PWM || B'day - 2

454 59 6
                                    

Keriuhan semakin memuncak saat seseorang yang menjadi pusat perhatian, melepas serta melemparkan jaket berbahan denim, ke lantai panggung.

Setelah gerakan yang begitu menghentak berkali-kali, dalam posisi berdiri dan merangkak. Pria itu mengubah posisinya seperkian detik, tangan kiri dan kedua kakinya menjadi penopang, saat pinggang ramping itu terangkat ke udara.

Gerakannya terasa kasar, namun lembut.

Putaran lagu terus berlanjut, sampai satu wanita sebagai penari muncul, melengkapi dua penyanyi di atas panggung.

Rasa panas mendominasi salah satu penonton, ketika pria yang dia perhatikan di atas sana, menyentuh sang penari latar.

"Benarkah itu kelincimu? Dia sangat ... bagaimana aku harus mengatakannya, ya?" tanya Peat, pada orang di sebelah kirinya.

"Jangan katakan, simpan saja," jawab Boss datar.

Peat terkekeh mendegarnya dan sekilas, ia melihat Boss mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Sudut kanan bibir Boss terangkat, saat ponselnya menampilkan balasan dari pesan yang dia kirim, pada dua orang di lain tempat.

Wanita di samping kiri Boss, selaku manajer, mengajak artis-artisnya untuk pergi ke belakang panggung.

Pria yang tadi mereka lihat melakukan pertunjukan, sekarang sedang mengganti pakaian. Bibirnya membentuk sebuah senyum, begitu ia melihat orang-orang yang disayanginya datang ke acara konser ulang tahun, miliknya.

"Phi Noeul!" panggil Fort, girang. Dia berlari ke arah Noeul.

"Fort, kamu datang. Terima kasih, pasti lelah, kan? Istirahatlah di sini," kata Noeul, usai mengganti pakaian.

"Tentu saja, aku harus datang. Benarkan, Phi?" tanya Fort, pada Peat dan Boss yang ada di belakangnya.

"Ya, itu benar dan kami akan menunggumu, di sini. Semangat kawan!" Peat melangkah, memberi pelukan pada Noeul dan Fort bergabung.

Sedangkan orang di belakang mereka, hanya memperhatikan interaksi tersebut.

"Ada apa dengannya?" Noeul berbisik, pada keduanya.

"Tidakkah kamu melihat api di kepalanya? Seperti itulah," jawab Peat, melepas pelukan dan Noeul berjalan ke arah Boss.

"Apakah kamu datang, hanya agar aku melihat muka masammu?" Karena sepatu yang digunakan Noeul, memiliki hak cukup tinggi. Ia dapat dengan mudah, mensejajarkan tubuhnya ke telinga Boss. "Aku punya sesuatu untukmu," bisik Noeul.

Dirinya tak sempat menangkap ekspresi apa yang ditunjukkan oleh Boss, sebab staff memanggilnya secara bersamaan saat ia akan melihat wajah Boss.

Kemeriahan berlanjut, hingga tiga orang yang tadi menunggu, berjalan masuk ke panggung membawa kue bersama dua staff, sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun.

Noeul merayakan ulang tahunnya yang kedua puluh lima bersama teman-temannya, sorak-sorai menggema kala Boss mengatakan tentang apa hadiah yang akan diberikan dan dia menyuruh Noeul menunjukkan pipinya.

Noeul dengan menantang mendekatkan wajah bagian sisi kanannya, ke arah Boss dan ia menanggapi itu sebagai candaan. Lain halnya dengan Boss, dia tersenyum, merasa jika ini adalah waktu yang pas.

Boss memiliki peluang, ia menggunakan buket bunga untuk menutupi dan Noeul terkejut, karena Boss menciumnya di pipi.

Keduanya mundur dan saling menunjuk, kesenangan bercampur malu, membuat Noeul berlari ke depan panggung sambil memanggil ibunya.

"Maa! Itu tidak baik!"

"Aku tahu kamu punya orang tua, tapi aku sudah minta izin," ujar Boss, suaranya terdengar begitu percaya diri.

PLAYING WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang