🔥02. Pengirim pesan🔥

254 40 31
                                    

Kebanyakan, penjahat hanyalah orang baik yang banyak dikecewakan. Dendam, adalah alasan kenapa mereka memilih jalan yang jelas salah.

Seano baru saja menghidupkan rokok keduanya, netranya menatap ke arah dinding tinggi dengan kawat tajam di bagian atas yang membelenggu Victoria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seano baru saja menghidupkan rokok keduanya, netranya menatap ke arah dinding tinggi dengan kawat tajam di bagian atas yang membelenggu Victoria.

Teori kematian Diandra sangat sulit dibuktikan, banyak kemungkinan lain juga bisa terjadi. Sial seribu sial, otak Seano sedang buntu sekarang ini.

"Untuk Seano Kertajaya Adilaksha. Aku punya cokelat kesukaan Kak Ano. Ada kacang almond yang enak banget di dalam cokelatnya. Jangan mikir ada racunnya ya, aku enggak mungkin ngeracunin Kakak. Tertanda, Ocha."

Seano menoleh, pemuda itu mendekatkan rokok di tangannya ke bibir, kemudian ia isap benda itu. Sementara di hadapannya, seorang gadis dengan jaket varsity berwarna biru muda tengah menyerahkan sebungkus cokelat berukuran cukup besar dengan tampang ogah-ogahan.

"Buat lo."

Seano menurunkan rokoknya, pemuda itu tertawa geli. Matanya menatap cokelat yang diberi pita berwarna merah muda itu.

"Lo lagi, berandalan gila."

"Bisa langsung ambil cokelatnya? Biar gue langsung pergi."

Seano mencebikkan bibir, kemudian mengambil cokelat itu dari tangan gadis di hadapannya. Sungguhan ada rangkaian kata di sticky note yang beberapa waktu lalu dibaca oleh Bianca.

Netra Seano menatap kepergian gadis urakan itu. Dengan senyum miring yang menghiasi bibirnya, pemuda itu mematahkan cokelat yang ia pegang sebelum Bianca benar-benar melangkah menjauh.

"Untuk Ocha Agnesia Rosaline. Ini bukan valentine, enggak usah keseringan ngirimin gue cokelat."

Bianca berbalik, tepat ketika tubuhnya berhadapan dengan Seano, kakak kelasnya itu menyerahkan cokelat yang telah ia patahkan ke arah Bianca.

"Balikin, gue enggak suka cokelat."

"Hargain!"

Seano mengedikkan bahu, pemuda itu berbalik, melangkah menjauh. Dia kembali ke tempat awalnya merenung dengan rokok yang kembali ia isap. Sama sekali tak mempedulikan teriakan tak terima Bianca.

"Njing, sahabat gue udah ngeluarin duit ya buat beliin lo cokelat. Seengaknya lo hargain keoonan dia, Anjing!"

"Berapa duit? Biar gue ganti." Seano merogoh saku, pemuda itu mengeluarkan uang pecahan lima puluh ribu dari dalam sakunya. "Palingan juga dua puluh ribu." Ia lemparkan uang itu ke wajah Bianca, kemudian kembali menikmati rokoknya.

3. Not Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang