Bayanaka : 4

834 100 86
                                    


Btw, ada adegan kekerasan di sini yang mungkin mengilukan. 

Jangan lupa ninggalin komen dan vote kaliannn :)

***

Samita duduk dengan gugup. Beberapa kali ini ia sudah menelan salivanya ketika memasuki ruang kepala sekolah hari ini. Samita mencengkeram ujung roknya dengan pandangan yang mengarah tidak tenang. Di depannya ada Ibu Ratih sebagai kepala sekolah SMA Angkasa. Lalu di sofa sebelah kanan ada Pak Wawan yang duduk dengan menunduk. Lalu di sampingnya, ada Tasya mama dari Bayanaka.

Tasya adalah wanita yang anggun. Sebagai single mom, dia sangat mandiri dan terlihat berkelas dari segala aspek kehidupan yang ia miliki.

"Saya sebagai pemimpin, memohon maaf yang sebesa-besarnya atas kejadian ini bu Tasya." Bisa Samita lihat, bagaimana panik dan tidak tenangnya Ratih ketika Tasya datang ke sekolah setelah mendengar kabar tidak mengenakkan ini.

Tasya tersenyum kemudian meraih tangan Samita untuk memberikannya ketenangan. 

"Kami sudah memberikan sanksi untuk Pak Wawan. Beliau sudah kami keluarkan dari sekolah ini." Ratih kembali menjelaskan lagi. "Kami berjanji akan lebih memperhatikan tingkah lagu guru-guru di tempat ini."

"Memang harus begitu. Saya ga mau ada kejadian memalukan seperti ini lagi, bu Ratih." Tasya berucap dengan tutur katanya yang lembut dan sopan. "Lalu pak Wawan...," ucapannya berhenti setelah menatap pria itu. "Tolong minta maaf dengan benar kepada Samita."

Wawan mengangkat wajahnya dan memandang Tasya serta Samita bergantian. Ada ekspresi marah, kecewa dan juga menyesal yang berbaur menjadi satu. Sedangkan Samita hanya bisa memalingkan wajah dari pria itu. Rasanya Samita jijik melihatnya.

"Samita... bapak minta maaf. Apa yang bapak lakukan bukanlah perilaku yang bisa dibenarkan dari sisi manapun. Bapak malu sekali dengan apa yang sudah bapak lakukan. Bapak harap, kamu bisa memaafkan bapak." Wawan memandang Samita yang masih menunduk dan meremas roknya.

Melihat Samita yang tidak mengatakan apapun membuat Tasya menghela napas. "Kalau begitu, saya rasa hal ini cukup sampai di sini saja. Untuk bu Ratih, saya harap hal ini menjadi yang pertama dan terakhir terdengar di telinga saya." Tasya berdiri dan meraih tangan Samita untuk ikut berdiri juga. "Saya permisi." Tasya membungkuk sedikit pada Ratih yang juga dibalas sama.

Tasya menarik Samita keluar. Wajah Samita masih menunduk, merasa malu dan tidak enak pada Tasya.

"Mita...," panggil Tasya lembut.

Samita mengambil keberanian dan memandang wajah Tasya yang tegas. "M-maaf tante. Aku udah ngerepotin tante terus." 

Tasya mengusap rambut Samita dengan sayang. "Tante harap kamu mau lebih terbuka sama masalah-masalah seperti ini. Kamu punya nomor tante, kan?"

Samita menganggukkan kepalanya. Lalu Tasya mengangguk lega. "Kamu tahu ga kemarin Bayanaka semurka apa denger kamu dilecehin sama pak Wawan? Dia pulang-pulang langsung nyari pisau, terus mau ke rumah pak Wawan." Tasya menyentuh pelipisnya dengan ujung jarinya. "Untung ada 2 pengawal yang nahan dia, jadi tante bisa bujuk dia untuk menyelesaikan masalah ini." 

Samita menggigit bibirnya merasa bersalah ketika mendengar cerita Tasya. Ia tahu Bayanaka sangat mengerikan jika marah. Sebab itu, ia pikir dengan menyembunyikan masalah ini, akan membuat segalanya mudah untuk dirinya sendiri. Namun ternyata Bayanaka bukanlah orang yang mudah dibohongi. Bayanaka bisa mencari semua hal dengan mudah.

"Maafin aku, tante. Aku yang salah ga ngomong ke Naka. Aku takut...," ucapnya kecil.

Tasya tersenyum. "Kamu sama Naka gimana hubungannya? Baik-baik?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BAYANAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang