3. Dihukum

55 20 6
                                    

HAPPY READING!

❀❀❀

Adel berjalan diatas trotoar dengan santai. Ia mendongak menatap langit yang berwarna abu abu. Sepertinya tak lama lagi akan hujan, pikirnya. Ia merutuki dirinya sendiri karena terlalu terburu buru pergi ke minimarket tanpa melihat cuaca terlebih dahulu.

Begitu sampai di depan minimarket, Adel melangkah masuk. Setelah memilih beberapa camilan dan minuman,ia lalu menuju kasir untuk membayar belanjaannya.

Benar dugaan nya, begitu ia keluar rintik rintik hujan deras mulai mengguyur seluruh kota. Adel menghela nafas, entah bagaimana ia akan pulang. Di pikirannya, hujan akan lama berhenti.

Tidak mungkin kan Adel berdiam diri di depan minimarket berlama lama? bisa bisa ia dimarahi oleh Shaka nanti.

Tanpa Adel sadari, sedari tadi seorang lelaki yang sedang duduk di kursi depan minimarket terus menatapnya intens. Sesekali lelaki itu tersenyum tipis.

"Hen, lo ngeliatin apasih? serius amat," ucap seorang lelaki yang duduk disampingnya sambil mengunyah camilan miliknya.

Lelaki yang terus melihat Adel adalah Mahen. Lelaki yang sempat Adel temui di perpustakaan. Entah apa yang membuat lelaki itu terus melihat kearah Adel.

"Lho itu bukannya Adel anak kelas 11 MIPA 1 ya?" ujar lelaki di sampingnya yang bernama Michael Gerraldy. Mendengar kalimat yang diucapkan Michael, Mahen langsung menoleh ke arahnya.

"Lo kenal?" tanya Mahen. Michael mengangguk menjawab pertanyaan Mahen.

"Iya. Itu kan temennya joy."

Mahen kembali melihat kearah Adel, kemudian melihat kearah hujan yang turun dengan derasnya. Adel hendak berlari menerobos hujan dengan kepalanya yang dilindungi topi hoodienya.

Namun dengan segera, Mahen berlari kearah Adel dan menarik tangannya. Adel terkejut, merasakan ada seseorang yang menarik tangannya.

Adel membalikkan badannya dan mendongak menatap wajah Mahen. Lagi lagi Adel dibuat terkejut karena melihat wajah yang sempat ia temui di perpustakaan.

"Eh, lo yang di perpustakaan waktu itu kan? Si.. Mahen ya?"

Mahen tersenyum, ia senang karena Adel mengingat namanya. Entah kenapa dirinya merasa senang hanya karena hal kecil seperti itu. Kemudian ia mengangguk.

"Lo pake payung ini. Jangan hujan hujanan, nanti lo basah kuyup," ujar Mahen sambil memberikan payung kecil yang sengaja ia bawa untuk berjaga jaga.

Adel menatap payung yang berada ditangan Mahen, lalu kembali menatap wajah Mahen. Adel menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal.

"Gak usah. Nanti lo pulang gimana kalo gue pake payungnya?"

"Gue gampang. Lo tenang aja. Nih ambil."

Setelah mendengar kalimat yang dilontarkan Mahen. Adel mengambil payung tersebut dari tangan Mahen, tak lupa ia mengucapkan terima kasih. Setelahnya Adel pergi menghilang dari pandangan Mahen.

Mahen melihat kepergian Adel dengan senyum yang terpampang di wajahnya. Sedari tadi, Michael mengamati pembicaraan dua remaja tadi dengan serius.

Pasalnya, baru kali ini ia melihat Mahen yang berinisiatif mendekati seorang gadis setelah sekian lamanya ia tidak lagi dekat dengan gadis.

"Lo suka dia hen?" tanya Michael penasaran.

Mahen balik menatap Michael, lelaki itu hanya mengangkat bahunya acuh.

❀❀❀

Cahaya matahari memasuki ruangan melalui celah jendela. Terlihat Adel yang masih tertidur nyenyak diatas kasur king size nya. Gadis itu tidur dengan tenang, seakan akan ia memimpikan sesuatu yang membuatnya tak ingin terbangun dari tidur.

BLOSSOM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang