1

5.9K 812 31
                                    

Haaaaiii.... ketemu lagi dengan cerita baru di wattpad. Novel ini sudah tersedia di Karya Karsa yang bisa kalian beli per 2 bab.  Dan juga di Playbook, jika mau membaca sekaligus.

Selamat membaca dan salam hangat buat kalian semua.

***

Keith

Kumasuki ruang sidang dengan perasaan kosong. Kami masih duduk berdampingan dengan jarak di kursi yang berbeda. Di sebelahku Laura tertunduk tanpa sekali pun menoleh ke samping. Di belakang kami ada orang tuanya yang setia menemani. Aku hanya diam. Tidak ingin menyapa dengan ramah. Terlalu kecewa dengan segala yang pernah terjadi dalam pernikahan kami. Majelis hakim memasuki ruangan, kami semua berdiri. Sidang perceraian akhirnya tiba pada bagian akhir. Palu diketuk, aku dan Laura resmi bukan lagi suami istri.

Kembali kami semua berdiri saat hakim meninggalkan ruangan. Kutinggalkan  tanpa menoleh ke belakang. Tidak ingin melihat lagi ke masa lalu. Semua sudah selesai! Tidak lagi pamit pada orang tua Laura, mantan istriku. Padahal selama ini aku begitu menaruh hormat pada mereka. Menganggap keluarganya sebagai keluargaku juga. Namun, balasan mereka apa? Tidak sekali pun kudengar mereka menasehati anaknya. Semua mendukung perceraian kami karena jabatan dan status keluarga Deo yang jauh berada di atasku. Aku sendirian bertarung di pengadilan. Keluargaku yang sejak awal tidak mendukung pernikahan kami, juga seolah bersuka cita.

Kulewati bagian tengah gedung pengadilan negeri, masih banyak orang menunggu. Mungkin menunggu jadwal sidang selanjutnya. Di sini tidak hanya aku yang hancur sendirian. Wajah-wajah sedih dan cemas kulewati di sepanjang jalan. Sesampai di area parkir segera kumasuki mobil. Menurut keterangan dua minggu lagi surat cerai kami akan selesai. Setelah itu aku harus mengurus kartu keluarga baru ke Disdukcapil.

Rasanya hari ini letih sekali. Sesampai di bengkel, beberapa karyawan menatap sedih. Aku hanya mengangguk tanpa membalas senyuman mereka sambil membuka kacamata hitam dan menaiki tangga menuju lantai dua. Dua orang karyawan administrasi hanya menunduk saat aku lewat. Mungkin mereka tidak ingin menjadi pelampiasan ketidakstabilan emosiku lagi. Apa pun namanya, perceraian selalu menimbulkan luka. Malam-malam panjang tidak bisa tidur karena terus berpikir.

Semua terjadi sejak enam bulan lalu sebenarnya. Ketika menghadiri reuni SMU, Laura bertemu dengan mantannya yang kini sudah menjadi perwira TNI. Singkat cerita diketahui bahwa Deo, ternyata sudah menduda. Sejak saat itu Laura sering sekali keluar rumah dan pulang malam. Aku sudah memperingatkannya berkali-kali. Yang paling menyakitkan adalah ketika kami seharusnya  merayakan ulang tahun pernikahan ke-5. Aku yang sudah mengikuti keduanya sejak pagi mendapati kendaraan yang mereka tumpangi memasuki sebuah hotel. Beruntung, meski marah, emosi masih bisa kutahan. Tidak ingin terjadi hal yang memalukan bagi keluarga. Masih terbayang wajah Deo menatapku terkesan melecehkan.

Sejak hari itu, semua berbeda. Aku tidak tinggal di rumah lagi. Laura yang selama ini  bekerja menginginkan rumah itu. Tidak ingin menambah masalah aku mengabulkan keinginannya. Sesuatu yang menimbulkan amarah  adikku. Mereka tidak terima, karena jelas-jelas DP rumah itu  dari hasil tabunganku sebelum menikah. Dan selama ini aku juga yang membayar cicilannya. Aku tidak peduli dengan uang, bagiku asal tidak melihat wajahnya lagi. Selama ini kadang aku menginap di rumah adikku Lusia, kadang juga di bengkel.

Pintu ruang kerjaku diketuk, Salma berdiri di pintu.

“Permisi Pak. Ada tagihan dari toko Kawan Baru. Jatuh tempo hari ini.”

“Berapa?”

Salma menyerahkan sekumpulan nota. “Sudah kamu hitung jumlahnya?”

“Sudah Pak.”

JANGAN PERNAH LEPASKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang