13. pemakaman

66 4 1
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kerugian yang besar adalah engkau tidak bersholwat kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam

Sedangkan engkau mengetahui dialah yg memberimu syafaat di hari kiamat nanti.
[Habib Umar Bin hafidz]

اللَّهُمَّ صَلَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ

"STOP PLAGIAT!"
Cerita ini murni di terbitkan langsung oleh pikiran dan imajinasi saya!
•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•

Di karna kan sore hari, banyak para santi dan santriwati yang melewati Ndalem untuk kembali menuju asrama, banyak mata yang menatap Ke arah Farid Dan Salwa yang sedang berada d depan Ndalem.

"Cewek itu siapa si, mesra banget pake bunga segala"

"Adek nya kali"

"Gamungkin adek nya, masa se deket itu"

"Ah udah lah, kita gausah ikut campur"

"Gus Farid, siapa sebenarnya wanita yang bersama Gus Farid itu? Seperti sangat dekat dengan beliau" Ucap ustadzah Hani dari kejauhan.

***
(Skip aja lah mereka pada penasaran siapa salwa wkwk)

Kini Farid sudah memarkirkan mobil nya di parkiran tempat pemakaman itu, Farid menggandeng tangan Salwa untuk menuju ke sebuah makam yang sangat indah.

"Ini rumah ibu Salwa om! Cantik kan"

"Iya MasyaAllah"

"Ibu, kenalin ini nama nya Om Farid, nama panjang nya apa om?"

"Farid Alandra Alayubbi"

"Nah iya nama nya Farid Alandra Alayubbi, Dia baik sama Salwa tapi juga bikin Salwa kesel. Tadi siang dia bikin Salwa malu di depan banyak orang, tapi gak apa apa, dia udah baik banget sama Salwa" Senyuman indah ter ukir dari bibir Salwa.

Sederhana, namun senyum Salwa bisa membawa kebahagiaan untuk Farid. Farid merasa senang saat Salwa senang, Salwa mengingatkan dia kepada adik nya yang sudah berpisah sejak 9 tahun lalu.

"Ibu tau gak? Masa kata nya om Farid ini suami Salwa, Salwa gak percaya, tapi ayah juga bilang begitu. Andai ibu masih ada pasti Salwa bahagia banget di sini, tanpa ibu aja Salwa udah bahagia apa lagi kalau ada ibu, mungkin bahagia banget!"

"Salwa kagen ibu..." Mata Salwa mulai bekaca kaca saat mengingat kenangan indah sewaktu kecil bersama ibu nya.

Farid yang menyadari Salwa mulai menangis segera merangkul pundak Salwa. "Sudah gausah nangis"

"Ta-tapi Salwa kangen ibu om, Kapan yah Salwa bisa ketemu ibu lagi"

Farid menyandarkan kepala Salwa di pundak nya, ia mengelus lembut khimar berwarna abu abu.
"Salwa, saya tau sekali rasa nya merindukan seseorang yang telah tiada, tapi ga seharus nya kita menangisi itu. Salwa tau ga? Kalau Salwa nangis nanti di sana ibu sedih karna lihat Salwa nangis, jadi lebih baik kita kirimkn doa aja ya untuk ibu"

"Berarti Salwa ga boleh nangis?"

"Bukan ga boleh, tapi gabaik. Lebih baik kirimkan doa aja"

"Tapi Salwa cuma bisa doa orang tua" Berbalik menghadap farid.

"Gak apa apa Salwa, kirimin doa sesuai kemampuan kamu saja itu sudah cukup. Atau mau saya pimpin baca yasin?"

"Mau yasin tapi Salwa ga hapal, jadi Salwa bagian aminin aja ya?"

"Iya kamu ikutin aja ya kalau gabisa saya juga gak bawa buku yasin, Biar saya aja yang Pimpin yasin dan doa nya" ucap Farid tersenyum menatap Salwa.

"Hafal?"

