"Ah hyung! Aku sudah mengatakan padamu untuk bekerja denganku! Kau tahu kan berapa banyak gaji yang akan kau dapatkan hanya dalam waktu satu minggu!" Beomgyu terus menerus berkicau kepadanya. Sudah hampir satu minggu pria itu mendatangi bar tempat ia bekerja.
"Aku tahu Hueningkai butuh biaya untuk sekolahnya, sebentar lagi dia akan masuk kuliah dan kau pastinya tidak ingin dia mendapat universitas yang jelek kan?!"
"Yak Choi Beomgyu! Aku tahu aku tidak mampu... Tapi aku tidak ingin hidup dalam pelarian sepertimu! Aku tidak ingin hidup dalam bayang-bayang kejahatan dan kumohon jangan paksa aku masuk ke dalamnya." Seru Yeonjun sambil meracik minuman yang akan diberikan kepada pelanggannya.
Satu gadis cantik dan seksi mendekatinya, Yeonjun memberi gestur pada Beomgyu untuk diam. Gadis itu berbisik padanya dengan nakal dan mencium pipinya.
"Hyung, aku memberimu opsi untuk menjadi penarik kas tapi kau malah memilih menjajalkan dirimu huh?!" Bisik Beomgyu saat gadis itu meninggalkan mereka berdua.
Yeonjun mendesah lelah sambil terus tersenyum setiap kali teman kerjanya mengambil minuman yang telah diracik olehnya.
"Beomgyu, aku katakan padamu bahwa aku tidak sepertimu. Aku bekerja disini karena aku memang menyukainya dan jangan bilang kau menarik kas... Kau adalah pengedar. Aku dan dirimu berbeda dan aku tidak menjajalkan diriku seperti yang kau maksud."
Beomgyu melongo mendengar ucapan dirinya dan segera terkekeh, "baiklah... Jika kau butuh sesuatu atau berubah pikiran, hubungi aku. Aku sungguh menyerah untuk membujukmu."
Yeonjun mengangguk dan pria itupun pergi dari hadapannya, kini dia menghela napas panjang.
"Hei Choi Yeonjun! Buatkan minuman untuk para ladies kita." Seungcheol berteriak kepadanya dan Yeonjun dengan segera menghilangkan wajah lelahnya dengan senyum.
Malam masih panjang dan dia harus kembali bekerja dengan keras.
*****
Yeonjun menyulut rokoknya di atap bar dengan tenang, dia ingin menyambut matahari terbit dengan harapan baru. Entah sudah berapa lama dia terus menerus menyukai suasana subuh.
Seoul masih tertidur, belum banyak yang terbangun dan memulai aktivitasnya. Dan Yeonjun selalu terpaku dengan hal itu. Setiap hari Yeonjun bersyukur karena setidaknya dia masih bisa hidup dalam lingkaran ini.
Dia memang memiliki banyak masalah namun dia setidaknya tidak hidup sendiri. Ada adiknya, hueningkai. Yeonjun dulu berpikir untuk menyerah, meninggalkan segala dunia dan gemerlapnya kota Seoul untuk menenangkan dirinya di alam baka. Namun ketika Hueningkai mendapatkan peringkat satu untuk pertama kalinya, Yeonjun mengerti bahwa dia harus hidup.
Dia harus hidup dan bekerja keras untuk adik laki-lakinya itu.
Alarm berbunyi di sakunya dan dia segera mematikan rokoknya. Yeonjun kemudian pergi dari atap itu dengan cepat.
Sebentar lagi adiknya masuk sekolah, dia harus sampai di rumahnya untuk memasak sarapan. Rutinitas yang selalu dia lalui setidaknya hampir sepanjang waktu dia hidup.
*****
"Hyung..."
Yeonjun yang sedang memasak nasi goreng berhenti sejenak dan menoleh kearah adiknya.
"Pak Lee bilang bulan ini aku belum membayar uang sekolah, dia bertanya kapan aku akan membayarnya."
Yeonjun baru ingat atas hal itu, dia belum memiliki uang sekarang jadi dia harus mencari alasan.
"Bilang padanya bahwa besok kau akan membayarnya. Aku yang akan pergi ke sekolahanmu." Jawab Yeonjun untuk menenangkan adiknya.
Hueningkai mengangguk singkat dan Yeonjun menyelesaikan masakannya.
"Apa aku perlu bekerja hyung?"
"Tidak! Tidak perlu, hyung sudah pernah bilang kan padamu bahwa kau hanya perlu sekolah. Bersenang-senang lah saat ini, akan ada waktunya kau bekerja tapi bukan sekarang."
Dia menaruh nasi goreng di piring Hueningkai dan miliknya. "Aku tahu aku belum bisa memberikan segalanya untukmu, tapi hyung tengah berusaha. Jadi jangan khawatir akan hal apapun, aku akan mencari alternatifnya."
*****
Hari berlalu begitu cepat, malam telah tiba dan Yeonjun kembali bekerja. Kali ini bukan sebagai pelayan bar, namun kali ini menjadi petinju.
Peluh membasahi badannya dan dia kembali melayangkan pukulan ke arah perut lawannya. Beberapa sorakan terdengar dan Yeonjun menyeringai.
Lawannya terjatuh dan dengan cepat Yeonjun menang. Sebenarnya dia sudah tahu siapa yang akan menang jadi dia tidak perlu memberikan banyak perlawanan.
Segera setelahnya Yeonjun dan sahabatnya mendekati pria botak yang menjadi bosnya.
"Yeonjun! Benar-benar petarung yang handal huh! Ini upahmu."
Yeonjun mengambilnya dan dengan segera menghitungnya. Dia terkejut karena hasilnya sangat sedikit.
"Yak hyung, apa kau tidak salah? Mengapa uangnya sangat sedikit?" Protesnya dan pria botak itu hanya bisa mendengus.
"Bulan ini harus membayar sewa dan aku hanya bisa memberimu segitu. Kembali lah bermain esok dan aku akan segera memberikan yang lainnya."
Pria itu segera pergi dan Yeonjun mengumpat. "Pria botak sialan!"
Sahabat Yeonjun terkekeh disampingnya, "biarkan saja pria itu... Ambil lah ini." Hyunjin yang merupakan sahabatnya memberikan uang dalam jumlah yang cukup banyak.
"Hoh kau dapat darimana uang ini?"
"Aku bertaruh atas namamu... Aku tahu kau membutuhkannya jadi ambil lah."
Yeonjun tersenyum kepada pria itu dan segera memeluknya, "kau memang sahabatku, haruskah kita bersenang-senang?"
"Sialan, tentu saja!"
Mereka tertawa dan segera setelahnya mereka pergi untuk merayakannya.
Ff baru!! Soojun yaaa dan emg terinsipirasi dari Serial Thailand KinnPorsche. Jadi buat kalian yg suka genre-nya boleh dong komen dan likenya.
Biar pecinta soojun yang lain bisa tau dan bisa baca:)))
KAMU SEDANG MEMBACA
Captivated On You (Soojun)
FanfictionA fanfiction of SooJun! Kau hanya butuh kepercayaan di dunia ini untuk hidup, namun sayangnya kepercayaan membuatmu menjadi lebih lemah dibandingkan segalanya.