6. Kehadiramu

285 22 0
                                    

Naya memandang beberapa paper bag di tangannya dengan perasaan bingung. Entah dia harus merasa senang atau justru sebaliknya. Sebab, tidak pernah terlintas di benaknya, jika hari seperti ini akan datang.

Sebenarnya, ada beberapa hal yang ingin sekali Naya lakukan bersama pasangannya di masa depan kelak. Seperti berbelanja, memasak bersama, saling bercanda, bercerita mengenai banyak hal, menonton film, berkebun, dan masih banyak lagi. Klise memang, tapi Naya sangat menginginkannya. Terlebih lagi, dia juga sering melihat orang tua, kakak dan kembarannya melakukan hal itu dengan orang yang mereka cintai.

Tapi, justru sekarang dirinya melakukan beberapa hal tersebut dengan seseorang yang tidak pernah ia sangka. Bahkan Liam yang merupakan tunangannya sendiri pun, tidak pernah melakukan hal ini untuknya. Pria itu pasti akan menemuinya, jika orang tua ataupun ayahnya yang menyuruh. Tidak ada inisiatif sama sekali. Hingga membuat Naya merasakan kehampaan, jika bersama pria itu.

Naya mengetuk pintu di depannya dengan hati-hati. Takut menganggu si pemilik rumah.

"Elo, Nay? Gue kirain Galeen yang tiba-tiba pulang."

Naya meringis, mendengar ucapan kembarannya. "Maaf deh, udah bikin ekspektasi lo buyar." Gadis itu memang meminta Jovan untuk mengantarnya pulang ke rumah Raya. Dia tidak mungkin menggali kuburnya sendiri, jika nekat membawa Jovan ke rumah.

"Dari mana lo? Banyak banget itu belanjaan? Jangan bilang dari Liam?" Tanya Raya, begitu mereka sudah berada di ruang keluarga.

"Ngaco! Mana mungkin orang kayak dia beliin gue ini-itu, kalo nggak disuruh! Yang ada badan gue cuma dapet pegel doang sama asam lambung naik! Jalan doang muter-muter dan nggak dikasih makan!"

Raya tertawa kecil, "terus?"

"Lo pasti nggak bakal percaya kalo gue kasih tau."

"Percaya dong! Kita bahkan udah barengan dari dalam rahim, ya kali gue nggak percaya!"

"Ini semua dari Jovan." Ucap Naya pelan.

Mata Raya membulat, "Jovan?"

Naya mengangguk.

"Yang bener lo?" Raya terlihat tidak percaya.

"Iya!"

"Atas dasar apa?"

Naya hanya mengedikkan bahunya, "dia bilang, perusahaan bakal ulang tahun dua Minggu lagi. Makanya dia tiba-tiba aja ngajak gue, terus beliin gue dress, sepatu, tas dan perhiasan."

"Jadi ini ya, yang bikin lo tadi buru-buru pergi?"

"Begitulah."

"Dipikir-pikir, kenapa Jovan tiba-tiba perhatian banget sama lo? Dia naksir ya sama lo?"

"Nggak tau! Bodo amat! Tapi, yang jelas gue happy, sih. Seenggaknya gue bisa merasakan, gimana rasanya jalan-jalan, terus beli barang ini-itu tapi nggak pake duit sendiri. Yah, walaupun bukan sama orang yang gue suka."

"Nggak suka sama orangnya, tapi lo suka sama duitnya!"

Naya mengibaskan tangannya, "halah, ngaca! Lo dulu juga begitu sama Galeen."

Raya meringis, "iya, sih. Duit itu emang penunjang utama dalam kehidupan cewek!"

"Gue nginep ya?" Ucap Naya tiba-tiba.

"Numpang mulu lo, kayak gak punya rumah!" Sindir Raya.

"Lo sendiri juga pasti seneng kan, kalo gue nginep? Itu artinya lo punya pembantu gratisan!"

"Itu namanya balas budi! Minimal lo harus sadar diri, kalo lagi di rumah orang!"

"Lagian lo janda!"

Shake It (NOMIN GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang