BAB 1

172 24 1
                                    

Dunia anak itu tentu saja menjadi dunianya sampai kapan pun, ketika akhirnya Naruto mengambil tanggung jawab seutuhnya, dia tidak main-main memegang janjinya. Kawaki harus berada pada pengawasannya, mengingat anak itu butuh perlindungan lebih sebagai anak berkebutuhan khusus. Pada akhirnya Naruto mengalah untuk tinggal di Komatsushima, sebuah kota kecil di Tokushima. 

Tidak ada yang berubah, sebulan lebih tinggal bukan berarti semuanya akan tampak berbeda. Masih melihat Kawaki yang terlalu fokus memandangi langit dari jendela ruang tamu, Naruto memerhatikan anak itu sambil menerima telepon dari ibunya. 

"Ya, dia baik-baik saja, setidaknya tempat tinggal kami tidak terlalu berisik seperti di Tokyo," Kawaki punya kesulitan tidur. Kota besar tidak membuat anak itu jauh lebih baik. Saat dokter menyarankan untuk tinggal di kota yang lebih tenang, Naruto ingat bahwa dia punya rumah yang terbengkalai di Komatsushima. Sebagai seorang arsitektur profesional dalam dunia kontemporer, dia bisa bekerja di mana pun tanpa terikat, sehingga mudah baginya untuk mengurus satu anak sendirian. Lagi pula Kawaki adalah anak yang tenang, kecuali saat malam. "Akan aku ingat, jangan khawatirkan kami." 

"Bagaimana aku tidak mengkhawatirkan kalian berdua. Setelah pameran di Milan selesai, aku akan mengunjungi kalian," kata Kushina Uzumaki dari seberang telepon, ketika dia tidak bisa meninggalkan suaminya sendirian untuk urusan pekerjaan, sehingga dia tidak dapat mendampingi putra dan cucunya untuk memilih tempat tinggal baru. 

Naruto menutup teleponnya, kemudian dia memastikan Kawaki baik-baik saja di tempatnya, sedangkan dia harus mengecek beberapa pesan masuk, yang semuanya berkaitan dengan pekerjaannya sebagai seorang arsitek muda yang mungkin saja akan mengambil alih biro arsitektur yang paling terkenal—perusahaan arsitektur yang didirikan oleh kakeknya dari pihak sang ayah yaitu Uzumaki Architects, setelah karya keluarganya yang inovatif mulai mendunia dengan meraih banyak penghargaan. 

"Kawaki," dia memanggil anak itu, tetapi Kawaki selalu sibuk dengan dunianya, memandang langit yang biru, sementara ketika mendung atau langit tampaknya kurang bersahabat bagi anak itu, Kawaki lebih suka menjauhi jendela dan dia akan bersembunyi di balik selimut. "Apa yang kamu lihat kali ini?" 

Kawaki hanya melirik sebentar, anak lima tahun itu tak peduli dengan semua pertanyaan yang diajukan oleh ayahnya. Kepala Kawaki dipenuhi oleh banyak hal, cara anak itu memikirkan dan mengamati sesuatu di sekitarnya cukup berbeda dari anak seusianya yang tidak mengidap spektrum autisme. Pada awalnya, ketika Kawaki berusia dua tahun, dan anak itu masih tidak bicara, mau tak mau dia mulai melakukan banyak tes sehingga akhirnya tahu, Kawaki tampak sedikit berbeda. 

Mendapati ada respons dari anak itu, Naruto sedikit menjauh saat Kawaki bermaksud mengambil duduk di sofa sambil memeluk boneka beruangnya, meringkuk seperti akan ada sesuatu yang kurang menyenangkan. Kadang-kadang Naruto menganggap Kawaki bisa memprediksi cuaca. Anak itu sering kali menjauhi jendela kalau sebentar lagi akan turun hujan. Kemungkinan besar, penciuman Kawaki lebih kuat dari anak normal. Dia dapat mencium petrikor; aroma yang keluar saat air hujan membasahi tanah, hingga dia memprediksi segalanya. 

Naruto saat itu juga menutup jendela, meskipun tampaknya tidak mungkin karena langit sedang cerah. Namun satu jam kemudian, awan mendung terlihat menguasai langit Komatsushima, dan dengan cepat hujan membasahi jalanan di sana. 

"Kawaki suka susu tanpa gula," kata Naruto, dia memberikan segelas untuk Kawaki. Anak itu minum dengan hati-hati tanpa bersuara. "Besok, ayo kita beli buku dongeng baru. Kita sudah lama tidak pergi ke toko buku. Kita akan pergi saat hari lebih cerah." 

Dokter bilang, Kawaki mungkin saja tidak merespons, tetapi anak itu tahu apa yang dikatakan orangtuanya. Naruto senang melihat Kawaki tumbuh, dia bakal melakukan apa saja demi kehidupan yang lebih baik untuk anak itu. 

Keesokan harinya, mereka bersiap untuk pergi ke toko buku. Setelah hujan yang tidak terlalu lama mengguyur, langit kembali cerah seperti biasa. Kawaki bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia mencium hal yang aneh seperti mungkin saja akan turun hujan. Naruto senang melihat anak itu keluar dari rumah, sementara Naruto pergi untuk mengeluarkan mobilnya dari garasi, tanpa memastikan bahwa Kawaki akan tetap berada di tempatnya seperti biasa. 

Saat dia berhasil mengeluarkan mobilnya, Naruto berencana untuk menjemput Kawaki di depan pintu rumah mereka, tetapi anak itu tidak ada di sana. Kawaki bukan anak yang pandai melakukan semuanya sendiri. Jadi tidak mungkin bagi anak itu masuk ke dalam rumah dan tahu berapa sandi rumah mereka.

Naruto berlari kecil di sekitar rumah, melihat Kawaki bersama seorang perempuan berambut pendek yang berlutut menawarkan permen kepada anak itu. Naruto sigap mendekati Kawaki dan menggendongnya. 

"Dia tidak bisa makan permen." 

Masih berlutut di tempatnya, perempuan itu mendongak sejenak sebelum akhirnya berdiri. "Tapi anak itu akan menerima permen dariku. Dia sepertinya menginginkan permen yang aku tawarkan," Naruto melirik sebentar, apakah itu mungkin. Kawaki tak pernah menerima pemberian siapa pun bahkan neneknya sendiri yang berusaha peduli padanya. "Jika tidak dimakan, setidaknya biarkan dia menggenggam lolipop ini." 

Kawaki meraih permen itu, sesuatu yang tidak pernah Naruto kira akan dilakukan oleh anak itu. Dia tertegun sepanjang waktu itu, sampai-sampai dia tidak menyadari kalau perempuan tadi sudah tidak ada di sekitarnya. Dia kini kembali mencermati Kawaki yang mencoba membuka bungkus permen tersebut. Naruto semakin terheran-heran. Bagaimana orang tak dikenalnya itu dapat membuat Kawaki tergerak. Dan daripada pergi ke toko buku, Naruto kembali ke rumahnya untuk melihat rekaman dari kamera yang ada di halaman rumahnya.


BERSAMBUNG

Forgotten Dream [PDF ON KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang