Prolog

61 19 26
                                    

Tongkat besar yang sudah dirapal mantra itu melayang di atas tanah. Kaki gadis kecil itu berubah menjadi kaki kuda. Badannya yang semula kecil kini sudah menjadi besar.

Ia lalu berlari meninggalkan kuburan dan berkeliaran keliling desa.

Sebenarnya, apa yang ia lakukan itu berada di luar kendalinya. Karena ia telah di 'kendalikan' oleh buyutnya sebab ia menggunakan tongkat tersebut.

Kakinya terus melangkah mengenai tanah dan lumpur. Hingga ia sampai di sebuah kebun yang penuh dengan pohon bunga kamboja. Dirinya menghampiri salah satu pohon kamboja yang sedang subur lalu memakannya.

Dalam benaknya, ia ketakutan karena dirinya dikendalikan oleh buyutnya dikarenakan tongkat itu. Sebenarnya ia tak mau mewarisi ilmu hitam ini, tapi hanyalah dirinya harapan terkahir keluarga besar mereka. Mau tak mau, ya harus mau agar warisan ini tidak hilang.

Tak terasa mentari sudah hampir tiba di ufuk timur dan dirinya belum pulang. Ia lalu bergegas berlari ke kuburan. Namun, mentari sudah terbit dan mulai menyinari bumi. Betapa sialnya dirinya saat ini. Dia terlambat karena terlalu asik memakan bunga kamboja.

Tiba-tiba, seorang pria paruh baya misterius menghampirinya dan berkata, "Kau terlambat, Vica. Seharusnya kau tadi tidak terlalu lama di kebun itu. Tapi kau malah bersenang-senang di sana sambil memakan bunga-bunga kamboja itu. Ilmu warisan yang sudah ada padamu hilang dan kau harus mempelajari ilmu ini delapan tahun kemudian. Atau tidak, warisan ini akan hilang sepenuhnya."

Vica tersentak kaget ketika mendengar ucapan pria misterius itu. Lalu, saat ia mengusap-usap matanya, pria itu sudah menghilang. Ia merasa aneh, mana ada manusia yang bisa menghilang secepat itu.

Kakinya melangkah menyentuh tanah dan mulai menyesali perbuatannya. Gadis berumur tujuh tahun itu kembali ke rumah dengan ekspresi wajah yang muram.

"Delapan tahun lagi aku akan kembali ke sini dan mempelajari ilmu leak lagi agar dadong¹ tidak kecewa pada cicitnya ini," batin Vica penuh keyakinan.

Ia lalu merebahkan tubuhnya. Memikirkan delapan tahun ke depan. Padahal, belum tentu ia masih hidup di masa itu. Namun, ia tetap optimis dan ingin mendapatkan ilmu itu kembali ke tangannya, dan menjadi pewaris terkahir ilmu leak kuda berkaki tiga di  keluarganya.

Lantas, kenapa judul cerita ini Silent Truth? Ikuti saja perjalanan gadis kecil ini dan temani saja ia agar dirinya tak terlalu kesepian.


Silent Truth [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang