Prolog

1K 128 45
                                    

Bayanaka Harmaja 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayanaka Harmaja 

cr : pinterest

cr : pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samita Luvira

***

"Ta! Ta!" panggilan itu membuat langkah kecilnya berhenti dan memutar tubuhnya ke belakang. Ia melihat Coki mengejarnya, berlari dengan tergesa-gesa. Dan ketika sampai di depannya, Coki kehabisan napas.

"Coki? Kenapa?" tanyanya ramah, lembut dan selalu menawan.

Coki membenarkan kacamatanya yang turun sedikit. Dia mengusap pelipisnya yang mengucur keringat. "Ta, mau kembaliin buku. Makasih, ya."

Coki menyerahkan buku itu kepada Samita, dan ketika Samita hendak meraih buku itu seseorang menepis keras, kasar hingga buku itu terjatuh agak jauh dari kaki Samita maupun Coki.

Samita melihat ke samping dan ia terkejut menemukan sosok yang tinggi dan mampu membuat bulu kuduknya berdiri sempurna, sudah berada di sampingnya dengan tatapan marah, dan tajam. Sangat mematikan. Samita juga melihat bagaimana Coki bergetar hebat karena melihat pria itu berdiri di sebelah tubuh kecil Samita, yang otomatis membuat Samita yang sudah mungil akan terlihat seperti smurf.

"Selingkuhan mana lagi?" pertanyaan itu membuat Coki menelan salivanya gugup. Ia hampir kencing di celana hanya karena pertanyaan dingin dengan suara berat pria itu.

"Naka...," Samita memanggil namanya. "Coki cuma mau ngembaliin buku." Samita menjelaskan agar tidak terjadi kesalahan apapun.

"Alesan!" Dia membentak, marah dan tidak suka. "Bisa ga sih, lo berhenti jual diri ke cowok lain?"

Samita merasa hatinya tertumbuk mendengar itu. Ia lantas melihat ke sekeliling, ia merasa malu dan direndahkan, mereka berbisik memandangnya iba dan juga miris. Sudah menjadi hal yang biasa ditonton oleh orang-orang ketika Bayanaka merendahkan seorang Samita di depan umum.

"Naka, aku cuma---"

"Perlu gue bikin mampus lagi selingkuhan lo yang ini?" Bayanaka marah sekali.

"Ma-maaf, gu-gue cuma mau ng-ngembaliin b-bukunya Samita." Dia sangat ketakutan, dan jelas sangat terintimidasi dengan kehadirannya.

"Terus lo nunggu apa? Masih ga puas lo mandang cewek gue, hah?! Anjing! Balik, bangsat!!" Bayanaka menarik kerah baju Coki dengan murka. 

"I-iya. I-ini gue cabut." Coki sangat ketakutan dan langsung melepaskan diri meninggalkan keduanya.

Samita melihat Naka dengan tatapan kecewa. Sudah sering Bayanaka melihatnya memandang lelaki itu seperti saat ini, namun apakah Bayanaka merasa bersalah ? Tidak sama sekali. Kini Samita ditarik paksa oleh Bayanaka, dan Samita tahu ke arah mana mereka akan menuju. Atap sekolah. Samita diajak ke sana dengan paksa dan dihempaskan hingga terjatuh di atas sofa usang. Samita terbatuk karena debu.

"Gue berapa kali bilang sama lo? Berhenti jadi jalang, Ta! Perlu gue ajarin berapa kali?"

"A-aku nggak---" Samita mulai berlutut dan meminta maaf.

"Lo hanya boleh jual diri ke gue!"

"Ta-tapi aku tadi ga ngapa-ngapain, Naka."

"Lo tahu aturan gue!" Bayanaka maju dan menjepit pipinya kasar. "Gue udah kasih tahu seluruh aturan yang harus lo taati, dan lo selalu ngelanggar. Dasar ga tahu diri!" Bayanaka menghempaskan wajah itu. "Lo anjing, Ta! Lo selalu buat gue marah kayak gini! Anjiiing!!!"

"Aku m-minta maaf, Ka. Aku janji ga akan ngulangin lagi." Samita menatapnya dengan seluruh tenaganya yang ia masih miliki, keberanian yang tersisa. Ia benar-benar ketakutan sekarang. Air matanya keluar dengan mudahnya.

Bayanaka menghela napas kasar dan memandang Samita yang masih berlutut di bawah sana. "Berdiri." Dia berucap dengan nada rendah namun masih terasa sekali kemarahannya.

Samita menurut. Dia berdiri cepat dan menghapus air matanya buru-buru. Bayanaka mendekat dan menangkup pipi Samita dengan kedua tangannya. Ia juga menyatukan kening mereka. "Jangan bikin gue marah, Ta. Gue capek."

Samita menganggukkan kepalanya. Dia menyesal sudah membuat pria itu marah dan meledak seperti ini. Samita yang bersalah. "Gue masih marah banget sama, lo." Bayanaka merendahkan suaranya. "Lo tahu harus ngeredahin amarah gue dengan cara apa kan, Ta?"

Samita bergetar hebat. Dia gelagapan dan kedua tangannya di samping tubuh mengepal. "Naka, dikit lagi aku mau masuk kelas. Soalnya jam istirahat hampir abis." Bahkan Samita melewatkan jam istirahatnya dan dia belum makan. Namun tidak apa-apa, asalkan Bayanaka bisa memaafkannya.

"Lo mau buat gue marah? Lagi?" dia kembali menekan suaranya dan membuat Samita semakin ketakutan. Samita jelas menggeleng. Dia tidak ingin membuat pria itu kembali marah sehingga Samita kemudian berjinjit, memegang pundak Bayanaka dan mencium bibir pria itu. Bukan, dia melumat bibir Bayanaka dan Bayanaka dengan senang hati membalasnya. Samita melakukannya dengan air mata yang terus mengalir, dia bergetar hebat. Bayanaka meremas kencang kedua lengannya seperti akan meremukkan tulang Samita.

Dan kemudian ciuman itu berakhir.

"Aku minta maaf udah bikin kamu marah." Samita menjauhkan sedikit tubuhnya. Dilihatnya bahwa Bayanaka sudah mulai reda dan tidak separah tadi.

"Jangan diulangi, Ta. Gue ga suka milik gue, punya gue, bersentuhan dengan orang lain. Paham, Ta?"

***

🪨🪨🪨🪨🪨🪨🪨🪨
ambil satu2 jangan rebutan yaaa wkwkwk

Ada kata2 buat Mas Naka yang baru menetas ini??? Bayanaka akan lebih spicy dan toxic dari pada Eros jadi siapkan mental dari sekarang yaa... wkwkwk

Ada yang mau nungguin cerita ini kira2???

Ketemu Bayanaka dan Samita secepatnya yaaa ❤️‍🔥

BAYANAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang