PWM || Misi - 1

365 42 3
                                    

"Berhenti, bermain-main Phu!"

"Kamu membuatku malu! Jika ingin memarahiku, marahi aku di depanmu!bukan di depan teman-temanku. Suami macam apa, yang tidak mengerti situasi."

"Aku sudah bersabar menghadapi sikapmu yang kekanak-kanakan dan-"

"Ya, aku memang kekanak-kanakan. Lalu, kenapa kamu mengajukan perjodohan tak masuk akal ini. Karena dari awal, kamu juga sudah tahu bagaimana diriku!" sela Phugun, ia menunjuk-nunjuk Cirrus dengan telunjuk kanannya.

Phugun pergi ke kamar miliknya, meninggalkan Cirrus yang masih berdiri di ruang tamu.

Cirrus mengacak-acak rambut hitam legam miliknya dan tubuhnya perlahan jatuh ke lantai.

"Maaf, Phu. Aku hanya ... tidak ingin orang lain memilikimu. Kamu milikku, meski aku belum sepenuhnya bisa mengatakan hal tersebut," lirih Cirrus, sambil memeluk kedua lututnya.

Anak manis yang secara tak sengaja, ia lihat sedang tersenyum bersama orang lain di dalam kafe, menciptakan tekad kuat baginya untuk melihat senyum itu lagi, hanya padanya.

Cirrus berusaha mencari tahu tentang Phugun, ia mulai mendekati anak tersebut sepelan mungkin, hingga mereka berteman.

Pada tahap ia menjalin pertemanan, Cirrus kerap kali menyelipkan pertanyaan tentang hubungan lebih lanjut, seperti berpacaran atau menikah dalam candaannya.

Namun, hal tersebut tidak pernah ditanggapi oleh Phugun.

Sampai pada akhirnya, Phugun tahu arah pembicaraan Cirrus dan dia memutuskan untuk tidak saling bertemu satu sama lain lagi. Sebab, Phugun masih ingin bermain bebas dengan lingkupnya, bukan terikat.

Akan tetapi, berbeda dengan Cirrus, karena ia sudah bertekad.

Mereka dipertemukan kembali di dalam konferensi, sebagai anak dari pebisnis yang akan mengambil alih perusahaan, serta pemilik bisnis di bidang perhotelan, yang membuat Cirrus terpikirkan satu hal untuk memiliki Phugun.

Cirrus meminta bantuan, untuk dijodohkan dengan Phugun melalui ayahnya sebagai rekan bisnis dari ibunya Phugun.

Dua hari setelahnya, mereka mengadakan pertemuan secara pribadi.

Ia menjelaskan niat baik pada ibunya Phugun dan hal tersebut disetujui. Karena ibunya juga ingin, anak semata wayangnya ada yang melindungi serta menyayangi, selain dirinya. Terlebih lagi, Phugun sering keluar dengan mereka yang ibunya anggap sebagai bajingan.

Phugun yang masih remaja, kerap tersesat dalam pergaulan. Ibunya semakin khawatir, sebab Phugun merupakan Male Omega Dominan.

Meski Phugun menolak, pernikahan tetap berlangsung dengan alih-alih untuk keselamatannya.

Pernikahan yang sudah berjalan hampir satu tahun, tanpa atas dasar cinta dari pihak lain dan tidak tersentuh, menyebabkan rasa sakit, sekarang.

Permintaannya untuk dijodohkan dengan Phugun, membuat ia sadar. Bahwa Cirrus belum benar-benar siap, membina rumah tangga.

Perasaan cintanya nyata, ingin memiliki juga nyata. Walaupun, orang yang dia nikahi belum menerima kenyataan, jika mereka adalah pasangan.

Dirinya selalu sabar menghadapi Phugun yang masih sering bermain bersama teman-temannya, akan tetapi berbeda pada satu hal di malam ini.

Cirrus yang saat itu tengah memarkirkan mobilnya di salah satu kafe kesukaan Phugun, untuk membeli kue. Mengurungkan niatnya karena ia melihat Phugun sedang berciuman, dengan wanita dan satu laki-laki sedang meraba-raba tubuh Phugun, di samping kafe.

Tentu saja hal tersebut membuat Cirrus geram, lalu memarahi Phugun dan menarik paksa untuk pulang.

Karena selama ini ia mempercayai Phugun, tidak bermain seperti itu di belakangnya.

PLAYING WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang