BAB III

890 90 9
                                    

>🐶🐱<




















                  Pooh menatap gusar sepatu yang dia kenakan sekarang. Pasalnya malam ini dirinya akan di ajak entah kemana sama tuan muda sulung itu. Bahkan sebelum pooh berpamitan dengan ibunya, ibunya sudah tau akan hal itu karena tanpa pooh tau, pavel telah mengatakannya kepada ibu pooh kemarin. Dan mau tidak mau, ibu pooh hanya bisa mengizinkan putranya untuk ikut dengan tuan muda sulung itu

Tidak ribet, pooh hanya memakai pakaian casual tapi masih terlihat sopan. Seperti kata pavel kemarin, pooh mengenakan pakaian lengan panjang dan juga celana panjang pastinya. Sudah 10 menit pooh menunggu, sampai akhirnya suara tapak sepatu membuatnya menoleh. Pooh yang awalnya berdiri menyender ke tembok parkiran, sontak langsung membungkukkan badannya sopan saat melihat pavel dan juga topten datang

"Loh, pooh juga ikut kita kak?" Tanta ten yang melihat adanya pooh disana,

Pavel mengangguk, laku menyodorkan kunci mobil kepada pooh, "Bisa nyetir kan?" Tanya pavel dengan suara datarnya, yang langsung mendapatkan anggukan patah patah dari pooh

Pooh memang sudah bisa menyetir dan memiliki SIM untuk kendaraan roda empat itu. Nyonya besar lah yang menyuruhnya belajar menyetir karena terkadang papa book lebih suka pergi sendirian bersama pooh untuk belanja sesuatu. Bagi papa book, pooh adalah anak yang sangat penurut dan sopan, karena itulah dia menyukai pooh, bahkan menganggap pooh sebagai putranya juga

Ketiganya langsung masuk ke mobil, dengan posisi pooh sebagai supir dan disampingnya ada pavel. Sedangkan ten duduk manis di jok belakang. Kali ini pavel memilih memakai mobil adiknya itu yang bisa memuat lebih dari dua orang. Dengan detak jantung yang entah kenapa tidak karuan, pooh mulai menyalakan mesin mobil mahal itu dan melajukannya dengan kecepatan standart,

"Pooh pooh, kata bibi nai, lusa kamu tampil di acara sekolah ya? Kamu mau tampil apa pooh??" Tanya ten yang membuat suasana suram di dalam mobil itu mencari sedikit mencair,

Pooh menganggukkan kepalanya sambil tersenyum sembari melirik tuan muda bungsunya dari kaca spion atas nya itu, "Iya tuan muda. Saya akan tampil bernyanyi dan bermain gitar di acara ulang tahun sekolah saya lusa" jawab pooh dengan sopan,

"Woaahh, iya yaa aku lupa kamu bisa main gitar. Kapan kapan ajari aku bermain gitar ya pooh??"

"Tentu tuan muda, jika anda punya waktu bisa langsung memanggil saya nanti"

"Okeey" jawab ten dengan semangat, ten menoleh ke arah kakak sulungnya, "Kak pew, kita ke arena yang mana?" Tanyanya lagi

"Arena 3" jawab pavel, yang langsung menoleh ke arah pooh yang tengah menyetir, "Lu tau tempatnya kan?" Tanyanya dengan satu alis terangkat,

Pooh mengangguk, "Arena 3 itu~ yang dekat dengan kantor cabang tuan besar kan tuan muda?" Jawabnya dengan pertanyaan untuk meyakinkan apa yang dia tau

Pavel mengangguk dan berdehem sebagai jawaban benar. Pooh menghela nafas pelan. Dia bahka takut hanya sekedar menatap ke arah pavel. Entahlah, aura pavel buat pooh itu benar benar menyeramkan. Apalagi tatapannya sekarang. Sungguh sangat datar. Berbeda saat pavel baru datang beberapa hari yang lalu


Tak membutuhkan waktu lama, mereka sudah sampai di arena 3. Arena balapan mobil milik keluarga jirat itu. Memang, daddy force memiliki beberapa usaha berbeda. Salah satunya penyewaan arena balapan seperti ini. Penjagaan sangat amat ketat. Tidak ada alkohol ataupun obat obatan terlarang di arena milik keluarga itu. Semuanya harus bersih, entah staff, penonton, terutama pembalap mereka yang akan turun ke lapangan

TUAN MUDA   (Poohpavel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang