Sudah lebih dari setengah jam Saka membuka aplikasi Whatsapp nya yang menampilkan room chat dengan kontak Ica.
"Kalo gue chat dia, gue ganggu dia gak ya?" monolognya bergumam.
Saka mengetuk-ngetik tepian ponselnya. Ia merasa uring-uringan sendiri saat bimbang apakah ia harus mengirim pesan pada Ica atau tidak.
Sibuk dengan perasaan galaunya, Saka dibuat terkejut dengan notifikasi pesan dari Ary.
"Ck! Ngapain sih ngechat gue mulu??" gerutunya kesal namun tetap membuka pesan dari Ary.
Bang Ary Kang Daging
[ "Lagi ngapain?" ]
Saka menghembuskan napasnya malas melihat isi pesan dari Ary yang sangat basa-basi.
[ "Bukan urusan lo." ] read.
[ "Gak belajar? Besok masih ujian kan?" ]
[ "Peduli amat besok gue masih ujian apa kagak." ]read.
[ "Saya kan tanya baik-baik." ]
[ "Lo ganggu." ] read.
[ "Yaudah, maaf." ]
Ada segelintir perasaan aneh di hati Saka saat ia membaca balasan pesan dari Ary. Ia yang tadinya merasa kesal kini berubah jadi tak enak hati karena menyebut Ary mengganggu.
"Gue berlebihan ya?" monolognya dengan perasaan bersalah. Namun sedetik berikutnya, Saka menaikan kedua bahunya acuh begitu berpikir bahwa Ary terlalu baper jika sampai tersinggung.
"Bodo amat lah. Mending gue coba chat Ica sekarang."
Jemari tangan Saka dengan lihai bergerak di atas keyboard ponselnya. Menuliskan pesan basa-basi pada Ica yang entah sedang apa di sana.
Ica
[ "Halo Ica," ] read.
[ "Boleh kenalan?" ] read.
[ "Ini siapa?" ]
[ "Aku Saka, anak IPS 3." ] read.
[ "Ooh, dapet nomer aku dari siapa?" ]
[ "Dari Dimas. Dia temen basket anak kelas kamu."] read.
Saka benar-benar larut dalam sesi perkenalannya dengan Ica. Gadis itu ternyata sangat ramah dan selalu membalas pesannya dengan cepat. Obrolan mereka juga tidak mati dalam waktu singkat karena Ica sangat responsif dan juga pandai mencari bahan obrolan. Malam itu, Saka tak sadar melewatkan jam belajarnya karena terlalu sibuk berkirim pesan dengan Ica.
*******************
Pisau daging milik Ary mengeluarkan suara yang cukup berisik saat ia menggunakannya untuk memotong daging pesanan pembelinya. Di depanbya berdiri 3 orang ibu-ibu yang tentu saja menunggu pesanan daging sambil bergosip.
"Semalem tetangga saya tuh heboh banget. Tau gak kenapa? Itu anaknya teriak-teriak sambil bilang 'Bapak, Ibu gak ada. Itu di teras ada darah.' begitu terus teriak-teriak histeris banget." ujar seorang wanita berambut pendek itu.
"Iih, kenapa tuh emangnya?" sahut wanita lainnya yang berkerudung.
"Saya juga gak ngerti. Terus tadi habis saya pulang nganterin anak saya sekolah, udah banyak polisi di depan rumahnya. Kayaknya sih, kasusnya itu penculikan atau pembunuhan."
"Ya ampun, serem banget ya sampe udah berani masuk ke komplek rumah begitu." sahut si wanita yang ada di sebelah wanita berkerudung.
"Dan tau gak, yang di culik itu tuh, ibu-ibu baju ngejreng yang pernah belanja daging di sini juga, di kios ini malah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UP
Ficción GeneralMimpi buruk seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun bernama Saka adalah saat ia menemani Ibunya belanja di pasar dan bertemu dengan seorang tukang daging yang sangat tampan. Awalnya ia pikir itu adalah anugerah, namun ia tak pernah meyangka bahwa...