Hari ini adalah pembagian rapot untuk siswa dan siswi disekolah tempat Sabil mengajar. Tentu saja Sabil sebagai guru wajib hadir untuk momen tersebut, Sabil bisa melihat para orang tua yang hadir untuk mengambil rapot anaknya. Kini semua murid sedang berada dilapangan untuk mengumuman juara kelas dan juara umum antar jurusan.
Sabil tersenyum melihat para peserta didik yang mendapat juara, ia senang pada murid yang berprestasi. Pengumuman juara untuk IPA sudah dan sekarang untuk IPS, mulai dari kelas 10, lalu kelas 11, dan yang terakhir kelas 12. Sekarang pengumuman juara untuk kelas 12 IPS 2, tepatnya kelas Nalendra yang sebenarnya Sabil tunggu tunggu.
"Mulai dari rangking 3 dimenangkan oleh ananda... Amanda Putri Aulia!" Ucap pak Nando yang menjadi MC satu ini, "Lalu juara 2 dimenangkan oleh ananda... Devina ayu pertiwi!" Lanjut pak Nando. "Dan yang terakhir juara 1! Dimenangkan oleh ananda.. Nalendra Reifansyah!" Ucap pak Nando membuat senyum diawajah Sabil semakin mereka.
Melihat murid yang ia banggakan mendapatkan juara kelas, namun ia belum mendengar pengumuman juara umum kelas 12 IPS. "Untuk juara umum kelas 12 IPS didapatkan oleh ananda.. Sherina maudiva dari kelas 12 IPS 1! Selamat!" Ucap pak Nando, membuat Sabil agak kecewa namun ia tetap bangga pada Nalendra bisa mendapat rangking bahkan juara 1.
.........¤¤¤.........
Nalendra masih berada lapangan, duduk sendiri disalah satu bangku yang ada disana. Disaat yang lain sibuk dengan pengambilan rapot, ia lebih dulu mendapatkannya karena pembagian rapot memang berdasarkan peringkat kelas. "Selamat ya" Ucap seseorang sedikit mengejutkan Nalendra, Ternyata Sabil yang sudah duduk disampingnya."Makasih kak.." Balas Nalendra lesu, Sabil mengerutkan dahinya mendengar jawaban Nalendra. "Lesu amat kenapa si?" Tanya Sabil pada Nalendra "Gapapa kak" Jawab Nalendra yang tentu saja Sabik tahu jika ia berbohong. Nalendra tidak pantai berbohong, "Ga Usah bohong.. kamu ga pinter ngebohong.. kenapa? Nilai? Rangking?" Tanya Sabil dan pertanyaan tersebut sukses membuat Nalendra diam.
"Iyakan?" Yakin Sabil namun Nalendra masih diam tak bereaksi, Sabil menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. "Sini kulihat rapotmu" Ujar Sabil menagih rapot Nalendra, Nalendra memberikan rapotnya pada Sabil. Ia membuka rapot Nalendra dan melihat nilai nilai yang Nalendra dapat dari hasil belajarnya selama satu semester. "Oh.. ini kutunya.." Ujar Sabil membuat Nalendra bingung, "kutu?" Tanya Nalendra bingung.
"Iya ini tuh Nalen masih kurang dimapel aku.." Ujar Sabil pada Nalendra, dibalas anggukan oleh Nalendra. "Jangan cuma ngangguk ngangguk aja.. ditingkatkan lagi! Mapelku itu penting loh di IPS.." Omel Sabil pada Nalendra, Nalendra menghela nafasnya. "Iya kak Sabil.. bakal aku tingkatin.. " Ucap Nalendra, dibalas kekehan dari Sabil.
"Kamu tuh ga suka banget ya sama mapelku?" Tanya sabil sembari melihat rapot Nalendra, "Suka gurunya" Gumam Nalendra. "Apa?" Tanya Sabil mendengar ucapan Nalendra yang tak jelas, "Engga.. biasa aja" Ujar Nalendra. Dibalas anggukan oleh Sabil.
Sabil yang tadinya memperhatikan rapot Nalendra tiba-tiba teringat sesuatu, ia menatap Nalendra. "Orang tua kamu ga kesini ya?" Pertanyaan Sabil membuat Nalendra tersenyum pahit kala Sabil menanyakan hal itu tersebut, "Ada urusan yang bikin mereka ga bisa hadir" Jawab Nalendra. "Kenapa ga ajak wali?" Tanya Sabil lagi, "Sebenernya ada nenek, tapi kalo cuman buat ambil rapot semester awalnya sama sendiri juga bisa.. kasihan nenek takutnya cape" Jawab Nalendra membuat hati Sabil terteguh mendengarnya.