"Tenang aja kalau cuma yasin dan doa saya hafal"

"Oke deh, om pimpin nanti Salwa aminin"

Farid pun melepaskan rangkulan nya dari pundak Salwa, Ia segera memimpin Salwa untuk membaca surah yasin. Biasanya Farid memimpin para santri nya untuk membaca yasin rutin setiap malam jum'at. Tetapi berbeda dengan sekarang, ia memimpin Salwa sosok bocil SMA yang kini menjadi istrinya.

Ada yang berbeda dari sebelumnya, biasa Salwa datang ke pemakaman sang ibu hanya untuk berdoa dan bercerita tidak seperti sekarang, Salwa merasa beruntung di pertemukan dengan Farid yang walau menurutnya galak namun perhatian.

Dengan serius dan sangat fokus Farid melafalkan surah yasin hingga akhir ayat, Salwa sedikit kagum dengan Farid karna mampu menyelesaikan surah yasin tanpa melihat buku yasin ataupun Al Qur'an. Sesudah selesai membacakan yasin dan juga doa Farid segera mengajak Salwa untuk pulang kembali ke pesantren.

"Ibu Salwa pamit dulu ya, ini ada bunga kesukaan ibu yang Salwa beli khusus buat ibu" Salwa meletakan mawar putih di atas pemakaman sang ibu.

Mereka pun kembali ke parkiran mobil untuk menaiki mobil Farid, di tengah perjalanan Salwa meminta berhenti di sebuah rumah makan, yang di mana itu adalah tempat Salwa bekerja.

Di sana Salwa bertemu dengan ibu ibu pemilik rumah makan tersebut, Ia bertanya mengapa hari ini Salwa tidak bekerja dan tak ada kabar.

"Salwa kamu ke mana aja ibu telfon gak aktif, tiba tiba hilang seharian" Ucap nya khawatir.

"maaf ya bu kalo Salwa gada kabar, Salwa juga gatau kalau ibu telfon soalnya Salwa gada kuota hehe, mungkin hari ini Salwa libur dulu ya bu. Oh iya Salwa mau pesan nasi nya 2 bungkus pakai ayam"

"Iya gak apa apa Salwa, lain kali jangan lupa kabari ya. Ibu khawatir kamu tiba tiba hilang. Buat siapa nasi nya?"

"Buat ayah"

Bu Dijah pemilik warung makan yang tahu itu segera membungkus kan 2 bungkus nasi untuk di berikan kepada Salwa.
"Ini, uang nya kamu pegang aja angap aja ini pemberian dari ibu buat kamu dan ayah kamu"

"Makasih ya bu kalau gitu"

Salwa da Farid pun segera berpamitan kepada bu Dijah, tak lupa juga Salwa menyalimi tangan nya.

Kini mereka sudah kembali ke dalam mobil dan akan pergi ke rumah ayah Salwa terlebih dahulu, itu permintaan Salwa, Farid tak bisa menolak nya.

Sampai di rumah pak Yahya Salwa hanya mengasih nasi tersebut dan segera berpamitan kembali kepada sang ayah, itu membuat Farid sedikit heran. Bukan kah Salwa Ingin tinggal bersama ayah nya dan tak ingin berpisah.

Sebenarnya Salwa sudah berfikir, ia sudah tau kalau dia sudah menjadi istri nya Farid jadi harus ikut dengan Farid ke mana pun Farid tinggal. Salwa memang tak bisa tinggal bersama ayah nya tetapi bukan berarti ia sudah tak bisa berjumpa dengan ayah nya lagi.

"Kamu kenapa ga tinggal sama ayah kamu? Bukan nya kamu gabisa ninggalin ayah kamu?" Tanya Farid kepada Salwa yang baru memasuki mobil.

"Karna om suami Salwa, jadi Salwa harus ikut sama om. Iya sih emang Salwa ga bisa tinggalin Ayah tapi kan Salwa masih bisa bertemu dengan ayah" Ucap nya dengan senyuman indah terukir di bibir nya.

Farid hanya tersenyum, ia tau Salwa bisa berfikir dewasa walau terkadang sifat dan sikap nya seperti anak kecil.

TBC!

Terimakasih sudah membaca, semoga kalian suka, Bantu support aku terus ya!!

FARSALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang