8

127 14 2
                                    


"Malam ini adik tidur sama abang ya?."

"Heumm..." dehem fang sambil mengangguk

"Bagaimana perasaan adik sekarang?."

"Sudah jauh lebih baik." ucap fang dengan senyuman manisnya.

"Yasudah kalau begitu, mari ikut ke kamar abang."

Fang dan kaizo pun pergi menuju kamar, dan setelah sampai di sana fang duduk di tempat tidur sedangkan kaizo menuju sebuah lemari kecil yang berada tak jauh dari tempat tidur.

"Ini..."

"Buku, buku apa ini?."

"Buku itu milik ayah, ayah menuliskan semuanya tentang kutukan itu di buku itu, bagaimana cara mengendalikannya, cara mencegah jika kutukan itu sewaktu-waktu muncul mengendalikan dirimu fang, maupun cara menghilangkannya, dan juga kapan kutukan itu akan muncul mengendalikan dirimu fang, bahkan saat dirimu di kendalikan kau bisa saja menghancurkan semuanya, tapi...kita belum tahu  pasti cara mengendalikan, menghilangkan, dan mencegah kutukan itu apa cara itu bisa atau tida."

"Kenapa tida mencobanya?."

"Huuffff...abang rasa itu akan menyakiti adik."

"Dan jika kutukan ini mengendalikan adik dan adik menghancurkan semuanya, bahkan sampai menghilangkan nyawa orang lain, apa lagi orang yang aduk sayangi, itu akan lebih menyakiti adik."

"Tapi, abang juga akan terluka jika melihat adik..."

"Abang...abang tida boleh egois, adik sudah memantapkan hati ketika adik tahu tentang kutukan itu, adik sudah ikhlas dan siap menerima semua resikonya, abang juga harus memantapkan hati abang, jika memang adik diluar kendali maka abang akan melakukan apapun demi menghentikan adik untuk menyelamatkan semua orang, abang harus mengesampingkan perasaan abang terhadap adik, mau bagaimanapun keadaannya itu akan sama saja abang, sama-sama akan menyakitkan."

"Buka buku itu, ada sesuatu di dalamnya." kaizo mengalihkan pembicaraan

"Abang..."

"Buka saja fang."

Fang pun membuka buku itu."Foto?..." saat fang membuka buku, terdapat foto di sana, fang pun mengambil foto itu.

"Itu foto ayah dan ibu, adik pasti ingin tahu wajah ayah dan ibu seperti apa kan?."

Fang tersenyum sambil mengelus-ngelus foto kedua orangtuanya."haha...abang mirip sekali dengan ayah, bahkan raut wajah sangar abang pun mirip dengan ayah."

"Apa abang terlihat sangar seperti itu?." tanya kaizo sambil memegangi wajahnya.

"Haha...iya, abang terlihat sangat sangar." ucap fang dengan tawanya sambil memperhatikan wajah kaizo lalu kembali memperhatikan wajah ayahnya yang berada di foto untuk melihat kesamaannya.

"Heumm...tapi abang tida merasa seperti itu, dan abang perhatikan juga, adik mirip sekali dengan ibu, raut wajah tenang itu, persis seperti ibu."

"Tentu saja fang mirip dengan ibu,  ibu sangat cantik, dan adik sangat tampan."

"Hadeuh...malah kepedean."

"Haha....."

***

"Sampai kapan lagi kita menunggu, sudah 12 tahun lamanya kita menunggu."

"Tenang saja, sebentar lagi waktu itu akan tiba, akan tetapi bukan aku yang akan menjadi raja menggantikan ayah ku retaka, melainkan anak itu yang akan menjadi raja, karena raga ayahku ada pada jiwa anak itu, tida mungkin aku menghisap darahnya dan membatalkan ayah ku untuk bisa menguasai jiwanya, kita akan membuat mereka merasakan sakit sesakit-sakitnya karena telah menyegel jiwa ayah ku."

KUTUKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang