FA : 00.02

28.3K 68 2
                                    

Nino masih terbaring di atas ranjang kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nino masih terbaring di atas ranjang kamarnya. Beberapa alat medis tampak melekat pada tubuh remaja malang tersebut.

Athena memang langsung memanggil dokter keluarga Feeroz untuk memberitakan perawatan pada Nino. Regis mengizinkan dokter merawat Nino, asalkan Athena tidak menemui putra semata wayangnya itu selama masa hukumannya berlangsung.

Athena menyetujui semua itu karena ia tidak ingin kehilangan nyawa putranya. Ia hanya bisa menangis di dalam kamarnya sembari menunggu kesembuhan Nino.

Tubuh Nino sendiri memang sudah dipenuhi oleh luka. Ia mendapatkan setiap siksaan itu hanya karena ia selalu berbuat baik. Padahal, Nino memiliki hati bak malaikat itu dari ibu kandungnya sendiri.

Beberapa saat kemudian, Nino mulai membuka matanya secara perlahan. Ia mencoba untuk melihat ke arah sekeliling kamarnya. Tampak, ada seorang pria yang tengah berdiri di samping ranjangnya sembari menatapnya dengan begitu dingin.

Byuuurr ...

Pria itu menyiram wajah Nino dengan segelas air yang sedari tadi ia bawa, tanpa memasang ekspresi apa pun.

"Bangun! Dasar, pemalas!" umpatnya sembari menegaskan pada Nino.

Nino hanya bisa menggertakkan giginya. Untuk bergerak pun, ia masih tidak memiliki tenaga. Tapi, dengan tanpa belas kasihannya Eisa menyiram wajah adiknya yang masih tidak berdaya itu.

Beberapa saat kemudian, seorang pengawal tampak masuk ke dalam kamar Nino seraya mendorong sebuah kursi roda.

"Pindahkan anak gak berguna ini ke sana!" tegas Eisa pada pengawal tersebut seraya menyuruhnya untuk mendudukkan Nino di atas kursi roda.

Pengawal itu mengangguk. Ia tampak melepaskan selang infus yang masih tertancap pada tangan kanan Nino seraya beranjak untuk memapah tubuh remaja yang masih begitu rapuh itu.

Mau tidak mau, Nino harus menurut. Bekas jahitan di perutnya pun terasa begitu perih karena kulitnya sedikit tertarik akibat tekanan dari tangan sang pengawal ketika ia memindahkan tubuh Nino ke kursi roda.

"Kita mau ke mana, Kak?" tanya Nino pada Eisa dengan suara yang masih terdengar sangat serak.

"Kita akan bersedekah, seperti yang selalu lo lakuin tiap lo pulang sekolah ke pengemis-pengemis itu," jawab Eisa sembari tersenyum tipis pada Nino.

Gerald -- pengawal tadi, mulai mendorong pelan kursi roda yang sedang Nino duduki. Nino sendiri hanya terdiam sembari menahan tubuhnya yang masih terasa sangat sakit. Entah mengapa, kata bersedekah yang diucapkan oleh Eisa, malah terdengar mengerikan di telinga Nino.

FEEROZ ATLASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang