7. Dokter Cinta

474 24 0
                                    

Hari berikutnya, Jovan kembali menjemput Naya di rumah Raya. Namun, kali ini Naya sudah tidak sendirian lagi menghadapi pria itu, melainkan bersama sang kembaran.

"Mau ngapain lo?" Semprot Raya tanpa basa-basi dengan sapu di tangannya. Sedangkan Naya ada di belakangnya.

Jovan berdecak, "sorry ya, tapi gue nggak tertarik sama bini orang."

"Bodo amat! Coba aja kalo lo kurang ajar! Gue pites kepala lo!" Ancam Raya.

"Yaelah, cil! Sok banget mau mites kepala gue! Badan lo aja lebih kecil, kok." Ejek Jovan.

"Kurang ajar mulut lo!" Raya berseru dan melayangkan sapu di tangannya.

Mungkin Jovan pikir dia punya reflek yang bagus. Namun, kenyataannya Raya lebih gesit, hingga gagang sapu tersebut mengenai punggungnya.

"Mampus! Rasain lo! Makanya punya mulut jangan seenaknya!" Raya kembali berseru.

"Raya! Raya! Udah! Nanti mati anak orang." Cegah Naya, ketika Raya hendak memukul punggung Jovan untuk yang ketiga kalinya. Pria itu bahkan tersungkur, karena tidak siap mendapat serangan dari Raya.

Hingga detik berikutnya, Naya benar-benar panik, karena tubuh Jovan tidak bergerak, dan tergeletak begitu saja di teras.

"Gawat Raya, mati nih kayaknya anak orang." Naya mendekati Jovan, dan membalikkan tubuh pria itu.

"Salah sendiri body shaming! Kurang ajar, sih! Ya udah, itu resikonya!" Ucap Raya menahan kesal.

Naya sendiri menghiraukan ucapan kembarannya. Gadis itu memeriksa nadi pada tangan Jovan, dan akhirnya bernafas lega, karena Jovan masih hidup.

"Bantuin gue bawa ke dalam, yuk! Kasian, anak orang pingsan begini."

"Biarin aja udah! Orang modelan kayak dia, kok ditolongin. Ntar juga bangun sendiri. Lagian, lemah banget jadi cowok! Baru juga dipukul pake gagang sapu, bukan tongkat besi!"

"Raya, please... dia atasan gue sekarang. Itu artinya, karir gue yang jadi taruhan." Pinta Naya memelas. "Lagipula gue dokter, nggak mungkin gue ngelanggar kode etik, terus ngebiarin aja kalo ada orang yang lagi sakit."

Raya berdecak, dan akhirnya mengalah.

Susah payah keduanya membawa tubuh Jovan untuk dibaringkan di atas ranjang kamar tamu.

"Berat banget nih orang! Berat sama dosa kayaknya!" Komentar Raya, setelah berhasil membaringkan tubuh Jovan.

"Katanya lo mau ke kantor? Hari ini lo mau rekrut karyawan pabrik, kan?" Ucap Naya mengingatkan.

"Ya udah, lo urusin aja dia sendiri! Jangan lupa kunci pintu rumah, kalo nggak ada orang! Gue bawa kunci cadangan." Raya pergi setelah memberikan kunci rumahnya kepada Naya.

"Iya. Hati-hati." Balas Naya. Gadis itu meletakkan kunci rumah Raya di atas nakas. Setelahnya, Naya pergi ke kamar mandi untuk mengambil air hangat. Tidak lupa, ia juga mengambil handuk kecil untuk mengompres punggung Jovan.

Naya meletakkan baskom berisi air hangat di nakas. Gadis itu juga membuka sepatu dan kaos kaki yang dikenakan Jovan dengan hati-hati.

Saat akan membuka kancing kemeja putih yang dikenakan Jovan, Naya terlihat ragu. Namun, mengingat profesinya, dia tentu harus melakukannya. Setelah meyakinkan diri, Naya pun mulai membuka kancing kemeja itu satu-persatu.

Namun, setelah dirinya melepaskan kancing kemeja terakhir, Naya berteriak, karena tangan Jovan tiba-tiba menggenggam pergelangan tangannya. Pria itu bahkan membuka matanya dan tersenyum lebar kepada Naya. Seperti seseorang yang tidak merasa sakit atau pingsan sebelumnya.

Shake It (NOMIN GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang