1

58 8 8
                                    

Haechan yang petakilan, diam-diam dapat melihat kematian seseorang.

Kecuali kematian dirinya..

...

" Yuhuu eperibadeh~ " Sapa haechan pada teman sekelasnya membuat suasana ricuh.

Bagaimana tidak ricuh, dia datang kesekolah dengan rambut diwarnai merah menyala.

" Apa kau bosan hidup? " Tanya renjun tidak habis pikir dengan kelakuan teman sebangku nya itu.

" Korean style bro... " Ujar haechan menyibak rambutnya, mengacaknya sedikit agar terlihat seperti bad boy.

" Gigi mu noh kuning... " Julid renjun memukul kepala haechan dengan buku tebal.

" Sakit njun!! Kalo otak ku hilang bagaimana?!! "

" Sejak kau lahir di dunia, kepalamu itu emang udah gak ada otaknya... " Ujar renjun menoyor haechan.

" Suer njun!! Ku aduin ke pak roro lu ya!! Kekerasan terhadap sohib!! "

" Pak roro siapa? " Tanya renjun bingung.

" Presiden kita lah!! Parah banget lo gak kenal!! Gak ikut nyoblos lu?!! " Ujar haechan heboh.

" Pororo sekalian!!! Lagian kita masih sekolah, mau nyoblos gimana??!!! " Bentak renjun menendang haechan hingga terjatuh dari kursinya.

" Lah kirain kamu udah berumur njun, soalnya marah mulu... "

" HAECHAN!!! " teriak renjun kesal, meminting  leher haechan hingga si empunya kesulitan bernapas.

" Njun!! Njun!! Lepas!! Mati gue njun!! Gue lihat malaikat maut njun!! Njun!!! " Ujar haechan berusaha melepaskan tangan renjun  dari lehernya.

" Masih pagi udah ribut aja... " Gerutu jaemin.

" Gak ribut, meriang... " Ujar Jeno.

" Nih bocah satu nyebelin banget!! Naik darah tinggi gue!! " Ujar renjun menggeplak kepala haechan setelah melepaskan pitingannya.

" Udah kayak volume audio tuh darah bisa naik turun... "

" Kau mati aja hari ini HAECHAN!!! " teriak renjun hendak kembali gelut jika tidak di tahan oleh jaemin.

" Gue pindah duduk tempat lo!! " Ujar renjun pada jaemin.

" Percuma lah... Gue duduk di depan lo, jadi tuh bocah masih bisa gangguin lo..  Kalo mau pindah, noh di depan tempat chenle... " Ujar jaemin duduk di bangkunya.

" Ogah, berasa lagi di sidang amal perbuatan kalo duduk situ... " Ujar renjun merinding melihat tempat duduk chenle yang berada tepat di depan meja guru.

" Kalo gitu Terima kenyataan! Duduk manis sono!! " Ujar Jeno mendorong kecil renjun.

" Awas lu mancing emosi lagi ya!! Gue jatuhin dari jendela!! Ingat Chan, kelas kita di lantai 4... " Ancam renjun.

" Iya ilah... Berisik... " Ujar haechan duduk di bangkunya, menatap ke arah chenle.

Ia sempat bertatap mata dengan chenle, hingga ia dapat mengetahui kematian teman sekelasnya itu.

Hati-hati dengan bola~

Namun ingat kata pepatah, kematian yang sudah ditetapkan tidak akan bisa diubah.

" Ngapain lu nengokin chenle mulu? Mau pindah kursi lo sama dia? Kalo iya, cepat deh pindah sono!! " Tegur renjun.

" Kagak elah, gue lihatin cicak di bangku nya doang!! Siapa juga mau pindah... " Ujar haechan meletakkan kepalanya dimeja.

" Jangan tidur!! Bentar lagi masuk kelas!! Urus noh rambut ayam lu!! " Ujar renjun menarik rambut haechan.

" Biar gini dulu njun~ " Jawab haechan lembut membuat renjun menarik tangannya dari rambut haechan.

" Ada apa dengannya? " Gumam renjun menatap horor haechan.

" Ah sudahlah.. Dia kan memang aneh.. "
.
.
.
.

" Aish... Kalo bukan karena doi, ogah gue... " Dumel chenle yang tengah keberatan membawa bola-bola olahraga ke gudang penyimpanan.

Bruk!!

" Huft!! Gudangnya kotor banget... Huatchim!!! " Keluh chenle setelah meletakkan bola.

" Gak bisa Lama-lama disini, kena flu gue entar... Eh? Wuaaa!!! Kecoa!!! " Pekik chenle ketika kecoa terbang ke arahnya.

Membuatnya kalang kabut hingga tidak melihat langkah kakinya.

Menginjak sebuah bola pingpong yang membuatnya hilang keseimbangan.

Chenle berusaha meraih lemari besi untuk berpegangan, sialnya tangannya meleset hingga dirinya terjatuh dengan kepala menghantam keras salah satu besi hingga menusuk kepalanya cukup dalam.

Membuatnya tidak bernyawa saat itu juga dengan bergelimang darah di sekelilingnya.

.
.
.
.

" Guys!!! Chenle!! Chenle meninggal!!! Kepalanya tertusuk besi di gudang alat olahraga!! " Teriak salah satu murid di kelas haechan, membuat kelas menjadi ricuh.

Mereka semua beranjak ke tempat dimana chenle merenggut nyawa.

" Ayo Chan!! " Ajak renjun yang dibalas deheman oleh haechan.

Zhong chenle....
Berpulang, 10 Januari 2018
Note : Bola~

Haechan terdiam di bangkunya menatap langit yang terlihat mendung seperti keadaan saat itu.

" Kematian tidak dapat diubah... " Gumam haechan sendu.

~~~~~~~

Sebelumnya.

" Awas!! " Teriak seseorang murid pada chenle yang tengah menuruni tangga.

Buk!!

" Fokus kalo jalan... " Ujar haechan menepis bola yang hendak mengenai kepala chenle yang asik bermain ponsel.

" Hehehe... Makasih Chan... " Jawab chenle cengengesan.

" Sama-sama tuan muda chenle... "

" NAH BOLA KALIAN!! PELAN-PELAN MAINNYA!! " teriak haechan melemparkan bola tersebut.

THANKS CHAN!!

.
.
.

Usahanya untuk menghentikan kematian, tetap akan sia-sia, karena kematian sudah ditentukan.

I Know When You DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang