#6 Asshole

1K 58 0
                                    

DAPHNE'S LIFE

Kau tahu salah satu penyebab kematian remaja usia dini? Ya seperti yang terjadi padaku saat ini. Bayangkan saja kau jadi aku, duduk di meja makan bersama keluarga barumu yang terdiri dari ayah, ibu tiri, dan adik tiri—yang bahkan tak terikat darah apapun denganmu—mendengar ocehan kemana-mana dan si ibu tiri yang enggan menegur.

"Kira-kira hampir semua domba bibi Monica beranak dalam waktu singkat. Setiap saat aku datang ke istalnya dan menawarkan beberapa keju pada domba-domba yang masih bayi itu tapi mereka menolak, entah mengapa mereka menolak keju yang dihasilkan oleh Luisa. Padahal rasanya tidak kalah enak dari olahan Chedar apalagi yang banyak susunya dan apakah Mom tahu kalau aku mendapatkan nilai A+ di pelajaran Fisika? Mrs. Reynolds bilang aku pintar, otakku encer dalam bidang eksak dan dia memberiku penghargaan—"

Aku menjulingkan mata selama mendengar ocehan Christa yang tidak berhenti. Bahkan aku curiga dia punya cadangan pernapasan selain paru-paru. Jangan-jangan dia juga bernapas lewat kulit seperti cacing?

Mungkin jika aku yang mengoceh panjang lebar seperti itu, Jackie akan menendangku dari meja makan. Kubiarkan saja Christa bercicit sesuka hatinya menceritakan aktivitas tidak pentingnya di istana Luisa, sedangkan aku hampir menyelesaikan makan malamku.

Daripada dibuat pening di sini, lebih baik aku pergi saja. Setelah menghabiskan minumanku, aku bergegas pergi meninggalkan meja makan, mengabaikan panggilan Dad atau tatapan Jackie—atau juga cerocosan Christa. Err... aku lebih memilih dihadapkan oleh Trixie daripada terus-menerus duduk di meja makan.

***

Suara burung bertengger di dahan yang menjorok dekat dengan balkon kamarku adalah satu-satunya suara pagi yang membuatku terbangun. Aku merasakan badanku sejenak rileks setelah tidur dengan nyenyak. Aku menghembuskan napas dan menguap sebentar, lalu membuka mata dan mengerjap.

Hal pertama yang kulihat adalah dua manik mata coklat yang tengah memandangku. Spontan, aku melompat kaget, turun dari ranjang mendapati Christabel berbaring di ranjangku sambil terkikik pelan. Dia mengangkat tubuhnya, duduk bersila mengabaikan ekspresi hororku. Aku menyusupkan jariku pada rambutku yang berantakan, memastikan bahwa ini bukan imajinasi atau mimpiku. Aku menepuk pipiku, merasakan sentuhan panas di sana.

"Apa yang kau lakukan di sini??" pekikku.

Christabel mengangkat kedua pundaknya. "Aku menemanimu tidur semalan. You looked cute when you slept."

"Siapa yang memberimu ijin masuk kemari?" Aku mengerang tertahan. Pagi pertama bersamanya di rumah ini sudah membuatku gila, bagaimana dengan kehidupanku nanti? Aku sungguh mengkhawatirkan keselamatan jiwaku.

"Aku punya banyak kunci cadangan." Dia memamerkan kunci padaku, menimbulkan suara gemerincingnya. Aku memutar mataku ke atas.

"Terserah apa yang kau lakukan di sini. Kalau tidak keberatan, tinggalkan aku untuk bersiap-siap karena Minggu ini aku memiliki jadwal belajar di pantai."

"Boleh aku ikut?"

Aku mendesah pendek. "Tidak." Melenggang pergi menuju kamar mandi, aku mendengar Christa mencerocos lagi, tidak henti-hentinya, mengikutiku sambil merajuk memintaku membiarkannya ikut.

"Mommy bilang kau kesepian di sini, jadi aku menawarkan diri untuk menjadi temanmu selama tinggal di sini sampai kau siap dibawa ke Luisa dan menjadi seorang putri untuk rakyat di sana. Kau tahu kalau kita satu sekolah? Seperti apa sekolah baruku nanti? Kita pakai seragam dengan rok pendek? Pakai dasi? Bagaimana almamaternya?" Dia bertepuk tangan. "Aku sudah lama tidak sekolah di tempat umum. Ada banyak cowok tampan, tidak? Kau kenal cowok-cowok tampan di sana? Seperti apa mereka? Brad Pitt? Orlando Bloom? Antonio Banderas? Chris Hemsworth? Atau Robert Pattinson??"

Lots Of Love (by Loveyta Chen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang