WAKTU makan siang, Leo memilih untuk keluar bersama Arzan ke mall terdekat. Restoran K's Foodie menjadi pilihan mereka siang itu. Sememangnya sudah menjadi sebuah kebiasaan untuk mereka mengisi lambung mereka di sini. Selain karena letak tempat yang tidak terlalu jauh dari perusahaan, mereka bisa hemat waktu juga hemat oli mobil mereka. Setelah selesai membuat pesanan, mereka memulakan sesi konferensi. Siapa lagi kalau bukan Arzan yang menjadi reporter tidak bertauliah.
" Aku tebak, paman sama tante sudah mengetahui soal kepulangan Arsa, kan?" ujarnya dengan senyuman usilnya yang tidak pernah hilang dari bibir hingga membuat Leo kesal.
" Bagaimana kau bisa tahu? And you won't believe this, papa menawarkan Arsa untuk bekerja di perusahaan." Leo meluahkan rasa ketidakpuasan hatinya dengan keputusan yang di buat kepala keluarga Adinata. Gusar hatinya tiap kali memikirkan bagaimana caranya dia harus bertatap muka dengan suami mungilnya itu. Khawatir jika ada rasa yang lain mengetuk hatinya.
" Jadi, masalahnya apa? Menurut ku itu rencana yang bagus." Arzan menjawab seolah itu bukan masalah berat. Sungguh, Arzan heran dengan tingkah Leo. Arsa itu manis orangnya, tubuhnya juga mungil dengan kulitnya yang berwarna cerah. Sampai Arzan saja iri karena Leo bisa mendapatkan sosok malaikat seperti Arsa. Apa lagi yang diinginkan oleh pria ini?
" Memangnya kau punya mata untuk melihat dimana letak masalahnya?" Leo balik membalas dengan sindiran. Leo benar, kan? Arzan tidak bisa melihat dimana letak masalahnya, karena yang sedang menghadapinya saat ini adalah Leo bukan Arzan. Coba saja jika Arzan yang berada di posisinya, pria itu pasti turut sama sepertinya, kebingungan. Bayangkan saja, sosok suami yang sudah tidak lagi dia lihat selama empat tahun lamanya, sekarang tiba-tiba saja malah berada di lingkungannya dan bakal masuk ke dalam zona nyamannya. Tapi itu bukan masalah terbesarnya. Berada di satu kamar dengan sosok itu adalah hal yang sangat dia hindari. Bukannya apa, aneh saja rasanya berada di dalam satu kamar dengan sosok yang sudah lama tidak terlihat di matanya.
" Kau yang buta malah meneriaki ku tidak punya mata! Ini, kau tidak lihat betapa besar dan indahnya mata yang dimiliki oleh seorang Arzan?"
Kata-kata Arzan disambut dengan suara tawa dari Leo. Sindiran itu terdengar lucu. Tidak tahu siapa yang bodoh di antara mereka. Sama ada dia atau pilihan kata yang digunakan Arzan.
" Maaf... maaf..." Leo menyadari keterlanjurannya dalam berkata.
" Tch. Tidak ada maaf."
" Terus, rencana mu apa?" Arzan menyambung kembali. Burger yang menjadi pesanannya digigit sekali. Menikmati makanan yang masuk ke dalam tenggorokannya karena perutnya yang lapar minta diisi semenjak tadi pagi.
" Tidak tahu. Aku bingung memikirkan solusinya. Belum lagi rencana papa sama mama mau membawanya kembali, tinggal bersama." Jarinya menolak surai abu-abu miliknya kebelakang. Pusing!
" Wah, itu lebih bagus! Kira-kira kapan aku bisa mendapat satu lagi keponakan yang menggemaskan?" Arzan berteriak kesenangan disusul dengan tawa yang meledak tidak terkontrol setelah melihat wajah cemberut Leo.
" Ini keponakanmu, mau?" jawab Leo sambil mengangkat jari tengahnya untuk Arzan. Dia, Leo Kawindra, tidak akan punya anak dengan sosok itu.
Pantas – kepala Arzan menggeleng. " Maaf, aku pihak yang menyerang, bukan menerima."
Jelingan tajam Leo berikan untuk Arzan yang memilih untuk cuek. Tapi jika dipikir ulang kata Arzan itu... Jangan! Jangan dipikirkan Leo, abaikan saja. Teriaknya di dalam hati.
" Kemarin, sewaktu aku menjemput mu di bandara, Arsa kaget melihat Hara. Kau sendiri tahu bagaimana Hara memanggil ku. Aku yakin dia mengira jika Hara adalah anak ku." Leo kembali membuka bicara. Menceritakan pada Arzan kejadian yang terjadi sewaktu di bandara kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin Again [ BL ] - slow update
RomanceHanya sebuah kisah cinta yang dimulai kembali setelah episode luka itu berlalu pergi. Ini kisah pasangan yang menikah karena permintaan terakhir orang yang mereka cintai. Kisah dua orang yang saling terluka. Jika Leo kehilangan kekasihnya maka Arsa...