3

2.4K 171 14
                                    

Haechan lebih banyak melamun, dengan ditemani oleh ayah dan adiknya, mereka berangkat bersama.
Soohyuk, ayah Haechan menyadari betapa lebih banyak diamnya sang sulung. Biasanya antara sulung dan bungsunya, kedua orang itu selalu terlibat dalam perdebatan, sahut-sahutan tidak mau mengalah, saling mengejek satu sama lain, intinya selalu menciptakan keributan di tengah suasana hening.

"Abang, ada masalah?" Soohyuk menanyai sang anak.

Haechan memberi gelengan pelan.

"Gak ada." Jawab Haechan seadanya.

"Kalau ada masalah, jangan lupa bercerita. Jangan dipendam sendiri." Nasihat Soohyuk.

"Iya, Abang. Adek bikin salah kah? Kenapa diem terus?" Rora ikut menyahut.

Haechan menggeleng pelan sebagai respon. Ayah dan adiknya ada di depan sementara dia di belakang, dan Haechan bisa merasakan kalau ia sejak tadi terus diperhatikan dari kaca spion atas oleh keduanya.

Namun ia mengabaikannya, ia baik-baik saja. Itulah yang berusaha ia doktrinkan di dalam diri ketika sebenarnya kondisinya tidaklah sebaik itu. Ada beberapa hal yang terus mengganggu dan mengusik pikirannya.

"Jangan banya pikiran, kamu hari ini sudah mulai masuk persiapan ujian. Jangan sering main, juga kalau pulang jangan malem-malem." Hanya pesan singkat dan sederhana yang Soohyuk sematkan kepada Haechan.

Haechan hanya membalas dengan anggukan saja, kurang dari dua bulan dia sudah ujian, sejak beberapa bulan belakangan dia sudah sering direcoki dengan kelas tambahan untuk persiapan ujian tersebut. Tapi dia lebih banyaknya membolos dan rutin pergi nongkrong bersama teman-temannya.

Namun karena sekarang waktu sudah semakin dekat, Haechan ingin berhenti bermain-main, dan kemudian menaruh banyak serius dalam sekolahnya. Walau ia tahu seberapa jelek pun nilai yang ia gapai, ia akan tetap lulus, tapi demi menjaga reputasi diri sendiri agar terhindar dari rumor lulus dengan nilai terendah, maka Haechan akan sedikit serius di sini.

"Pacar lu gak masuk." Ucap Jeno ketika mereka berkumpul untuk makan siang. Ucapan ini ditujukan kepada Haechan karena Jeno mengatakannya dengan sambil menatap Haechan.

Haechan menaikkan satu alisnya. Siapa, pacar?

"Mark." Balas Jeno sambil memberi senyum.

Haechan mengumpati Jeno sambil memukul belakang kepala orang itu keras.

"Bacot lagi gak usah temenan sama gue." Itulah yang Haechan katakan.

"Kenapa gak masuk? Baru pacaran masak udah gak ketemu, gak kangen apa ya?" Karina mengatakan sesuatu, yang mana itu jelas sukses memancing rasa marah, kesal dan jengkel dari Haechan.

Haechan jadi tidak berselera dengan makan siangnya, kenapa semua orang di sekitar menjadi sangat bersemangat membahas Mark. Tambah menyebalkan saat mereka bilang jika Mark adalah pacarnya, meski kenyataannya itu benar, tapi Haechan tidak mau mengakui kebenarannya sama sekali. Dia sangat ingin menampik fakta, menghilangkan memori soal kejadian kemarin, menghapus segala kesepakatan di antara mereka, sehingga embel-embel pacaran di antara mereka tidak akan terjadi.

Tapi nyatanya Haechan hanyalah manusia biasa yang tentu saja sangat mustahil bisa memutar waktu, apalagi sampai menghapus segala jejak kejadian yang telah terjadi.

"Abis kecelakaan katanya-"

"Kenapa gak mati sekalian." Ini Haechan yang menyahut, asal-asalan sekali.

Jeno menghela napas pelan, "jangan gitu! Sembarangan banget ngomong soal mati kayak gitu!" Jeno memberi wejangan.

Haechan hanya mengendikkan bahu tidak peduli kemudian meninggalkan Jeno begitu saja. Dia menyematkan senyum, baguslah bila Mark tidak masuk hari ini sehingga dia bisa merasa lebih lega dan bebas hari ini, tanpa pengganggu yang menyusahkan dan menyebalkan.

DIFFERENT (MARKHYUCK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang