Mereka

23 12 0
                                        

“Kekuatanmu hilang! Inilah kesempatanku untuk melemahkan dirimu dan mengambil sukmamu!” Wanita yang sedang duduk di perut Vica, berteriak tepat di sebelah telinga kanan Vica

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kekuatanmu hilang! Inilah kesempatanku untuk melemahkan dirimu dan mengambil sukmamu!” Wanita yang sedang duduk di perut Vica, berteriak tepat di sebelah telinga kanan Vica. Suara wanita itu melengking dan nyaris memekakkan.

Pandangannya semakin memburam dan perlahan, secara samar-samar ia melihat wanita berbaju merah itu menghilang dari pandangannya. Matanya pun kembali bisa melihat dengan normal. Lengang …, tapi, ia merasa kalau beberapa helaian rambutnya ditarik-tarik oleh sesuatu dari atas.

Aduh, sakit banget. Siapa yang menarik rambutku sekuat ini?” batin Vica.

Kepalanya mendongak ke atas dan betapa terkejutnya ia mengetahui bahwa yang menarik rambutnya adalah …, wanita tua yang buruk rupa nan mengerikan. Taringnya sangat tajam dan sangat panjang. Tak terbayang seberapa mengerikannya pemandangan itu.

“Saatnya aku mengambil sukmamu, wahai keturunan Aki!” seru wanita tua itu sambil terus menarik rambutnya dan mulai membuka mulutnya. 

“Vica!” Teriakan keras Azka membuat sosok wanita itu tak jadi mengambil sukma Vica.

“Lo …, lo nggak apa-apa, ‘kan?” tanya Azka.

“Nggak apa-apa, kok. Cuma pusing dikit,” jawab Vica sambil memegang kepalanya.

“Untung aja lo udah sadar. Soalnya lo tadi kejang-kejang.” Ucapan Azka membuat mata Vica membelalak kaget.

“Ma-maksud lo? Gue tadi nggak kejang-kejang, ya,” elak Vica.

“Sumpah, gue nggak bohong sama lo. Gue serius. Lo tadi kejang-kejang sambil narik-narik rambut kayak orang gila. Mana sampe teriak-teriak pula. Itu tuh, sampe tetangga-tetangga sana ngiranya lo lagi kesurupan,” jelas Azka.

Seolah tersambar petir di siang bolong, irisnya mengecil dan mulutnya ternganga lebar ketika mendengar penjelasan Azka tentang kondisinya tadi.

“Udah, nggak perlu dipikirin lagi. Lo istirahat aje udah. Barang-barang lo biar gue yang urus,” tutur Azka sambil menuntunnya berjalan ke tempat tidurnya.

Vica lalu mengedarkan pandangannya ke atas langit-langit. Sesekali juga ia menatap Azka tengah sibuk merapikan barang-barangnya. Namun, ia merasa janggal karena suasana kamar itu mendadak menjadi dingin luar biasa.

Vica lalu bertanya pada Azka dengan suara yang menggigil, “Lo ngerasa kedinginan kagak?”

Azka yang mendengar pertanyaan Vica pun menoleh padanya sambil mengangkat salah satu alisnya lalu menjawab, “Kagak. Biasa aja tuh. Lo kalau kedinginan, sini gue selimutin.”

“Kagak usah, gue masih punya tangan, siniin selimutnya aja,” ujar Vica.

“Yaudah, nih.” Azka memberinya selimut tebal dan menyelimutinya.

“Udah dibilangin kagak usah, masih aja diselimuti,” ketus Vica.

“Suka-suka gue dong. Emang kagak boleh apa perhatian ama sepupu sendiri?” tanya Azka.

Silent Truth [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang