Bertemu Defandra si Ketua Osis

229 30 2
                                    

Zayyan mencoba mempertahankan sikap tenangnya, meskipun dalam hatinya terjadi kekesalan. Ia berusaha untuk tidak memberi reaksi yang bisa memperburuk situasi, namun dalam benaknya, Zayyan sudah merencanakan cara untuk mengatasi intimidasi ini tanpa harus menyerah pada tekanan.

Komentar tajam dari teman Zhodu menciptakan ketegangan yang semakin kuat di antara mereka. Zhodu, yang sebelumnya terlihat merendahkan, merespons dengan ekspresi wajah yang semakin marah.

"Lho pikir bisa bicara seperti itu dengan kami, hah?" tambahnya dengan nada tajam, mencoba menegaskan dominasi dirinya di depan teman-temannya.
Zayyan tetap mempertahankan sikap tenangnya, meskipun mengetahui bahwa situasinya semakin sulit.

"Saya tidak bermaksud menyakiti dirimu.
Kita bisa saling berteman dan menjalani hari dengan baik, bukan?" ujarnya dengan suara lembut, mencoba membawa obrolan ke jalur yang lebih positif.

Meski demikian, hatinya bergumam, "Ahh, apaan sih ni orang, sangat menyebalkan. Zayyan sabar ini, belum waktunya."

Tetapi, upaya Zayyan hanya semakin meningkatkan kekesalan Zhodu. Wajahnya merah padam, menciptakan atmosfer yang semakin panas di antara mereka.

"Berteman? Dengan orang seperti kamu?
Kamu waras?," ujar Zhodu dengan nada tajam, diikuti tawa sinis dan dukungan dari teman-temannya.

Dengan gerakan yang kasar dan penuh keangkuhan, Zhodu melemparkan peralatan belajar Zayyan ke lantai. Suara peralatan yang jatuh menghasilkan dentingan yang memecah keheningan di kelas.

Zayyan, meskipun terkejut dengan tindakan kasar tersebut, tetap berdiri dengan sikap tegar. Zayyan, walaupun tetap berusaha menjaga sikap tenangnya, merasakan kekesalannya mulai merayap. Dalam benaknya, semangat perlawan mulai berkobar, dan dia memutuskan bahwa sudah waktunya untuk memberikan respon yang tegas.

"Saya tidak ingin ada konflik, Tapi jika ini yang kamu inginkan, kita bisa mengatasi masalah ini dengan cara yang lebih dewasa," ujar Zayyan dengan suara yang lebih tegas, mencoba menunjukkan bahwa dia tidak akan membiarkan dirinya diinjak-injak begitu saja.

“Dewasa? Coba deh, tunjukkan kalau kamu bisa se-" sebelum Zhodu menyelesaikan kalimatnya. Tiba-tiba kegaduhan itu berhenti ketika seseorang di ambang pintu berbicara dengan dingin.

"Heii, apaan ini kenapa? Duduk semuanya!" ucapnya dengan suara yang tenang namun terdengar tegas. Anehnya, semua siswa patuh mengikuti perintahnya, membuat Zayyan penasaran dengan sosok itu. Wajahnya sangat tampan, badannya bagus, dan kehadirannya mencerminkan karisma yang sangat kuat.

Dia Defandra El-Khanza, Ketua OSIS SMA Nasional Grice. Defan selalu diikuti oleh Anara Grachia Pratama, gadis cantik yang merupakan wakil ketua OSIS yang kelihatanya sedikit berisik.

Defan berdiri di depan kelas, membagikan selebaran, dan mulai berbicara, "Baik, dari hasil rapat tadi, saya sebagai ketua OSIS dan juga sebagai ketua kelas di kelas 11 C ini, akan memberi tahu kalian tentang pertandingan antar kelas dalam memperingati hari ulang tahun sekolah. Kalian semua wajib mengikuti, walaupun hanya satu kegiatan dan boleh lebih."

Tatapan Zayyan tertuju pada selebaran yang dibagikan, membaca dengan seksama detail acara yang akan diadakan. Meskipun masih terbayang kekacauan yang baru saja terjadi, ketertiban dan kewibawaan yang dimiliki Defan membuat suasana kelas menjadi lebih tenang. Anara membantu menyebarkan selebaran kepada setiap siswa.

Zayyan, sambil menatap selebaran di tangannya, merasa penasaran dengan perayaan ulang tahun sekolah yang sedang diumumkan oleh Defan.

Defandra El-Khanza, setelah membagikan selebaran, menjelaskan dengan antusias tentang pertandingan yang akan diadakan dalam memperingati hari ulang tahun sekolah.

Beberapa pertandingan yang sangat menarik yang akan diikuti oleh Zayyan dan seluruh kelas 11 C adalah:
1. Lomba Teater Kelas: Setiap kelas diharapkan untuk menampilkan pertunjukan teater yang kreatif dan menghibur. Pertandingan ini tidak hanya menguji keterampilan akting, tetapi juga kerja sama tim.
2. Turnamen Basket Antar Kelas: Bagi para pecinta olahraga, turnamen basket antar kelas akan menjadi ajang bersaing yang seru.
3. Kompetisi Seni Lukis dan Seni Kerajinan: Menciptakan karya seni yang indah dan orisinal akan menjadi fokus pada kompetisi seni lukis dan seni kerajinan. Setiap kelas dapat mengekspresikan kreativitas mereka melalui berbagai media seni.
4. Perlombaan Lari Estafet: Kecepatan dan koordinasi tim akan diuji dalam perlombaan lari estafet.
5. Kuis Pengetahuan Umum: Untuk menguji pengetahuan siswa, akan diadakan kuis pengetahuan umum.
6. Kompetisi Musik dan Paduan Suara: Bagi siswa yang memiliki bakat di bidang musik.
7. Turnamen Catur dan Othello: Untuk para penggemar permainan strategi, turnamen catur dan Othello akan menarik minat mereka. Setiap kelas dapat menunjukkan kecerdasan dan strategi mereka dalam pertandingan ini.
8. Fashion Show: Bagi mereka yang berbakat di bidang mode..

Defan menekankan bahwa setiap pertandingan didesain untuk memberikan peluang kepada setiap siswa untuk berpartisipasi dan mengeksplorasi minat dan bakat mereka.

Zayyan bergumam, "Aku harus mengikuti yang mana?
Aduh, merepotkan sekali."

Dalam kebingungan, dia mulai mempertimbangkan setiap pertandingan dengan cermat.

Defan menatap Zayyan karena terlihat sangat kebingungan.

"Lho, anak baru yaa?" Tanya Defan.

Zayyan menjawab; "Iya, kenalin, nama saya Zayyan," ucapnya berusaha sopan.

"Ohh, gue Defandra, panggil aja Defan.
Dan lho, harus ikut salah satu dari pertandingan ini tanpa bantahan." Ucap Defan dengan dingin, lalu pergi tanpa memberi kesempatan Zayyan untuk berbicara lebih lanjut, mengabaikan uluran tangan Zayyan.

Zayyan merasa sedikit tertegun dengan sikap singkat dan tegas Defan. Meskipun begitu, ia berusaha memahami bahwa Defan sebagai ketua OSIS mungkin memiliki standar dan ekspektasi tertentu terhadap siswa-siswa.

Selang beberapa waktu setelah bel pulang sekolah berbunyi, siswa-siswa satu per satu meninggalkan area sekolah. Kendaraan mewah dan motor keren terlihat memenuhi halaman sekolah, menciptakan pemandangan yang berkilauan di bawah sinar senja. Mereka menyalakan mesin kendaraan, meninggalkan jejak suara yang bergaung di udara.

Zayyan, di tengah keramaian itu, terpaksa harus memilih jalan kaki sebagai sarana pulangnya. Kendaraannya yang terletak sedikit jauh dari sekolah, sebuah mobil yang sengaja diparkir di persimpangan jalan, menjadi alat untuk menyembunyikan identitasnya.

Kedua kakinya melangkah di trotoar yang mulai sepi, diiringi oleh hembusan angin senja yang memainkan rambutnya.

Disepanjang jalan, Zayyan mengerutu kesal. "Papa, Zayyan capek paaa... kenapa harus gini sihh." desahnya pelan. Langkah kakinya terus melangkah, diiringi rintihan kekecewaan yang terlontar dari bibirnya.

Tiba-tiba, Zayyan berpapasan dengan segerombolan sepeda motor yang dinaiki oleh wajah yang sangat dia kenal, yakni Zhodu dan gengnya.

"Kanvas Mimpi" AU XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang