kami selama ini. Kami tau 3 kunci itu berharga, tolong simpan dan rawat mereka dengan baik. Status raja jalanan ga akan gue ambil, that's yours", Rion berbalik badan dengan senyuman manis.

Meninggalkan Gin dan Echi yang juga tersenyum sambil menatap mereka.

"What a good performance! Lain kali kita nr yaaa", Echi dan Gin berbalik meninggalkan mereka. Echi masih melambaikan tangannya sambil tersenyum. Selia sendiri tak dapat menahan diri untuk membalas lambaian tangan Echi.

"Ga nyangka, tapi kenapa hatiku jadi tenang ya? Haha", Caine bertanya sambil sedikit tertawa. Ntah lah, ada ketenangan yang hinggap di hatinya. Ntah karena mereka yang masih bisa mempertahankan 3 bintang mereka. Atau karena sebuah rahasia yang tak lagi ada?

*****

Sekarang mereka ada di mansion Rion. Bukan apart atau rumah keluarganya, tapi mansion Rion sendiri. Sedari tadi tak luntur senyum di bibirnya. Membuat Gin dan Echi bahkan seluruh pekerja keheranan. Kemana teman dan tuan mereka yang dingin dan kaku itu?

"Pak u good?", Echi bertanya sambil memindahkan puding ke piring kecil.

"I'm good, I just happy", Rion berkata sambil makan bakwan buatan salah satu maid.

"Ngapa tuh happy?", Gin iseng bertanya. Biasanya Rion tak akan menjawab.

"Because... My idol, was my friend", jawaban Rion membuat Gin tersedak.

"Hah?", tanya Gin dan Echi bersamaan.

"Caine", perkataan singkat Rion membuat mereka mengangguk.

"Gue mau ngasih Selia hadiah ah", Echi terpikir satu hal.

"Ngasih apaan?", Gin bertanya.

"Mau ngasih buket sama boneka sih. Gatau Selia pake skincare yang kaya gimana", Echi menjelaskan rencananya.

"Dalam rangka apa anjir", bingung Rion.

"Thanks and sorry gitu lah. Kemarin kan si Papi yang menang. Jadi kita say thanks and sorry ke Crescent gitu", Gin dan Rion ber oh ria.

"Caine suka apa ya Chi", Tanya Rion sambil menerawang ke atap rumahnya yang tinggi.

"Dia suka yang berbau dino. Kemarin pas di mall, dia kayanya pengen boneka dino yang gede. Tapi kan emang rada mahal ya, jadi saranku itu aja".

"Oke".

*****

Ting tong

Bel rumahnya berbunyi. Dengan sedikit terburu berjalan untuk membuka pintu. Yang ia temukan hanya sebuah boneka dino yang ukurannya lebih besar dari dirinya, buket bunga mawar indah dengan wrap berwarna hitam. Dan sebuah kotak hitam dengan pita emas yang mengikatnya dengan indah.

"Siapa yang naruh ini disini? Surat?", secarik kertas ia temukan.

'Maaf, dan terimakasih, cantik'

-R. K.

Pipinya terasa panas. Ia tahu siapa si pengirim dari hadiah ini.


'Kamu gila'

'Kau lah alasanku menjadi gila'

940 words

Iri bgt sama author yang commentnya 100++ tapi yaudah lah ya. Cause I write for fun. Aku nulis cuma buat hiburan dan istirahat dari tekanan pendidikan yang bikin otakku berpikir liar.

Malah curhat, udah gausah di dengerin

Voment onegaishimasu!

Gue lagi gaada ide buat lanjutin book Magil. Kalian enjoy yang ada dulu yaw, kalau mau intip juga karyaku yang lain

Happy holiday buat yang libur, yang ada kegiatan atau kerja semangat yaa

See you soon in the next update

home with you | rioncaine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang