4

2.8K 159 13
                                    

Satu, dua, Mark terus berhitung sampai akhirnya itu telah mencapai angka 7. Dia duduk di tribun lapangan basket, duduk tenang di sana sambil mata memerhatikan anak-anak kelas tiga yang tengah melakukan pertandingan bebas di jam kosong. Jumlah orang yang Mark hitung adalah mereka yang nampak sibuk mengerumuni Haechan, sepertinya mereka adalah anggota geng Haechan.

Mereka hanya nampak saling bercengkerama saja setelah sebelumnya sudah melakukan satu sesi pertandingan. Terlihat Haechan berada di tengah seakan dia memang adalah pusatnya kelompok tersebut. Hari ini Haechan memakai kaos olahraga dengan bawahannya masih memakai celana seragam. Rambutnya agak berantakan dan basah karena keringat, begitupun dari leher sampai koasnya banyak dibasahi oleh keringat. Hal lumrah untuk yang baru selesai bertanding.

"Gak ikut main Mark?"

Mark mendengar suara itu, tapi dia tidak menoleh dan tidak memberi respon sama sekali. Mark tidak merasa kenal, dan pun tidak merasa eksistensi orang tersebut penting sehingga tidak perlulah sampai diberi atensi.

Raut wajah Mark nampak sangat dingin, datar sekali, sedangkan mata hanya menatap pada satu arah pandang yang lurus, pada satu orang yang sama sejak tadi, hanya Haechan seorang. Sama seperti ketujuh orang yang berada di sekitar Haechan, menjadikan Haechan sebagai pusat mereka, Mark pun sama tengah melakukan hal yang serupa itu. Hanya menujukan mata, atensi serta rasa minatnya kepada Haechan, benar-benar memusatkannya kepada Haechan seorang.

"Mau mandi lo, Chan? Ke kamar mandi aja duluan, entar seragam gantinya gue bawain." Ucap Jeno kepada Haechan.

Haechan hanya mengangguk sebelum kemudian melangkah santai, menyingkir dari pinggir lapangan untuk pergi ke kamar mandi. Tubuhnya terlalu banyak berkeringat, Haechan sedikit tidak suka maka dari itu memutuskan untuk pergi.

Saat Haechan beranjak dari tempat, hal itu juga diikuti oleh Mark. Mark menyimpan kedua tangannya di saku celana, dan kakinya ia bawa untuk pergi menuju ke kamar mandi, tentu saja untuk menyusul Haechan.

Haechan masuk lebih dulu ke kamar mandi, memilih bilik paling ujung karena itu yang paling bersih. Kamar mandi di gedung olahraga memiliki tempat mandi yang biasa dipakai para siswa mau pun atlet sekolah untuk mandi setelah latihan intens. Tempat mandinya hanyalah sebuah susunan sekat tanpa pintu, dengan sebuah pancuran yang mengalir di atasnya.

Di bilik paling ujung, sudah ada satu orang yang lebih dulu sedang memakainya. Haechan hanya menatap dalam diam sambil menyandarkan bahu di sekat dinding yang ada di sebelahnya.

Suara nyanyian, kicauan berisik menyatu bersama dengan suara guyuran air yang mengalir dengan cukup deras. Yang tengah memakai bilik mandi terlalu asik dengan dunianya sendiri hingga tidak sadar dengan kehadiran Haechan di belakangnya.

"Gue mau pake." Ucap Haechan tenang, tapi ia pastikan orang di depannya tetap mendengar suaranya.
Orang yang mendapatkan interupsi segera memutar keran airnya agar mati ketika telinganya menangkap sebuah suara. Saat menoleh, dia begitu terkejut dengan kehadiran Haechan, ditambah lagi Haechan juga memberinya tatapan dingin yang tajam. Lelaki yang memiliki tinggi di bawah Haechan itu nampak gugup, dan tentu saja takut.

"Eh-eh, Chan. Mau lo pake ya?" Suaranya gagap.

Haechan mana peduli. Ia ambil pakaian yang digantung pada gantungan baju di dinding, ia lempar dan jatuhkan ke lantai dengan tanpa perasaan ketika sebenarnya dia tahu siapa pemiliknya.

"Haechan, eh!! Itu seragam gue?!" Memekik panik ketika seragam terlempar tepat di bawah kakinya, basah sudah terkena sisa genangan air bekas mandinya.

"Gue peduli?" Haechan menaikkan satu alisnya, sungguh acuh tak acuh. "Keringin lantainya, gue tunggu." Ucap Haechan sambil menunjuk lantai basah itu dengan dagunya.

DIFFERENT (MARKHYUCK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang