6

1.4K 113 12
                                    

Mark tahu kalau Haechan sedang tidak baik-baik saja.

Kematian seluruh anggota keluarganya secara bersamaan, hilangnya segala harta benda yang selama ini dimiliki, kemudian sekarang diusir dari rumah.

Banyak orang menjadi munafik dan cenderung bersikap pura-pura baik, di antara semua golongan itu, para kerabat dari keluarga Haechan ternyata termasuk ke dalamnya.

"Gue pikir mereka emang baik, tapi ternyata sejak awal emang gak suka sama gue." Haechan bercerita.

Mark mendengarkan dengan baik. Bagaimana bisa para keluarga Haechan yang tersisa malah bersatu untuk bekerja sama mendepak Haechan, menghapus namanya dari ahli waris dan memastikan Haechan tidak akan mendapatkan apa pun dari orangtua angkatnya.

Rumah itu padahal menjadi kenangan terakhir sekaligus yang paling berharga bagi Haechan, kenangan paling indah dari kedua orangtuanya dan adiknya. Haechan bahkan tidak menginginkan dan mengharapkan apa pun ketika sebenarnya dia tahu kalau kedua orangtuanya sama-sama memiliki aset peninggalan yang sangat besar. Tapi dia tak berharap sepeser pun, selain rumah yang dia tinggali bersama orangtua dan adiknya.

Sungguh,  untuk rumah rasanya ingin sekali Haechan mengemis pada mereka agar memberikan rumah itu kepadanya. Tak masalah merendah hingga serendah mungkin asal rumah itu beserta seluruh kenangan yang ada di dalamnya bisa ia dapatkan.

"Nanti aku ambil lagi buat kamu." Ucap Mark yang malam itu memeluk Haechan dari belakang.

Mark membawa Haechan ke rumahnya, memangnya ke mana lagi selain rumahnya? Haechan tidak mungkin meminta bantuan kepada teman-temannya ketika sebenarnya mereka tidaklah seloyal itu, sebab terbukti dari sejak pertama kabar kedua orangtua Haechan meninggal, satu per satu dari mereka kentara sekali mulai memilih untuk menjaga jarak dari Haechan.

Yang tetap setia memang hanyalah Mark saja. Sampai tak perlu basa-basi langsung membawa Haechan ke rumahnya tepat setelah mendengar Haechan  diusir.

"Kenapa lo suka gue?"

"Masih tanya soal itu? Kayaknya diraguin banget ya aku..."

"Mau jawab ga?"

"Iya, iya. Gampang banget ngambeknya!" Mark gemas dengan perilaku ngambek Haechan, ia eratkan pelukannya sembari melayangkan banyak kecupan di sekitar pipi, leher, bahkan bahu, merata sampai tiada tersisa.

"Masih sama, sayang. Karena kamu cantik. Cantiiiiik banget!" Mark menelusupkan kepala di leher Haechan, mendusal cukup brutal di sana sambil semakin mengeratkan dekapannya.

"Kalo mendadak gue gak cantik, berarti bakal lo tinggal?" Perkataan Haechan ini membuat dekapan Mark terasa agak merenggang. Haechan menahan senyumnya, tidak ada kecantikan yang bersifat abadi, bisa saja besok tiba-tiba dia mengalami kecelakaan lalu wajahnya hancur dan kemudian, tidak perlu terkejut, maka Mark akan meninggalkannya karena dia sudah tidak cantik lagi.

Lagipula terus teras sekali memakai alasan cantik. Biasanya pria akan bermunafik dahulu, bilang menyukai karena sifat, pembawaan yang ramah dan menyenangkan, dan masih banyak sekali, persis seperti yang sering ia lihat dan dengar dari pengalaman anak-anak gengnya, yang memang suka main perempuan itu.

"Gak usah mikir apa pun." Mark bisa merasakannya, betapa sangat sensitifnya perasaan Haechan belakangan ini.

Bukankah biasanya bila disinggung cantik Haechan akan marah dan kesal kepadanya sampai keluar umpatan?

Namun dengar sendiri sekarang, seakan mengiyakan bila memang dirinya cantik, dan membuat perandaian jika seandainya kecantikan itu hilang maka dia akan ditinggalkan.

Mark akan berbicara baik-baik pada Haechan, memberi tahunya bahwa sampai kapan pun dia tidak akan meninggalkannya dan akan tetap bertahan di tempat yang sama, di sisinya.

DIFFERENT (MARKHYUCK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang