SUKRETA

45 8 7
                                    


HAPPY READING

°.✩┈┈┈┈∘*┈┈୨♡୧┈┈┈*∘┈┈┈✩.

.

.

.

.

.

Laki-laki bermanik Ruby itu, menatap dalam gadis di depannya sebenernya dia tidak curiga tapi, mengingat jika kedua adik bungsunya itu lumayan dekat dengan gadis di depannya ini. Siapa tahu Solar atau Thorn pernah bercerita atau mengeluh pada Seina.

"Sei... apa kamu tau sesuatu tentang solar?" tanya Halilintar sambil berjalan pelan kearah Seina.

Seina terdiam dirinya yang awalnya menatap Halilintar langsung memalingkan wajahnya, Seina takut ketika melihat mata Halilintar yang menatapnya curiga, ditatap seperti itu mengingatkannya dengan mata milik ayahnya.

Halilintar menatap bingung. "Sei?" panggilnya.

"H-hali nanti aku kasih tau, a-aku ke kamar mandi dulu ya" ucap Seina yang langsung bergegas ke kamar mandi.

Seina menggigit bibir bawahnya, dia menatap pantulan dirinya di cermin besar itu, Betapa menyedihkannya dirinya dia kira akan lupa dengan tatapan itu nyatanya tatapan itulah yang membuatnya trauma.

"Dia bukan ayahmu Sei, dia bukan ayahmu, dia Halilintar ingat itu mereka itu gak sama." gumam Seina pada dirinya sendiri.

Seina kembali menemui Halilintar di ruang tamu, maniknya menatap Halilintar takut-takut, dengan susah payah dirinya berusaha mengajak Halilintar berbicara.

"H-hali" panggil Seina.

"Hmm, aku minta maaf Sei jika membuatmu takut." balas Halilintar.

Seina yang awalnya menunduk langsung menegakkan kepalanya, dia bingung dengan Halilintar yang tiba tiba meminta maaf padanya padahal laki-laki itu tidak melakukan kesalahan apapun padanya.

"Hah? kenapa kamu minta maaf Hali kan kamu ga ada salah. emm.. Hali... aku ingin memberitahukan sesuatu tapi kita tunggu Gempa juga ya." ucap Seina.

Halilintar hanya mengangguk sebagai jawaban, Halilintar itu terlalu fokus dengan handphone miliknya entah apa yang dia lihat. Ruangan itu sangat hening tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka, mereka berdua saling diam sudah hampir dua puluh menit sampai suara Halilintar memecahkan keheningan itu.

"Gem, kita ingin berbicara serius denganmu. Ucap Halilintar tiba-tiba.

"Ah iya bang sebentar" balas Halilintar.

Seina yang melihat itu terkejut bagaimana bisa Halilintar itu menyadari kehadiran Gempa, padahal dirinya yang sedari tadi yang fokus memerhatikan sekelilingnya sampai tidak sadar.

Saat ini mereka sudah saling berhadapan, sebenarnya Seina takut mengutarakan tentang apa yang terjadi dengan Solar. Tapi daripada semakin runyam nantinya dan dirinya malah yang disalahkan akhirnya Seina memberanikan diri memberitahu kecurigaannya selama ini.

"Hiks.. Thorn maafin aku ya.. aku harus memberitahu masalah Solar kepada kakak-kakak mu ini" batin Seina.

"Halilintar, Gempa.. sebenarnya sedari awal aku sudah curiga dengan Solar saat dia demam kemarin." ucap Seina

"Curiga? emang Seina curiga ke Solar kenapa?" sahut Gempa.

"Gem waktu Solar demam aku ga sengaja liat lebam di badan Solar, walaupun sudah memudar aku tahu itu, kalau kamu atau Hali ga percaya coba saja cek badan Solar."

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang