Samita tertawa ketika Gea menceritakan hal lucu yang menggelitik. Di dalam tawanya, dia tetap mempesona. Cantik, indah. Setidaknya, seperti itulah bagaimana tatapan Bayanaka membingkai Samita.
Samita baru saja memulai tahun pertamanya sebagai siswa kelas X di SMA Angkasa. Dan Samita sangat bersyukur bahwa ia bisa memasuki SMA favorite ini dengan jalur beasiswa. Samita hanya ingin, dalam tiga tahun ia berada di SMA ini, ia bisa hidup dengan tenang tanpa ada gangguan. Tanpa ada yang memandangnya. Ia tidak ingin menjadi sorotan dan tidak ingin menjadi orang yang terlihat mencari-cari perhatian.
"Aduh, pokoknya kalau gue ingat-ingat, lucu banget deh pas MPLS kemarin." Gea masih tertawa mengingat kejadian lucu kala mereka dalam kegiatan MPLS.
Samita tertawa juga dan kemudian meraih gelas es jeruknya untuk ia habiskan karena sisa sedikit. Lalu...
"Samita Luvira?"
Samita mengangkat wajahnya melihat sosok pria di depan mejanya dan Gea. Lantas hal itu membuat Samita dan Gea saling berpandangan. Mereka tidak kenal dan tidak merasa sedang mencari masalah dengan seseorang.
"Iya? Aku Samita, kak." Samita menjawab dengan sopan.
"Ikut gue."
Samita mengerutkan dahinya bingung. "Ke mana, ya, kak?"
"Ga usah banyak tanya, deh. Ga akan lama," ucapnya meyakinkan.
"Aku buat salah, kak?"
Dia menggeleng dengan wajah lelah. "Ga buat salah, kok. Cuma... ada yang pengen ketemu sama, lo. Udah buruan ikut gue."
Samita memandang Gea, dan Gea memberi isyarat agar Samita menurut saja dari pada mencari gara-gara dengan kakak kelas. Akhirnya Samita berdiri. Ia melangkah mengikuti lelaki di depannya yang entah sedang menggiringnya ke mana.
Samita mengerutkan dahi ketika mereka melangkah menuju rooftop sekolah.
"Kak kita mau ngapain, ya?" nada bicara Samita mulai tidak tenang. "Aku mau balik aja." Samita memutar tubuhnya namun tangannya di tahan cepat. Samita panik dan mencoba melepaskan diri. "Kak, aku ga mau."
"Astaga. Lo ga usah takut. Ga akan diapa-apain. Gue udah bilang, kan? Ada yang mau ketemu sama, lo." Dia mencoba meyakinkan dirinya lagi. "Lagian, gue tuh ga mungkin ngapa-ngapain, elo. Gue udah punya cewek," tegasnya menjelaskan agar bisa membuat Samita lebih tenang.
Samita pun menghela napasnya. Menurut. "Ya udah, aku bisa jalan sendiri."
Tangan Samita di lepaskan dan perjalanan di lanjutkan hingga keduanya sudah tiba di atas rooftop. Dan benar, sudah ada yang menunggu di sana. Seseorang dengan baju seragam yang kancingnya terbuka semua dilapisi kaus hitam.
Dia merokok, dan terlihat sangat menikmati kegiatannya.
Melihat Samita datang, ia berdiri tegak. Samita memandang dengan penuh selidik. Dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Bukan cowok yang rapi. Dan ditambah, dia merokok. Samita sudah berniat melaporkannya pada guru.
"Hai, Samita." Dia berjalan mendekat dan berdiri di depan gadis itu.
Samita bergerak mundur karena rokok yang ia isap masih menyala. Melihat itu, ia pun terkekeh dan membuang rokoknya, menginjaknya dengan sepatu.
"Ada apa ya, kak?"
Samita tidak ingin basa-basi. Dia ingin segera pergi dari sini.
"Gue Bayanaka." Bayanaka mengulurkan tangan namun Samita tidak menyambutnya. Gadis itu masih nampak waspada. Melihat respons Samita, lantas membuat Bayanaka tertawa kecil. "Lo bener-bener tipe gue banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
BAYANAKA
FanfictionSatu hal yang bisa Samita deskripsikan untuk Bayanaka : Mengerikan.