Selain anak yang pekerja keras ternyata ia juga anak yang tulus, ia menghawatirkan sang nenek lelah bila ia mengajaknya kesekolah. Entah kesadaran dari mana tangan Sabil seakan bergerak sendiri menyetuh surai halus milik Nalendra. Sabil mengusap kepala Nalendra dengan penuh kasih sayang, ia melihat Nalendra sudah seperti adiknya.
Tanpa Sabil ketahui Nalendra yang kepalanya mendapat sentuhan Sabil, kini jantungnya tengah berdetak kencang. Wajahnya panas serta dan mulai memperlihatkan semburat dikedua pipinya. Sabil yang tersadar akan hal tersebut langsungg menjauhkan tanganya dari surau Nalendra dan beralih pada pipi Nalendra, "Muka kamu merah gitu.. kamu sakit?" Tanya Sabil sembari mengusap pipi Nalendra.
Sial jantung Nalendra semakin menjadi jadi, dengan cepat ia menjauhkan wajahnya dari tangan Sabil. "E-eh kenapa? Kamu ga sakit kan? Atau kepanasan?" Tanya Sabil lagi, "Eum.. a-ah iya.. itu k-kepanasan.. iya.." Jawab Nalendra gugup. "Oh.. kalo gitu ayo pindah tempat aja" Ajak Sabil, Nalendra menghela nafas lega lu kedua beranjak dari tempat tersebut menuju tempat yang lebih teduh.
.........¤¤¤.........
Karena sekolah hanya pembagian rapot seluruh murid beserta orang tua langsung pulang menuju rumah mereka masing masing. Namun tidak untuk guru dan staf mereka melaksanakan acara makan bersama diaula, semua guru hadir tak terkecuali Sabil.Sabil ikut dalam acara makan makan tersebut, namun setengah acara ada salah satu staf yang izin untuk pergi lebih dahulu karena ia harus melatih eskul. Setahu Sabil staf tersebut selain bekerja sebagai staf ia selaku pembina eskul olahraga, 'rajin sekali' pikir Sabil padahal sudah mau libur panjang.
Tak terasa beberapa jam berlalu acara makan makan sudah selesai, tak lupa Sabil membantu guru dan saat untuk membereskan bekas makan mereka. Setelah semuanya beres Sabil berniat untuk pulang karena ia sudah meminta Saddam untuk menjemputnya, Sabil masuk keruanganya untuk mengambil tasnya. Sebelum ia pergi tak lupa ia mengunci pintu ruanganya, lalu ia berjalan menuju gerbang.
Tiba-tiba langkah Sabil terhenti saat ia melihat kearah lapangan, disana masih ada siswa dan siswi yang menggunakan Jersey masih berada disekolah. Sabil ingat ketika salah satu staf sekaligus pembina eskul olahraga tadi izin untuk pergi duluan untuk melatih eskul.
Namun ia salah fokus karena salah satu siswa yang akhir akhir ini dekat dengannya dengan tampilan berbeda. Nalendra yang menggunakan Jersey basket nomor 10 dan bertuliskan nama 'Lendra', dengan rambut basah dan keringat yang bercucuran wajah hingga lehernya. Pandangan tersebut menimbulkan rasa panas pada wajah Sabil, 'tampan' batin Sabil.
Sabil menyadarkan pikirannya, 'astaga apa yang baru saja aku pikirin' batinya. "YA! SAMPE SINI AJA LATIHAN KITA! SELAMAT BERISTIRAHAT!" Teriak sang pelatih pada murid murid. Sabil bisa melihat semua orang yang berada dilapangan itu mulai bubar, dan ia juga bisa melihat salah satu murid yang menyadari kehadirannya lalu menghampirinya.
Siapa lagi jika bukan Nalendra, "Kok kakak belum pulang?" Tanya Nalendra melihat Sabil yang masih berada disekolah. "A-ah ini mau pulang.." Jawab Sabil, "Kalo gitu hati-hati kak! Aku duluan ya!" Ujar Nalendra lalu meninggalkan Sabil. 'Kayaknya Nalen buru buru' batin Sabil, melihat Nalendra yang menjauh dari pandanganya.
Tinn Nungg Tinn Nungg
Sabil sedikit terkejut dengan dering ponselnya, ia bisa melihat kontak bertuliskan 'kak Saddam🤍' meneleponya. "Halo kak?" Ucap Sabil menjawab telepon dari Saddam, "Halo sayang, aku udah didepan" Balas Saddam ditelepon. "Oh iya aku kesana" Ujar Sabil lalu mematikan telepon tersebut dan berjalan menuju gerbang sekolah.
.........¤¤¤.........
Happy Reading!