#15 Pinecrest

863 56 0
                                    

DAPHNE'S LIFE

Aku memutuskan untuk kabur. Tidak peduli apakah mereka mencariku atau membiarkanku berkeliaran sebagai hukuman karena lalai menjaga Christabel yang sampai sekarang belum sadar. Semalam itu, Justin mengantarku pulang, sedangkan aku tak banyak bicara kecuali duduk diam memandang keluar jendela.

Dan malam itu aku tak tidur banyak. Pikiranku melayang-layang entah kemana, membawaku melamun dan mematung sendirian di dalam kegelapan. Lalu pagi ini, aku pastikan tak ada yang curiga aku pergi. Aku memasukkan baju-bajuku mulai dari sweater, celana, hingga mantel dan lainnya ke dalam kopor kecil.

Aku mengendap-endap keluar dari mansion. Untunglah Jackie dan Dad tidak ada di tempat ini; mereka masih menunggu di rumah sakit sampai Christa siuman. Aku hanya memberikan keterangan bahwa aku berniat menginap di rumah temanku pada para pelayan. Karena aku memiliki hak untuk hidup seperti remaja lainnya, makan mereka melepasku begitu saja. Dasar orang-orang tolol. Mudah sekali dikelabuhi.

Tujuan utamaku pergi adalah ke Florida. Aku ingin menenangkan diriku di sana, tidak peduli pada apapun di kota ini meskipun harus berpikir dua kali meninggalkan sekolah, teman-temanku, dan terutama... Justin. Menggeleng kuat, aku melanjutkan jalanku menyusuri trotoar di sepanjang jalan lengang mencari tumpangan. Belum ada satu pun taksi yang lewat di jalan lengang ini, yang membuatku mendesah frustrasi. Sekitar puluhan iM dan panggilan masuk dari Justin kuabaikan di ponselku. Aku tak menjamahnya sebentar pun. Jika aku membaca pesannya, aku semakin sulit meninggalkan kota ini.

Ponselku masih berisik di kantong mantelku. Menggerung kesal, kurogoh sakuku dan menekan pilihan jawab. Suara Justin yang panik kentara di seberang sana, membuatku mendesah pelan.

"Dope, jangan bodoh. Dimana kau?"

"Mansion," dustaku.

"Kau tahu kalau aku tidak suka pembohong. Apalagi pembohong cantik sepertimu."

Bola mataku terputar jengah. Dalam keadaan seperti ini dia masih sempat-sempatnya bicara seperti itu seolah-olah apa yang kulakukan adalah sesuatu yang buruk. Oke, membohonginya memang hal yang buruk. Apalagi kabur dari mansion tanpa pamit—plus, aku memberikan keterangan palsu pada pelayan yang menginterogasiku tadi.

"Kau tak akan bertemu denganku."

"Sungguh?" tanyanya tidak yakin.

Aku menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-paruku dengan udara bersih pagi hari yang masih asri, lalu menghelanya. Maafkan aku, Justin. Untuk sekarang, aku tak ingin diganggu oleh siapapun. Aku ingin menyendiri di tempat kelahiranku, Florida, di Pinecrest, sebuah pedesaan yang dikelilingi oleh hutan pinus, danau, ladang, dan peternakan. Di pagi hari aku bisa mencium aroma pinus, tanah basah, dan udara yang segar. Taruhan, kau pasti suka jika berlibur di sana.

Entah sampai kapan aku pulang ke Pinecrest, menempati rumahku lagi. Rumah sederhana yang terbuat dari kayu dan dikelilingi oleh ladang jagung serta istal milik Enrique. Tidak bisa kupastikan berapa kiranya aku menetap di sana. Apakah selamanya? Sungguh, apakah aku sanggup meninggalkan kota ini—bukan, lebih tepatnya Justin—selamanya?

Pikiranku yang sedari tadi melayang di ruang kepalaku buyar bagaikan tinta dicelupkan air ketika kulihat taksi melaju hampir sampai di depanku. Aku mengulurkan tangan, mengangkat jempolku sampai sopir bersedia menghentikan mobil kuning tersebut di depanku. Kuletakkan kopor ke dalam bagasi, lalu duduk dengan rileks di jok belakang. Pesan dari Justin lagi-lagi membuatku mendesah pendek. Sepertinya dia tak akan berhenti dan menyerah begitu saja.

Lots Of Love (by Loveyta Chen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang