chapter 1

141 18 66
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 00.56 Dinginnya malam telah menusuk kulit tapi seseorang masih betah dalam suatu ruangan sambil asik memakan santapannya yang hanya bisa ia makan sekali seminggu. Dialah Jievano Leonard.

"Nyam nyam." Daging itu langsung dirobek oleh gigi taringnya.

Ckiiit

Bunyi pintu dibuka, Vano reflek melihat siapa yang membuka pintu saat dia sedang asik makan. Owh ternyata itu Rayyan.

"Elahh lo makan ngga ngajak ngajak." Rayyan mendudukkan dirinya tepat dihadapan Vano.

Vano memutar bola mata malas "punya lo masi banyak dikulkas kalo lo lupa."

"Huh lagian apa enaknya sih makan kaki ama jari eww." Rayyan menyentuh kaki itu dengan telunjuknya.

"Nih coba makan, Daging bagian kaki itu enak banget loh". Vano mengambil bongkahan daging itu lalu berniat menyuapinya pada rayyan.

Rayyan yang diberikan bongkahan daging kaki itu langsung menutup mulutnya dengan tangan "ngga dulu makasih, gue lebih suka bagian dada." Rayyan juga langsung membelakangi tubuh Vano sembari memainkan ponselnya.

Vano hanya mengedikkan bahunya "em nathan mana? Tumben ngga bareng elo." Tanyanya.

"Tuh disofa, katanya mau tidur."

"Tumben cepet tidurnya?"

Rayyan membalikkan tubuhnya menghadap vano "katanya males ngadepin ngilu diperutnya."

Vano yang mendengar itu pun memberikan tatapan bingung "lah?emang kenapa?"

Rayyan bedecak pelan "ah elah baru aja kejadiannya jam sembilan tadi lo dah lupa, kan nathan tadi ketembak dibagian perutnya gara gara polisi sialan itu." Rayyan menjelaskan dengan sabar kepada vano yang pikun itu.

"Kata nathan ginjalnya kek goyang goyang gitu, emang rada rada tu anak." Ujar Rayyan dengan tampang ngerinya, "ga sekalian lu nanyain Geo?" Sambungnya.

"Tu anak dah ngomong ama gue tadi, mau kelayapan katanya. Ngga pulang sekarang kayanya."

Rayyan hanya ber 'oh' ria, dia mengambil handphone nya kembali dan berselancar didunia maya, "mending gue lanjut main hape."

Vano hanya membalasnya dengan anggukan pelan, dia merasakan tenggorokan nya kering lalu beranjak dari ruangan itu berniat kedapur mengambil minum.

"Eh lo mau kemana?"

"Kedapur bentar, haus gue." Vano menjawab tanpa melihat kebelakang.

"Sekalian pindahin Nathan ke kamar sono." Perintahnya.

"Loh kok gue??"

"Kan badan lo bongsor anjir, bisa lah ngendong nathan ke kamar nya."

"Iya deh lo kan mini, mana kuat ngendong nathan." Candanya sembari memperlihatkan wajah tengilnya. Dia pun langsung lari kedapur takut nanti diterkam singa lapar.

Rayyan yang emosi hampir saja melempar ponselnya ke wajah tengil itu. Dia pun beranjak dari ruangan itu dan pergi ke kamarnya yang berada disebelah kamar nathan.

Beralih ke dapur ditempat Vano berada.

Vano mengambil sebuah gelas dan mengisinya dengan air lalu menghabiskannya dalam sekali tegukan.

Dia berjalan kearah ruang tamu, menemukan nathan yang tengah tertidur pulas disana.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IN THE MOONLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang